Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL KESEBANGUNAN BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL.

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS PADA SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

ERLAN SISWANDI S

Arif Priyanto et al., Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika...

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS (NEA) PADA PEMECAHAN MASALAH OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GARIS SINGGUNG LINGKARAN BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KEC.

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

DESKRIPSI LETAK KESALAHAN BERDASARKAN NEWMAN ERROR HIERARCHY PADA PENYELESAIAN SOAL CERITA SISWA REFLEKTIF DAN IMPULSIF

ANALISIS TIPE KESALAHAN BERDASARKAN TEORI NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT

JENIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN PENGOLAHAN MATEMATIKA DALAM MENYELESAIAKAN MASALAH LINGKARAN

ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

Unnes Journal of Mathematics Education

PROFIL KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATARDITINJAU DARI KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA

ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS BERASARKAN ANALISIS NEWMAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

Yaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

ISMIYATI MARFUAH S

Keywords: Creative Problem Solving, process skill, Natural Science

Unnes Journal of Mathematics Education

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Progran Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Linda Sunarya NIM.

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI ARITMATIKA SOSIAL BERDASARKAN NEWMAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 PONOROGO

PROFIL KESALAHAN MAHASISWA PADA MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. SMPN 1 Tulangan dalam Menyelesaikan Masalah-masalah Perbandingan bentuk soal cerita. (Surabaya:IAIN Sunan Ampel, 2010),1

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 NARMADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

PEMAHAMAN KONSEP PERBANDINGAN SISWA SMP BERKEMAMPUAN MATEMATIKA RENDAH

ANALISIS KESALAHAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI

PROFIL KECERDASAN VISUAL-SPASIAL PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN TESIS

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN BESERTA BENTUK SCAFFOLDING YANG DIBERIKAN

Geometri Ruang di Perguruan Tinggi: Kesalahan Mahasiswa Menyelesaikan Soal Berdasarkan Prosedur Newman

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Elok Rufaiqoh

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Matematika. Oleh:

Rohmah, Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal Pembuktian

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 MADIUN pada bulan April semester genap tahun ajaran

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA KELAS X.2 SMAN 1 SALIMPAUNG BERDASARKAN METODE KESALAHAN NEWMAN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

JURNAL. Oleh: AJENG TRI WAHYUNI Dibimbing oleh : 1. Aprilia Dwi Handayani, S.Pd,. M.Si 2. Jatmiko, M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister. Program Studi Pendidikan Matematika

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat.

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Bertipe Hots Berdasar Teori Newman

PROSES BERPIKIR MAHASISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DALAM MEMECAHKAN MASALAH

386 Penggunaan Pendekatan Scientific

IDENTIFIKASI KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENGANTAR PROBABILITAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

: YUSTITI WULANDARI K

BAB III METODE PENELITIAN

RANI PRATIWI S

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI KELAS VII SMP NEGERI 2 PALU

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI STATISTIKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SURVEY, QUESTION, READ, RECITE, AND REVIEW (SQ3R)

ANALISIS KESALAHAN BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MAHASISWA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 2 PURWOKERTO DITINJAU DARI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN GENDER

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

PENERAPAN TEKNIK LEARNING CELL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGENAL SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN PERMASALAHAN FUNGSI REKURSIF PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT MENURUT NEWMAN

Analisis Kesalahan Mahasiswa Pendidikan Matematika Dalam Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Pada Mata Kuliah Kalkulus I

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT GAYA KOGNITIF MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG BERDASARKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS

Oleh : Fika Rizqi Rachmawati NIM S

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

المفتوح العضوية المفتوح العضوية

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN DAN IDENTITAS TRIGONOMETRI BERDASARKAN KRITERIA WATSON DI KELAS X SMA AL-AZHAR PALU

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OPEN-ENDED PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT BAGI SISWA SMP

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

DESKRIPSI KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SMP N 1 BUKATEJA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KATEGORI BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SURAKARTA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI POKOK HIMPUNAN

BAB III METODE PENELITIAN

Prasetyo Universitas Negeri Malang Pembimbing : (I) Dr. H. Makbul Muksar, S.Pd, M.Si, (II) Drs. Sukoriyanto, M.Si.

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

Keyword: Whole Language, Reading Comprehension

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

AKTIVITAS METAKOGNISI SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINEAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DAN JENIS KELAMIN

A. PENDAHULUAN. Moh Zayyadi, Berpikir Kritis Mahasiswa. 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

DESKRIPSI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP DITINJAU BERDASARKAN PERBEDAAN GENDER DAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Nina Nurmasari S

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

Transkripsi:

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL PADA MATERI SEGIEMPAT BERDASARKAN ANALISIS NEWMAN DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER (Studi Kasus pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Surakarta) Erlan Siswandi 1, Imam Sujadi 2, Riyadi 3 1,2,3 Prodi Magister Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract: The aim of this research was to identify the types of students error at 7 th grade of SMPN 20 Surakarta in solving contextual mathematical problems on quadrilateral topic by using Newman s error analysis viewed from gender differences. The type of this research is a qualitative research. Subject s selection procedure was by using purposive sampling. There are 6 subjects in this research. Data collection technique was task-based interviews. The validity was determined by time triangulation. The data analysis was Miles and Huberman model including reduction, data displays, and conclusion. The results of this research showed as follows. The types of male students error in solving contextual mathematical problems based on Newman s error analysis were: (1) The male subject with high initial made the mistakes including transformation error and encoding error. (2) The male subject with normal initial made the mistakes including transformation error and encoding error. (3) The male subject with low initial made the mistakes including transformation error, process skills error, and encoding error. The types of female students error in solving contextual mathematical problems based on Newman s error analysis were: (1) The female subject with high initial made the mistakes including transformation error and encoding error. (2) The female subject with normal initial made the mistakes including transformation error and encoding error. (3) The female subject with low initial made the mistakes including comprehension error, transformation error, process skills error, and encoding error. Keywords: Contextual Problem Solving, Analysis Newman, and Gender PENDAHULUAN Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika yaitu kemampuan memecahkan masalah. Hal tersebut seperti yang dipaparkan dalam salah satu sasaran pembelajaran matematika di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Salah satu usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai sasaran tersebut yaitu dengan mengenalkan permasalahan matematika kontekstual kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk dapat dipecahkan. Masalah matematika kontekstual adalah masalah matematika yang berkaitan dengan konteks, baik berkaitan langsung dengan objek nyata atau berkaitan dengan objek abstrak seperti fakta, konsep, atau prinsip matematika. Konsep matematika muncul dari proses matematisasi yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkaitan dengan konteks, siswa secara perlahan mengembangkan pemahaman matematis ke tingkat yang lebih formal (Hasratudin, 2010:22). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Masalah kontekstual yang digunakan dalam pembelajaran 633

diharapkan membuat siswa tidak akan merasa abstrak terhadap permasalahan matematika, karena hal yang berawal dari kenyataan dan dekat dengan situasi kehidupan di lingkungan siswa akan lebih mudah untuk dipahami. Masalah matematika kontekstual sudah banyak ditemukan dalam materi pembelajaran di sekolah dasar. Pada tingkat sekolah dasar, biasanya banyak soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang lebih dikenal sebagai soal cerita. Namun, kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian Sukamto dan Ilmiyati (dalam Sumarwati, 2014) diperoleh fakta bahwa bagi para siswa kelas 4 dan 5 SD, soal yang berbentuk cerita lebih sedikit dikerjakan secara benar dibandingkan soal noncerita (rata-rata 57% dibandingkan 88%). Hasil penelitian lain menunjukkan kemampuan siswa kelas 6 SD dalam mengerjakan soal cerita secara benar hanya mencapai 30% - 80% dari seluruh soal, sedangkan soal noncerita mencapai 70% - 100% (Mastur, 2007). Ini menunjukkan terdapat lebih banyak hasil hitungan yang salah dalam mengerjakan soal cerita dibandingkan soal noncerita. Rendahnya kemampuan siswa SD dalam menyesaikan soal cerita ini kemungkinan akan berpengaruh bagi kemampuan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual ketika siswa tersebut telah melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP. Seperti yang diketahui, soal matematika di jenjang sekolah dasar banyak yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau soal cerita. Selain itu, apabila dilihat dari hasil penelitian Sukamto dan Ilmiyati (Sumarwati, 2014) dan juga Mastur (2007) terlihat bahwa para siswa dari jenjang sekolah dasar mengalami kesulitan dalam memecahkan soal cerita. Apabila kesulitan itu tidak ditindaklanjuti dengan serius maka secara tidak langsung akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan selanjutnya pada saat siswa memasuki jenjang pendidikan di SMP. Dalam pembelajaran matematika, seorang guru hendaknya memahami dan mengkaji lebih dalam mengenai kesalahan siswa. Seorang guru tidak boleh memarahi siswa apabila siswa mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal matematika. Seorang guru hendaknya membimbing siswa dan mencari tahu tentang kesalahan yang dilakukan siswa agar kesalahan tersebut dapat diperbaki dan tidak terulang lagi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Boaler (2009) yaitu active learners are allowed to make mistakes and encouraged to perform further investigations to explore their mistakes, rather than always aiming to achieve the right answers yang artinya peserta didik aktif diperbolehkan untuk membuat kesalahan dan didorong untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengeksplorasi kesalahan mereka, daripada selalu bertujuan untuk mencapai jawaban yang benar. Jadi seorang guru itu harus mampu 634

memahami dan mengkaji lebih dalam mengenai kesalahan siswa dan seorang guru tidak harus memaksa siswa untuk benar. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk memahami dan mengkaji lebih dalam mengenai kesalahan siswa dalam pemecahan masalah matematika, akan tetapi juga seorang guru hendaknya harus mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mempelajari matematika, antara lain yaitu kemauan, kemampuan, dan kecerdasan tertentu, kesiapan guru itu sendiri, kesiapan siswa, kurikulum, dan metode penyajiannya, faktor yang tak kalah pentingnya adalah gender. Perbedaan gender tentu menyebabkan perbedaan fisiologi dan mempengaruhi perbedaan psikologi dalam belajar. Sehingga siswa laki-laki dan perempuan tentu memiliki banyak perbedaan dalam mempelajari matematika. Proses berpikir antara laki-laki dan perempuan dalam memecahkan masalah matematika memiliki suatu perbedaan. Menurut Santrock (2007: 99), anak laki-laki sedikit lebih baik dibandingan perempuan dalam matematika dan sains. Secara umum siswa laki-laki sama dengan siswa perempuan, akan tetapi siswa laki-laki mempunyai daya abstraksi yang lebih baik daripada siswa perempuan sehingga memungkinkan siswa laki-laki lebih baik daripada siswa perempuan dalam bidang matematika, karena pada umumnya matematika berkenaan dengan pengertian yang abstrak. Zhu (2007: 192) mengemukakan bahwa ada banyak faktor yang membuat adanya perbedaan gender dalam proses pemecahan masalah matematika, salah satunya adalah cognitive abilities. Jadi, antara laki-laki dan perempuan memiliki suatu perbedaan dalam pemecahan masalah matematika kontekstual. Perbedaan gender dalam pemecahan masalah matematika dapat menjadi indikasi adanya sesuatu kesulitan yang berbeda yang dialami siswa laki-laki maupun perempuan. Secara umum Mustamin Anggo (2011) menyebutkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika kontekstual antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan siswa dalam menterjemahkan situasi kontekstual dari masalah yang dipecahkan ke dalam model matematika formal. Dengan adanya kesulitan yang dialami siswa baik laki-laki maupun perempuan dimungkinkan akan berdampak pada kesalahan-kesalahan siswa dalam pemecahan masalah matematika kontekstual yang akan terus berkelanjutan. Adanya kesalahan yang dilakukan siswa dalam memecahkan masalah matematika dapat menjadi petunjuk sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi. Dari kesalahan yang dilakukan siswa laki-laki maupun perempuan dapat diteliti lebih lanjut mengenai kesalahan-kesalahan siswa tersebut. Kesalahan-kesalahan siswa harus segera mendapat pemecahan yang tuntas. Pemecahan ini ditempuh dengan cara menganalisis jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan masalah kontekstual pada materi segiempat. 635

Selanjutnya diupayakan untuk menindaklanjuti dan memecahkan masalah ini, sehingga kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi di kemudian hari. Metode analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual banyak macamnya. Namun, dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisis kesalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode analisis Newman. Metode analisis Newman diperkenalkan oleh Anne Newman pada tahun 1977. Dalam metode ini, Newman menyarankan lima kegiatan yang dapat membantu menemukan kesalahan yang terjadi pada pekerjaan siswa ketika menyelesaikan masalah matematika. Newman (dalam White, 2005) mengemukakan bahwa setiap siswa yang ingin menyelesaikan masalah matematika, mereka harus bekerja melalui lima langkah berikut, yaitu membaca (reading), memahami (comprehension), mentransformasi (transformation), melakukan proses penyelesaian (process skill), dan melakukan penulisan jawaban akhir (encoding). Berdasarkan uraian di atas, permasalahan mengenai jenis kesalahan siswa baik laki-laki maupun perempuan dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual pada materi segiempat sangatlah menarik bagi peneliti, sehingga peneliti mengkaji lebih lanjut mengenai jenis kesalahan yang dialami siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual pada materi segiempat berdasarkan analisis Newman. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 20 Surakarta, pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Penelitian ini dikenakan kepada siswa kelas VIIF SMP Negeri 20 Surakarta. Pemilihan subjek dalam penelitian ini didasari pada beberapa pertimbangan: (1) subjek telah mendapatkan materi segiempat; (2) masing-masing subjek masuk dalam kategori kemampuan awal matematika tinggi, sedang, atau rendah (3) siswa kelas VII yang sudah memiliki pengalaman belajar yang cukup pada materi segiempat namun memiliki kesalahan dalam menyelesaikan soal kontekstual materi segiempat sehingga diharapkan memberikan data yang akurat bagi peneliti; (4) dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan sehingga lebih mudah diwawancarai untuk memperoleh data yang akurat yang dibutuhkan pada penelitian ini; (5) siswa tidak merasa dipaksa dan tidak ada tekanan mental. Teknik pemilihan subjek dilakukan dengan purposive sampling berdasarkan hasil tes soal uraian dan saran guru bidang studi. Dari hasil pemilihan subjek, ditentukan sebanyak 6 subjek yaitu tiga subjek laki-laki dan tiga subjek perempuan dengan ketentuan 636

kategori kemampuan tinggi 2 subjek, kategori sedang 2 subjek, dan kategori rendah 2 subjek dengan tiap kategori terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pengumpulan data dilakukan setelah menentukan subjek penelitian yang memenuhi kriteria. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara berbasis tugas. Wawancara bertujuan agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai jenis kesalahan siswa laki-laki dan perempuan dalam pemecahan masalah matematika kontekstual berdasarkan analisis Newman. Selanjutnya data dianalisis dan dilakukan validasi menggunakan triangulasi waktu. Data hasil triangulasi yang sama merupakan data subjek yang valid. Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada model Miles dan Huberman (1992), yakni reduksi, penyajian atau display data, serta kesimpulan atau verifikasi. Ketiga tahap tersebut tidak dilakukan secara berurutan, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi peneliti. Ketiga tahap analisis tersebut dijabarkan menjadi langkahlangkah sebagai berikut. (1) Membuat transkrip data verbal dari hasil rekaman. (2) Menelaah seluruh data dari sumber yaitu hasil pekerjaan subjek dan hasil wawancara. (3) Melakukan reduksi data. (4) Menyusun satuan-satuan analisis data dan melakukan pengkodean. (5) Menganalisis dan menggambarkan kesalahan-kesalahan siswa baik lakilaki maupun perempuan dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual. (6) Melakukan penafsiran data. (7) Melakukan triangulasi. (8) Menulis hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang dikumpulkan adalah jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual. Sebelum dilakukan pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan pemilihan subjek. Dari hasil pemilihan subjek, ditentukan sebanyak 6 subjek yaitu tiga subjek laki-laki dan tiga subjek perempuan dengan ketentuan kategori kemampuan tinggi 2 subjek, kategori sedang 2 subjek, dan kategori rendah 2 subjek dengan tiap kategori terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pengambilan data pertama dilakukan dari tanggal 13 20 Mei 2015. Subjek lakilaki dan perempuan diminta untuk mengerjakan soal pemecahan masalah matematika kontekstual (soal A). Setelah siswa selesai mengerjakan, peneliti melakukan wawancara berdasarkan hasil pekerjaan tertulis subjek (lembar jawaban siswa) dengan tujuan untuk mengonfirmasi dan mengklarifikasikan jawaban subjek. Pengambilan data kedua dilakukan dari tanggal 22 29 Mei 2015. Subjek laki-laki dan perempuan diminta untuk mengerjakan soal pemecahan masalah matematika kontekstual (soal B). Setelah siswa selesai mengerjakan, peneliti melakukan wawancara berdasarkan hasil pekerjaan tertulis subjek (lembar jawaban siswa) dengan tujuan untuk mengonfirmasi dan 637

mengklarifikasikan jawaban subjek. Setelah dilakukan pengambilan data pertama dan kedua dari masing-masing subjek penelitian, kemudian dilakukan triangulasi waktu dengan membandingkan hasil pengambilan data pertama dengan hasil pengambilan data kedua. Data dari masing-masing subjek dianalisis dengan melihat langkah-langkah subjek dalam menyelesaikan soal matematika kontekstual yaitu dengan melihat bagaimana subjek membaca soal, memahami, mentransformasi, menyelesaikan soal, dan juga bagaimana menyimpulkan/menuliskan jawaban akhir. Dari hasil analisis kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis-jenis kesalahan Newman, yaitu (1) kesalahan membaca (reading error), (2) Kesalahan Pemahaman (Comprehension Error), (3) Kesalahan Transformasi (Transformation Error), (4) Kesalahan Proses Penyelesaian (Process Skills Error), dan (5) Kesalahan Pengkodean (Encoding Error). Berdasar pada hasil analisis subjek laki-laki, diperoleh informasi bahwa subjek laki-laki mengalami kesalahan-kesalahan dalam pemecahan masalah kontekstual berdasarkan analisis Newman. Setelah dianalisis kesalahan pada subjek laki-laki secara umum baik yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah diperoleh kesalahankesalahan yaitu kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan proses penyelesaian (process skills error), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Berikut adalah kesalahan-kesalahan subjek laki-laki berdasarkan kemampuan awal pemecahan masalah matematika kontekstual. a. Subjek Laki-laki Berkemampuan Tinggi Berdasarkan hasil analisis, diperoleh informasi bahwa subjek laki-laki berkemampuan tinggi mengalami kesalahan transformasi (transformation error) dan yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan langkahlangkah penyelesaian, penentuan rumus mencari biaya yang dibutuhkan. Kedua, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan biaya yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan dan biaya yang dibutuhkan untuk membeli genteng, hal ini dikarenakan kesalahan pada proses sebelumnya. Selain itu, subjek juga tidak menuliskan satuan dari jawaban akhir dan tidak memberikan kesimpulan dari jawabannya. b. Subjek Laki-laki Berkemampuan Sedang Berdasarkan hasil analisis, diperoleh informasi bahwa subjek laki-laki berkemampuan sedang mengalami kesalahan transformasi (transformation error) dan yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus luas 638

jalan beserta lapangan dan langkah-langkah penyelesaian. Kedua, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan biaya yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan dan biaya yang dibutuhkan untuk membeli genteng, hal ini dikarenakan kesalahan pada proses sebelumnya. Selain itu, subjek juga tidak menuliskan satuan dari jawaban akhir dan tidak memberikan kesimpulan dari jawabannya. c. Subjek Laki-laki Berkemampuan Rendah Berdasarkan hasil analisis, diperoleh informasi bahwa subjek laki-laki berkemampuan rendah mengalami kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan proses penyelesaian (process skills error), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Pertama, kesalahan transformasi yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan langkah-langkah penyelesaian, penentuan rumus persegi panjang, dan terlihat subjek menentukan rumus dengan caranya sendiri hanya mengalikan saja tanpa dasar yang jelas. Kedua, kesalahan proses penyelesaian yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam perhitungan total biaya dan sistematika penyelesaian akibat dari kesalahan sebelumnya. Ketiga, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan biaya yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan dan biaya yang dibutuhkan untuk membeli genteng, hal ini dikarenakan kesalahan pada proses sebelumnya. Selain itu, subjek juga tidak menuliskan satuan dari jawaban akhir dan tidak memberikan kesimpulan dari jawabannya. Berdasar pada hasil analisis subjek perempuan secara umum baik yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah diperoleh kesalahan-kesalahan yaitu kesalahan pemahaman (comprehension error), kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan proses penyelesaian (process skills error), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Berikut adalah kesalahan-kesalahan subjek perempuan berdasarkan kemampuan awal pemecahan masalah matematika kontekstual. a. Subjek Perempuan Berkemampuan Tinggi Berdasarkan hasil analisis, diperoleh informasi bahwa subjek perempuan berkemampuan tinggi mengalami kesalahan transformasi (transformation error) dan yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus luas jalan beserta lapangan dan rumus mencari luas keseluruhan atap. Kedua, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan biaya yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan, hal ini dikarenakan kesalahan pada proses sebelumnya dan juga subjek tidak menuliskan biaya yang dibutuhkan untuk 639

membeli genteng. Selain itu, subjek juga tidak menuliskan satuan dari jawaban akhir dan tidak memberikan kesimpulan dari jawabannya. b. Subjek Perempuan Berkemampuan Sedang Berdasarkan hasil analisis, diperoleh informasi bahwa subjek perempuan berkemampuan sedang mengalami kesalahan transformasi (transformation error) dan yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus untuk mencari luas jalan, rumus untuk mencari luas atap berbentuk segitiga, dan rumus untuk mencari luas keseluruhan atap. Kedua, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek yaitu subjek tidak menuliskan biaya yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan dan juga subjek tidak menuliskan biaya yang dibutuhkan untuk membeli genteng. Selain itu, subjek juga tidak menuliskan satuan dari jawaban akhir dan tidak memberikan kesimpulan dari jawabannya. c. Subjek Perempuan Berkemampuan Rendah Berdasarkan hasil analisis, diperoleh informasi bahwa subjek perempuan berkemampuan rendah mengalami kesalahan pemahaman (comprehension error), kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan proses penyelesaian (process skills error), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Pertama, kesalahan pemahaman (comprehension error) yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui dari soal dimana subjek salah dalam menentukan panjang lapangan dan alas segitiga. Kedua, kesalahan transformasi (transformation error) yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus untuk mencari luas jalan dan rumus mencari banyak genteng yang dibutuhkan. Ketiga, kesalahan proses penyelesaian (process skills error) yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam perhitungan luas jalan beserta lapangan dan perhitungan biaya, hal ini terlepas dari kesalahan sebelumnya. Keempat, kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error) yang dilakukan subjek yaitu subjek tidak menuliskan jawaban akhir dan salah dalam menentukan biaya yang dibutuhkan untuk membeli genteng. Selain itu, subjek juga tidak menuliskan satuan dari jawaban akhir dan tidak memberikan kesimpulan dari jawabannya. Dari pemaparan mengenai subjek laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan masalah matematika kontekstual di atas, apabila dilihat dari banyaknya jenis kesalahan siswa laki-laki dan perempuan dapat ditarik suatu kesimpulkan bahwa subjek laki-laki sedikit lebih unggul dalam menyelesaiakan masalah matematika kontekstual dari pada subjek perempuan, hal ini bisa dilihat dari jenis kesalahan laki-laki secara umum yaitu kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan proses penyelesaian (process 640

skills error), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Sedangkan jenis kesalahan yang dilakukan perempuan lebih banyak yaitu kesalahan pemahaman (comprehension error), kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan proses penyelesaian (process skills error), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Hal ini sejalan Santrock (2007: 99) yaitu siswa laki-laki sedikit lebih baik dibandingkan siswa perempuan dalam matematika dan sains. SIMPULAN DAN SARAN Jenis kesalahan subjek laki-laki kelas VII SMP Negeri 20 Surakarta dalam pemecahan masalah matematika kontekstual berdasarkan analisis Newman sebagai berikut. (1) Subjek laki-laki berkemampuan tinggi mengalami kesalahan transformasi (transformation error) dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Pertama, kesalahan transformasi yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan langkah-langkah penyelesaian dan penentuan rumus. Kedua, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan jawaban akhir. (2) Subjek laki-laki berkemampuan sedang mengalami kesalahan transformasi (transformation error) dan yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus dan langkah-langkah penyelesaian. Kedua, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan jawaban akhir. (3) Subjek laki-laki berkemampuan rendah mengalami kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan proses penyelesaian (process skills error), dan yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan langkahlangkah penyelesaian dan penentuan rumus. Kedua, kesalahan proses penyelesaian yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam perhitungan dan sistematika penyelesaian. Ketiga, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan jawaban akhir. Jenis kesalahan subjek perempuan kelas VII SMP Negeri 20 Surakarta dalam pemecahan masalah matematika kontekstual berdasarkan analisis Newman sebagai berikut. (1) Subjek perempuan berkemampuan tinggi mengalami kesalahan transformasi (transformation error) dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Pertama, kesalahan transformasi yang dilakukan subjek perempuan berkemampuan tinggi yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus. Kedua, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek perempuan berkemampuan tinggi yaitu 641

subjek mengalami kesalahan dalam menentukan jawaban akhir. (2) Subjek perempuan berkemampuan sedang mengalami kesalahan transformasi (transformation error) dan yang dilakukan subjek perempuan berkemampuan sedang yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus. Kedua, kesalahan penentuan jawaban akhir yang dilakukan subjek perempuan berkemampuan sedang yaitu subjek tidak menuliskan jawaban akhir. (3) Subjek perempuan berkemampuan rendah mengalami kesalahan pemahaman (comprehension error), kesalahan transformasi (transformation error), kesalahan proses penyelesaian (process skills error), dan kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error). Pertama, kesalahan pemahaman (comprehension error) yang dilakukan subjek perempuan berkemampuan rendah yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan apa yang diketahui dari soal. Kedua, kesalahan transformasi (transformation error) yang dilakukan subjek perempuan berkemampuan rendah yaitu subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus. Ketiga, kesalahan proses penyelesaian (process skills error) yang dilakukan subjek perempuan berkemampuan rendah yaitu subjek mengalami kesalahan dalam perhitungan. Keempat, kesalahan penentuan jawaban akhir (encoding error) yang dilakukan subjek perempuan berkemampuan rendah yaitu subjek salah dalam menentukan jawaban akhir. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis memberikan beberapa saran yang dirangkum sebagai berikut. (1) Bagi peneliti, perlu dilakukan penelitian ulang di sekolah lain yang memiliki karakteristik sekolah yang hampir sama dengan tempat penelitian. Selain itu, dapat diteliti lebih lanjut pada siswa di sekolah lain dengan tinjauan gender. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah sama atau tidak dengan temuan penelitian. Dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti subjek yang bervariasi. Dapat diteliti lebih lanjut mengenai jenis-jenis kesalahan pada pemecahan masalah matematika kontekstual materi segiempat atau materi lain yang dapat mengeksplorasi lebih mendalam terkait jenis-jenis kesalahan siswa. (2) Bagi guru, pada siswa laki-laki dalam pembelajaran guru perlu menekankan pemahaman pada langkah transformasi dan penentuan jawaban akhir karena pada kesalahan ini paling banyak terjadi dan pada proses penyelesaian perlu adanya penekan ketelitian dalam perhitungan dan perlu adanya latihan-latihan soal matematika kontekstual yang dapat meningkatkan pemahaman siswa agar dapat terlatih dalam pemecahan masalah matematika kontekstual serta harus memperhatikan langkahlangkah penyelesaian secara cermat dan teliti. Pada siswa perempuan dalam pembelajaran guru perlu menekankan pemahaman pada langkah transformasi agar siswa perempuan tidak mengalami kesalahan dalam penentuan rumus yang digunakan, guru juga perlu menekankan pemahaman mengenai penentuan jawaban akhir dan proses penyelesaian 642

jawaban serta mengenai pemahaman konsep perlu penekanan pada konsep dasar perhitungan pada materi segiempat. Selain itu juga perlu memperbanyak latihan soal pemecahan masalah matematika kontekstual agar dapat menyelesaiakannya secara benar dan sistematis. DAFTAR PUSTAKA Boaler. 2009. Opening Our Ideas: How a Detracked Mathematics Approach Promoted Respect, Responsibility, and High Achievement, Theory into Practice, 45 (1): 1-11. Depdiknas. 2006. Kuriulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas. Hasratudin. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik. Paradikma, 3 (1): 19-30 Mastur. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas V. Aneka Ilmu. Semarang. Miles, M. B. dan Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press Mustamin Anggo. 2011. Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika, 1(2). Santrock, J. W. 2007. Child Development, Perkembangan Anak, Edisi ke-7, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sumarwati. 2014. Soal Cerita Matematika di Sekolah Dasar: Analisis dengan Pendekatan Komunikatif (Studi Kasus di Surakarta dan Karanganyar). Surakarta: UNS Press. White, A. L. 2005. Active Mathematics in Classrooms: Finding out why children make mistakes and then doing something to help them. University of Western Sidney. Zhu. 2007. Gender Differences in Mathematical Problem Solving Patterns: a Riview of literature. International Education Journal / Vol. 8 No. 187-203. 643