Gambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005)

dokumen-dokumen yang mirip
SLOPE STABILITY ANALYSIS BASED ON ROCK MASS CHARACTERIZATION IN OPEN PIT MINE METHOD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR

APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

1) Geometri : Lebar, kekasaran dinding, sketsa lapangan

Gambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Parameter geomekanika yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng didasarkan

BAB II DASAR TEORI. Elastik Linier (reversible)

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA

Gambar 5.20 Bidang gelincir kritis dengan penambahan beban statis lereng keseluruhan Gambar 5.21 Bidang gelincir kritis dengan perubahan kadar

BAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

Kornelis Bria 1, Ag. Isjudarto 2. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jogjakarta

Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN TAMBANG BAWAH TANAH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan

BAB III METODE KAJIAN

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

ESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR

PAPER GEOLOGI TEKNIK

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS KINEMATIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN UTUH

PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan di

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Abu Vulkanik Terhadap Parameter kuat Geser Tanah Lempung

BAB IV DERAJAT PELAPUKAN ANDESIT DAN PERUBAHAN KEKUATAN BATUANNYA

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan.

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

SQUEEZING PADA MASSA BATUAN SEKITAR TEROWONGAN DI DAERAH TAMBANG CIKONENG, BANTEN

TEKANAN TANAH LATERAL

Variasi IV. C (MPa) 12,49. (MPa) (MPa) ( o ) 37,90 1 5,00 75, ,50 100, ,00 130, ,00 153, ,00 180,09. 3 = Confining Pressure

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH BIDANG DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG STUDI KASUS LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA GRASBERG

juga termasuk mempertahankan kekuatan geser yang dimiliki oleh tanah bidang geser dalam tanah yang diuji. Sifat ketahanan pergeseran tanah

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN...1

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

MEKANIKA TANAH 2. TEKANAN TANAH LATERAL At Rest...Rankine and Coulomb

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 4 CM 0,5 CM. Ditulis dengan rapido 0,5 dan di mal 0,5 2 CM. Ditulis dengan rapido 0, Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Analisis Kemantapan Lereng Kuari Batugamping di Tuban II PT. United Tractors Semen Gresik Tuban Jawa Timur

TEGANGAN DAN REGANGAN

Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

LAPORAN PENELITIAN TESIS 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB III PROSEDUR ANALISIS

DAFTAR ISI. i ii iii iv

ABSTRAK Kata Kunci : Nusa Penida, Tebing Pantai, Perda Klungkung, Kawasan Sempadan Jurang, RMR, Analisis Stabilias Tebing, Safety Factor

MAKALAH MEKANIKA BATUAN

BAB I PENDAHULUAN. PT Beringin Jaya Abadi merupakan salah satu tambang terbuka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

KARAKTERISTIK BATU GAMPING DAN NILAI FAKTOR KEAMANAN PADA LERENG KUARIDI DESA TEMANDANG KECAMATAN MERAKURAK KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR

BAB 3 LATAR BELAKANG TEORI. Masalah kestabilan lereng di dalam suatu pekerjaan yang melibatkan kegiatan

Scan Line dan RQD. 1. Pengertian Scan Line

MEKANIKA BATUAN. BAB I.Mekanika Batuan & Rekayasa tambang.

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

STUDI KASUS ANALISA KESTABILAN LERENG DISPOSAL DI DAERAH KARUH, KEC. KINTAP, KAB. TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA KUARI TANAH LIAT DI MLIWANG PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TUBAN JAWA TIMUR

SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN - 2

2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b.

PENGARUH SKALA TERHADAP KUAT GESER PADA BATUAN TUFF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Prinsip Pengeboran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

Transkripsi:

Kekuatan Massa Batuan Sebagai alternatif dalam melakukan back analysis untuk menentukan kekuatan massa batuan, sebuahh metode empirik telah dikembangkan oleh Hoek and Brown (1980) dengan kekuatan geser digambarkan dengan lingakaran Mohr. Kriteria keruntuhan ini digunakan untuk menyediakan data masukan unutk analisa yang diperlukan pada penggalian tambang bawah tanah pada batuan yang keras. Kriteria ini dimulai dari sifat mekanik dari batuan utuh kemudian mengalami pelemahan karena faktor adanya bidang-bidang diskontinuitas. Gambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005) 1

1. Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown Hoek and Brown mencoba menggabungkan semua peningkatan yang sudah ada sebelumnya pada sebuah kriteria keruntuhan yang representatif. Hal ini menghasilkan pengenalan akan GSI Geological Strength Index oleh Hoek et al. (1992), Hoek (1994), dan Hoek, Kaiser and Bawden (1995) yang kemudian ditambah untuk melingkupi massa batuan yang lemah oleh Hoek et al. (1998), Marinos and Hoek (2000,2001) dan Hoek and Marinos (2000). GSI dapat menentukan pelemahan massa batuan yang merupakan hubungan antara derajat kekar dan kondisi dari permukaan kekar. Kekuatan massa batuan bergantung pada sifat batuan utuh, dan kesempatan meluncur/runtuh pada kondisi tegangan tertentu. Kesempatan ini dipengaruhi oleh bentuk geometri dari batuan utuh dan kondisi separasi pada bidang diskontinuitas. Batuan tajam dengan permukaan kekar yang bersih dan kasar akan mempunyai kekuatan yang lebih besar dibanding dengan batuan berpatikel bulat yang terlapukkan. Kriteria kekuatan massa batuan menurut The generalized Hoek- Brown (2002) sebagai berikut. (1) Untuk mb adalah pengurangan nilai konstanta material untuk batuan utuh dengan persamaan sebagi berikut. (2) Tabel 2 menunjukkan nilai konstanta batuan utuh berdasarkan jenis batuan. Nilai s dan a adalah konstanta massa batuan dengan persamaan sebagai berikut. (3) (4) 2

Peningkatan pada persamaan dilakukan dengan penambahan faktor undisturbed dan disturbed menurut Hoek and Brown (1988). Hoek et al. (2002) menyusun penilaian nilai D pada Tabel 1. Tabel 1 Pedoman Penentuan Nilai Faktor D pada Terowongan (Hoek et al, 2002) Deskripsi massa batuan Kualitas controlled blasting atau penggalian dengan TBM yang sangat baik menghasilkan gangguan kecil pada massa batuan pada terowongan Kualitas massa batuan yang buruk akibat penggalian mekanik maupun tradisional menghasilkan gangguan kecil pada massa batuan pada terowongan. Ketika tekanan berlebih mengakibatkan terbentuk heave pada lantai terowongan, gangguan dapat terjadi cukup parah. Kualitas peledakan yang sangat buruk pada batuan keras menghasilkan kerusakan lokal 2 3 m dalam massa batuan sekitarnya Nilai D D = 0 D = 0 D = 0,5 D = 0,8 Kuat tekan uniaksial dari massa batuan dihitung dengan penyesuaian σ 3 = 0 dengan persamaan sebagai berikut. (5) dan, kuat tarik dengan persamaan sebagai berikut. Kriteria keruntuhan Hoek-Brown juga memungkinkan untuk menghitung modulus deformasi dari massa batuan dengan persamaan sebagai berikut. (6) (7) 3

Keterangan: Em dalam Gpa Menjadi catatan bahwa persamaan dasar oleh Hoek and Brown (1997) telah dimodifikasi dengan tambahan faktor D untuk menghitung pengaruh efek dari peledakan dan relaksasi tegangan. Tabel 2 Nilai Konstanta mi untuk Batuan Utuh 4

2. Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb Karena banyaknya model numerik dan analisis yang digunakan pada mekanika batuan ditampilkan dalam kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb, maka diperlukan persamaan untuk memperkirakan parameter kohesi dan sudut gesek dalam pada persamaan Mohr-Coulomb. Persamaan dasar dari kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb adalah persamaan linier dari tegangan geser terhadap kohesi, sudut gesek dalam dan tegangan normal dinyatakan dalam persamaan berikut. (8) Tegangan normal dan tegangan geser berdasarkan tegangan-tegangan prisnipal dinyatakn dalam persamaan berikut yang diperkenalkan oleh Balmer (1952). (9) (10) Keterangan: (11) Setelah data hasil pengolahan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb yaitu tegangan normal dan tegangan geser didapatkan, maka kohesi dan sudut gesek dalam rata-rata dapat dihitung dengan analisis regresi linier. Cara terbaik untuk menempatkan garis lurus adalah dihitung dari jarak pasangan tegangan normal dan tegangan gesernya atau menggunakan persamaan sebagai berikut. (12) (13) 5

3. Penentuan Nilai GSI Dalam pencarian menyelesaikan masalah dalam memperikarakan kekuatan massa batuan dan menyediakan dasar dari perancangan penggalian atau peledakan pada tambang bawah tanah (Hoek and Brown, 1980) berpikir bahwa beberapa percobaan harus dilakukan untuk menghubungkan konstanta m dan s pada kriteria GSI yang mereka miliki untuk dapat digunakan oleh setiap pekerja yang ada di lapangan. Mengetahui bahwa karakteristik massa batuan yang mengontrol kekuatan dan perilaku deformasi mirip dengan karakteristik massa batuan yang digunakan oleh Bienawski (1973) maka klasifikasi RMR oleh Bienawski dapat digunakan untuk memperkirakan konstanta m dan s. Mempertimbangkan terowongan dengan bidang diskontinu yang sangat banyak karena adanya tegangan in situ yang dapat menyebabkan keruntuhan pada sekitar terowongan, klasifikasi Q-System oleh Barton et al (1974) menggunakan Stress Reduction Ratio (SRF) untuk memasukkan parameter tegangan in situ. Faktor ini mempunyai pengaruh yang sangat besar pada nilai Q dari klasifikasi Q- System. Namun karena adanya persamaan Hoek-Brown yang juga menghitung distribusi tegangan di sektiar terowongan untuk memperkirakan daerah pengaruh dari batuan yang mendapat tegangan yang sangat tinggi. Jika digunakan perhitungan SRF maka dalam analisis dilakukan perhitungan sebanyak dua kali untuk nilai konstanta m dan s, oleh karena itu SRF dianggap sebagai 0. Pertimbangan yang hampir sama juga berlaku untuk Joint Water Reduction Factor pada klasifikasi Q-System dan keadaan air tanah pada klasifikasi RMR. Pada semua kasus terdapat potensi untuk menghitung dua kali parameter di atas jika tidak diperhatikan dengan baik dalam menentukan kekuatan massa batuan. Pada klasifikasi RMR bobot dari air tanah adalah 15 dan Joint Water Reduction Ratio pada Q-System adalah 0 yang berarti batuan diasumsikan dalam keadaan kering. Nilai GSI dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut. (14) (15) 6

Keterangan: (16) 4. Perkiraan Kekuatan Massa Batuan Pada pembuatan terowongan bawah tanah, ketidakstabilan terjadi pada batas dari penggalian atau peledakan ketika kuat tekan uniaksial terlewati oleh tegangan terinduksi pada batas tersebut. Keruntuhan dapat terhindarkan pada titik ketika kekuatan massa batuan yang ada lebih besar dari tegangan terinduksi σ1 dan σ3. Analisis detail tentang perambatan bidang lemah dengan model numerik sangatlah penting untuk dilakukan, oleh karena itu kuat tekan uniaksial dari suatu massa batuan perlu diperhitungkan. Mohr-Coulomb memperkenalkan persamaan (17) dan kemudian Hoek and Brown (1997) membuat persamaan dari hubungan dengan persamaan Mohr-Coulomb pada persamaan (18) sebagai berikut. (17) (18) Keterangan: σt < σ 3 < σci/4 7