BAB I PENDAHULUAN. sekali, karena pajak digunakan untuk membiayai kepentingan umum yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. ( sehingga pada tahun 2010 Indonesia merupakan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki Penghasilan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Republik. Negara kita Negara Indonesia ini mempunyai sebuah landasan atau sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakankebijakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sebagian besar corak kehidupan masyarakatnya

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI UNIT PELAYANAN PAJAK DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Sebagai salah satu penerimaan negara, baik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambar an Umum Objek Pe nelitian

BAB I PENDAHULUAN. menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. dibayarkan oleh Masyarakat Indonesia atau dikenal dengan sebutan Wajib Pajak Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang 1945 pasal 23 ayat 2 yang berbunyi segala pajak keperluan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar, dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang berdampak perubahan dalam undang-undang pajak

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah gejala masyarakat, artinya bahwa pajak hanya terdapat dalam masyarakat. Jika tidak ada masyarakat tidak ada pajak. Pernyataan seperti ini tepat sekali, karena pajak digunakan untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemampuan rakyat dan sebagainya. Untuk menjalankan roda pemerintahan, penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintahan, pelaksanaaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah baik pusat maupun daerah tentunya membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Dana untuk membiayai semua kebutuhan pemerintah dikumpulkan dari seluruh potensi sumber daya yang dimiliki negara baik yang berupa kekayaan alam maupun iuran dari rakyatnya. Salah satu sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat diantaranya didapatkan dari sumber pajak. Pajak merupakan fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Pajak juga merupakan tulang punggung Anggaran Pendapatan dan Pembelanjaaan Negara (APBN). Dewasa ini pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing, karena sebagian masyarakat telah Bekti Anggraeni Utami, 2012 Pengaruh Ketepatan Penyampaian SPPT PBB Dan Cara Pembayar PBB Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB Survey Di Desa Cibinong Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2 menempatkan pajak sebagai suatu kewajiban dalam bernegara sebagai bentuk partisipasi dalam membantu pembangunan negara. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, tetapi bukan termasuk sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), oleh karena itu dalam penetapan objek pajak, dasar pengenaan pajak, tarif pajak dan teknis pemungutan diatur dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah daerah tidak dilibatkan secara langsung dalam hal tersebut. Keterlibatan pemerintah daerah hanyalah dalam membantu mengintensifkan pemungutan PBB dalam melibatkan perangkat daerah. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang menggunakan sistem yang cukup memudahkan Wajib Pajak, tidak seperti pajak lainnya yang secara umum menggunakan Self Assessment System. PBB merupakan pajak dengan sistem pemungutan Official Assessment System, dimana fiskus yang lebih pro aktif dan kooperatif melakukan perhitungan, penetapan pajak yang terutang dan mendistribusikannya kepada Pemerintah Daerah melalui Dispenda berdasarkan Surat Pendaftaran Objek Pajak (SPOP) yang diisi oleh Wajib Pajak atau verifikasi pihak fiskus di lapangan, Pemerintah Derah, Kecamatan maupun Kelurahan. Selanjutnya dari SPOP, fiskus akan menetapkan PBB dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) PBB yang selanjutnya didistribusikan sampai ke tangan Wajib Pajak. Sejak PBB diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985, tolak ukur kinerja Direktorat PBB adalah keberhasilan dari pencapaian target

3 penerimaan PBB setiap tahun anggaran. Pencapaian ini tentunya akan sangat dipengaruhi oleh patut dan taat atau tidaknya Wajib Pajak melunasi PBB. Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan menurut Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2000, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penerimaan negara yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan imbangan pembagian, bagian daerah sebesar 80% dari seluruh penerimaan PBB diserahkan ke Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga besar persentase untuk bagian pemerintah Pusat dari PBB sebesar 10%. Pemerintah Provinsi sebesar 16,2% dan 64,8% bagian Pemerintah Kabupaten/Kota. Sisanya merupakan biaya operasional yang sekarang menjadi biaya pungut PBB ( Direktorat PBB dan BPHTB, 2000). Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) per 30 September 2010 telah mencapai 84,54% atau sebesar Rp21,405 triliun. Sampai akhir tahun, target penerimaan PBB sebesar Rp25,319 triliun. Kasubdit Penilaian I Dit. Ekstensifikasi dan Penilaian Ditjen Pajak, Pestamen Situmorang menyatakan, pencapaian ini berbanding terbalik dengan penerimaan pajak dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang masih 62,92% dari target sebesar Rp7,155 triliun atau baru sebesar Rp4,716 triliun (Detik Finance, Oktober 2010). Data yang dipublikasikan melalui situs resmi Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat menunjukan bahwa keberhasilan pemungutan PBB sektor perdesaan dan perkotaan tahun 2006 di Jawa Barat dari rencana penerimaan sebesar Rp792 Miliar hanya teralisasi Rp. 681,48 Miliar atau sekitar 86,04%. Meskipun realisasi tersebut mengalami peningkatan Rp86,21 Miliar atau 14,48% dibandingkan

4 dengan tahun 2005, namun dari 25 Kabupaten/Kota dan 19 kantor pelayanan PBB di Jawa Barat, hanya 9 Kabupaten/Kota dan 6 kantor pelayanan PBB yang telah berhasil meralisasikan rencana penerimaan PBB sektor perdesaan dan perkotaan di atas 100%. Dalam hukum positif Indonesia yang menjadi landasan hukum pemungutan pajak adalah Pasal 23 UUD 1945 setelah amandemen keempat yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Dan agar kepastian dalam proses pengumpulannya dan berjalannya pembangunan secara berkesinambungan, maka sifat pemaksaan harus ada dan rakyat itu sendiri telah menyetujuinya dalam bentuk undang-undang. Berikut ini Tabel 1.1 yang menunjukan jumlah penerimaan PBB di Desa Cibinong Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta. Tabel 1.1 Jumlah Penerimaan PBB Desa Cibinong Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Periode 2005-2010 Tahun Pokok Ketetapan Realisasi % Pencapaian Penerimaan 2005 Rp6.264.000,00 Rp5.950.800,00 95% 2006 Rp5.700.750,00 Rp5.016.660,00 88% 2007 Rp8.778.640,00 Rp8.778.640,00 100% 2008 Rp48.072.047,00 Rp48.072.047,00 100% 2009 Rp42.487.779,00 Rp42.487.779,00 100% 2010 Rp42.650.779,00 Rp41.371.256,00 97% Sumber : Kantor Desa Cibinong, Purwakarta Dari Tabel 1.1 di atas terlihat bahwa tiap tahunnya jumlah penerimaan PBB di Desa Cibinong telah mengalami kenaikan dan penurunan. Terlihat jelas pada tabel diatas jumlah penerimaan pada tahun 2008 mengalami kenaikan yang

5 sangat signifikan, dan jumlah pencapaian mencapai 100%, sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2005 dan 2006 target pencapaian penerimaan PBB tidak mencapai 100%. Pada tahun 2008 dan 2009 persentase jumlah wajib pajak yang membayar PBB mencapai 100% tiap tahunnya, sedangkan pada tahun 2010 target pencapaian penerimaan PBB di Desa Cibinong tidak mencapai 100% dan mengalami penurunan sebesar 3% dari tahun sebelumnya. Kondisi tersebut sangat memungkinkan dipengaruhi faktor kepatuhan wajib pajak. Dalam hal penyampaian SPPT PBB seringkali timbul kendala karena tidak semua wajib pajak menempati objek pajaknya, mutasi atau adanya perpindahan yang tidak melapor akan menyulitkan aparat dalam penyampaian SPPT PBB sehingga memerlukan banyak waktu, keterlibatan aparat desa atau kelurahan sangat dibutuhkan karena lebih mengetahui asal-usul objek pajak yang ada di daerahnya. Tidak tercapainya target penerimaan PBB dan menurunnya angka penerimaan PBB antara lain dipengaruhi oleh lemahnya administrasi pajak, belum maksimalnya objek pajak yang dikenakan pajak, kerjasama instansi terkait belum optimal, wajib pajak belum sepenuhnya patuh dan memenuhi kewajiban perpajakannya serta terbatasnya jumlah aparat pajak. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh ketepatan penyampaian SPPT PBB dan cara pembayaran PBB terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Ketepatan Penyampaian SPPT PBB dan Cara Pembayaran PBB

6 Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB Di Desa Cibinong Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, serta untuk lebih mengarahkan pada fokus penilitian sehingga diperoleh kejelasan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh ketepatan penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT) PBB secara parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan? 2. Seberapa besar pengaruh cara pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan secara parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan? 3. Bagaimana pengaruh ketepatan dalam penyampaian SPPT PBB dan cara pembayaran PBB secara bersama-sama terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tidak ada satu kegiatan pun yang dilakukan tanpa memiliki maksud, begitu pula dengan kegiatan ini. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisa dan menyimpulkan tentang pengaruh ketepatan penyampaian SPPT PBB dan cara pembayaran PBB terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.

7 Tujuan penelitian Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT) PBB secara parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. 2. Mengetahui pengaruh cara pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan secara parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. 3. Mengetahui pengaruh ketepatan dalam menyampaikan SPPT PBB dan cara pembayaran PBB secara bersama-sama terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dan bagi pihak yang berkepentingan dengan tema yang penulis kemukakan. 1. Kegunaan akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan wawasan baru yang akan mendukung keberadaan dan perkembangan ilmu pengetahuan ekonomi dan akuntansi khususnya perpajakan. 2. Kegunaan praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi regulalator dalam melakukan penyusunan kebijakan penanganan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan agar regulasi yang menjadi keluaran memperhatikan pengaruh ketetapan penyampaian SPPT PBB dan cara pemebayaran PBB

8 terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Desa Cibinong Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta.