BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

Zeni, et al.,pengaruh Air Rebusan Daun Salam (Eugenia polyantha Wight) sebagai Desinfektan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter dan polisulfida.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI

PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN ALGINAT SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA 25% (Aloe vera L.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari-hari seperti makan, minum, bicara dan bersosialisasi. Kesehatan secara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. putih akan membuat orang lebih percaya diri dengan penampilannya (Ibiyemi et

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi atas dan bawah. Alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang buruk, kelainan berbicara apabila gigi yang hilang adalah gigi depan,

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

EFEK IMBIBISI PERENDAMAN BAHAN CETAK HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE ALGINATE DALAM LARUTAN SODIUM HYPOCHLORITE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat

Lamiah, et al, Pengaruh Desinfeksi dengan Teknik Spray Rebusan Daun Sirih Hijau...

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan

PERUBAHAN BERAT HASIL CETAKAN BAHAN CETAK ALGINAT TIPE NORMAL SETTING YANG BERBEDA PADA MENIT-MENIT AWAL IMBIBISI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

PENGARUH LAMA PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DI DALAM LARUTAN DESINFEKTAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP STABILITAS DIMENSI

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem stomatognasi gigi berfungsi sebagai alat mastikasi, estetika, fonetik

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB 1 PENDAHULUAN. secara optimal (Direktorat Pengelolaan Hasil Perikanan, 2007 dalam Marada, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam bidang kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk membuat model studi dan model kerja untuk mendukung rencana perawatan (Combe, 1992). Bahan cetak berdasarkan cara pengerasannya dikelompokkan menjadi reversible dan irreversible. Istilah irreversible menunjukkan terjadinya reaksi kimia sehingga bahan tidak dapat kembali ke bentuk semula, misalnya plaster of paris, pasta cetak zinc oxide eugenol, dan hydrocolloid alginat yang mengeras dengan reaksi kimia, sedangkan bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi. Reversible berarti bahan cetak melunak dengan pemanasan dan mengeras dengan pendinginan tanpa terjadi perubahan kimia, misalnya hydrocolloid reversible dan compound (Anusavice, 2003). Bahan cetak alginat merupakan bahan cetak yang digunakan di klinik secara luas. Bahan ini mudah penggunaannya, tidak memerlukan banyak peralatan, mudah pencampurannya, dapat diterima (ditoleransi) pasien dan cukup murah (Fitriana, 2013). Alginat merupakan bahan cetak yang cukup populer dan banyak dokter gigi yang menggunakan, akan tetapi banyak masalah yang berhubungan dengan stabilitas dimensi dan hasil cetakan yang kurang detail sehingga pemakaiannya terbatas hanya pada pencetakan awal saja (Sudjarwo, 2014). 1

2 Cetakan alginat yang mengandung 85% air dapat mengalami penyusutan yaitu menguapnya air bila terjadi kenaikan suhu atau bila disimpan di udara terbuka dalam waktu tertentu, sehingga cetakan alginat akan mengalami kontraksi (Mitchell, 2005). Cetakan alginat bersifat imbibisi yakni menyerap air bila berkontak dengan air dalam waktu tertentu sehingga akan mengembang. Selain itu, alginat juga dapat mengalami sineresis yaitu reaksi sol yang terus berlanjut (Joseph, 2002). Karena rawan terjadi ekspansi maka perlu diwaspadai terjadinya perubahan dimensi yang dapat menyebabkan ketidakakuratan cetakan alginat (Imbery et al; 2010). Garg et al (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi efek imbibisi dan sineresis pada empat merek dagang sediaan alginat dengan variasi rentang waktu 10, 20, dan 30 menit. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 80 sampel dengan jumlah sampel 20 buah per masingmasing merek dagang alginat. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap efek imbibisi dan sineresis antara empat merek dagang tersebut, akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan terhadap efek imbibisi dan sineresis berdasarkan interval waktu pada setiap sampel. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah bahwa alginat merupakan salah satu agen penularan infeksi pada praktik dokter gigi, sehingga dalam penggunaannya harus diperhatikan agar tidak terjadi penularan infeksi silang. Mikroorganisme patogen di dalam saliva, debris, darah dan pus dapat menempel pada bahan cetak saat pencetakan kemudian menyebar melalui bahan cetak (Anusavice, 2003).

3 The American Dental Association (ADA) menganjurkan bahan cetak harus dicuci terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan saliva dan darah yang melekat pada bahan cetak kemudian direndam dalam larutan disinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri sebelum dikirim ke laboratorium (Bhat et al., 2010). Alginat dapat didesinfeksi dengan menggunakkan teknik perendaman dengan waktu standar 10 menit atau dengan teknik penyemprotan (Anusavice, 2003). Permasalahan yang sering timbul setelah tindakan desinfeksi adalah perubahan keakuratan dimensional dari bahan cetak. Idealnya waktu perendaman sesingkat mungkin, tetapi dapat mendisinfeksi cetakan dan menghindari kemungkinan terjadinya goresan atau kerusakan detail permukaan cetakan (Anusavice, 2003). Jenis bahan yang sering digunakan sebagai desinfektan bahan cetak dibagi menjadi dua yaitu bahan kimia dan bahan alami. Bahan desinfeksi kimia yang beredar di pasaran terdapat beberapa jenis, yaitu sodium hipoklorida, iodophor (biocide), phenol, glutaraldehid (sporicidin), glyoxal glutaraldehid (impresept), dan khlorheksidin (Noort, 2007). Bahan-bahan alami yang dapat dijadikan desinfektan serta sudah teruji efektivitasnya terhadap bakteri, antara lain ekstrak yang diambil dari bawang putih, daun sirih, tea tree oil, jahe, daun alpukat, dan lidah buaya (Larasati dkk., 2012). Mengingat bahwa sifat alginat yang rawan terjadi perubahan dimensi yang dikarenakan adanya efek imbibisi maupun sineresis maka perlu adanya perhatian khusus dalam melakukan desinfeksi untuk membunuh mikroorganisme patogen agar tidak mengurangi keakuratan cetakan(anusavice,2003).

4 Penelitian yang dilakukan oleh Coryniken (2015) yang bertujuan melihat pengaruh efek imbibisi perendaman bahan cetak hydrocolloid irresversible alginat dalam perendaman larutan sodium hipoklorite konsentrasi 0,5% dan 1% dan disertai dengan variasi waktu 3,5, dan 10 menit. Penelitian ini menunjukan terjadi perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada perbedaan waktu (menit) terhadap efek imbibisi, tetapi konsentrasi larutan memiliki perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05). Sudjarwo (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh perendaman cetakan alginat dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% dan perasan Aloe vera 100% selama 10 menit terhadap stabilitas dimensional. Penelitian ini dilakukan pada 27 sample cetakan alginat dan menunjukan bahwa terjadi perubahan dimensi yang lebih besar pada perendaman dengan sodium hipoklorit 0,5% dari pada perendaman dengan perasan Aloe vera 100%. Lidah buaya (Aloe vera) merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang mengandung bahan antibakteri (Sari dkk., 2009). Aloe vera merupakan insektisida alami yang dapat tumbuh disekitar kita (Arivia dkk, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Trelie Boel (2002), mengenai daya anti bakteri pada beberapa konsentrasi dan kadar hambat tumbuh minimal dari Aloe vera, menyatakan bahwa Aloe vera banyak mengandung zat kimia terutama terdapat pada gel Aloe vera yang terdiri atas komponen-komponen organik dan anorganik yang bermanfaat dalam pengobatan. Ekstrak Aloe vera memiliki kandungan yang bersifat sebagai zat antibakteri yaitu zat tannin, aminoglukosida Aloctin A, Kompleks Antraguinone dan Acemannan).

5 Penelitian yang dilakukan oleh White (2012) menyatakan bahwa Aloe vera dengan konsentrasi 100% dapat digunakan sebagai bahan desinfektan dan memiliki daya hambat terhadap mikroorganisme rongga mulut pada permukaan cetakan yang dimulai sejak 3-5 menit pertama. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2014) mengenai uji daya hambat antibakteri ekstrak lidah buaya terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans menunjukan bahwa lidah buaya dengan konsentrasi 100% memiliki daya hambat dengan kategori yang paling baik dan efektif untuk menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans. Penelitian yang dilakukan oleh Dwirina (2013) mengenai pengaruh jus lidah buaya sebagai media perendaman akrilik selama 8 jam terhadap jumlah perlekatan Candida albicans menunjukkan terjadi penurunan rata-rata jumlah koloni Candida albicans seiring dengan peningkatan konsentrasi jus Aloe vera. Rata-rata jumlah koloni terkecil terdapat pada kelompok yang direndam dalam jus Aloe vera 100%. Penelitian yang dilakukan oleh Maryam (2013) bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak Aloe vera dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus sanguis. Penelitian ini menggunakan ekstrak Aloe vera dengan konsentrasi 5%, 10%, 25%, 50% dan 100% disertai dengan kontrol negatif dan kontrol positif, kemudian setiap konsentrasi tersebut dilakukan pengenceran sebanyak 5 kali yang dilarutkan dengan cairan aquades steril dengan replikasi 3 kali. Hasil yang diperoleh yaitu pada konsentrasi 5% dan 10% sudah memperlihatkan adanya zona bening tetapi dengan diameter yang kecil, ini berarti bahwa ekstrak Aloe vera konsentrasi 5% dan 10% sudah memiliki daya hambat

6 tetapi tidak cukup signifikan untuk digunakan dalam menghambat pertumbuhan bakteri streptococcus sanguis, sedangkan pada konsentrasi 25%, 50% dan 100% juga sudah terlihat adanya zona bening dengan diameter yang semakin besar, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak Aloe vera konsentrasi 100% merupakan konsentrasi yang paling efektif dan diikuti dengan konsentrasi 50% yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus sanguis. Sejauh yang penulis ketahui, belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat efek imbibisi pada penggunaan jus Aloe vera sebagai bahan desinfeksi hasil cetakan alginat. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efek imbibisi dari perendaman dan penyemprotan menggunakan jus Aloe vera pada bahan cetak alginat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah: a. Berapa besar imbibisi yang terjadi apabila hasil cetakan hydrocolloid irreversible alginat direndam dalam jus Aloe vera (100%) dengan durasi waktu selama 5 menit dan 10 menit? b. Berapa besar imbibisi yang terjadi apabila hasil cetakan hydrocolloid irreversible alginat disemprot dengan menggunakan jus Aloe vera (100%) dengan durasi waktu selama 5 menit dan 10 menit? c. Apakah ada perbedaan imbibisi pada bahan cetak alginat antara yang direndam dengan yang disemprot menggunakan jus Aloe vera?

7 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui efek imbibisi perendaman dan penyemprotan dengan menggunakan jus Aloe vera pada hasil cetakan alginat. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui imbibisi yang terjadi pada hasil cetakan hydrocoloid irreversible alginat yang direndam dalam jus Aloe vera (100%) selama 5 menit dan 10 menit. 2. Untuk mengetahui imbibisi yang terjadi apabila hasil cetakan hydrocoloid irreversible alginat yang disemprot dengan menggunakan jus Aloe vera (100%) dengan durasi waktu selama 5 menit dan 10 menit. 3. Untuk mengetahui perbedaan imbibisi pada bahan cetak hydrocolloid irreversible alginat yang direndam dalam jus Aloe vera 100% selama 5 menit dan 10 menit. 4. Untuk mengetahui perbedaan imbibisi pada bahan cetak hydrocolloid irreversible alginat yang disemprot dengan menggunakan jus Aloe vera 100% selama 5 menit dan 10 menit 5. Untuk mengetahui imbibisi terkecil pada bahan cetak alginat antara yang direndam dengan yang disemprot menggunakan jus Aloe vera 100% selama 5 menit dan 10 menit.

8 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi Penelitian ini dapat dijadikan referensi guna menambah informasi bagi bidang keilmuan. 2. Bagi dunia kedokteran gigi Penelitian ini dapat dijadikan referensi guna menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengaplikasian di bidang kedokteran gigi. 3. Bagi peneliti Penelitian ini dapat digunakan untuk mengaplikasikan ilmu kedokteran gigi yang telah didapat dalam melaksanakan penelitian. 4. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik serupa dengan variabel yang berbeda. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas efek imbibisi hasil cetakan hydrocolloid irreversible alginat yang direndam dan disemprot dengan menggunakan bahan desinfektan jus Aloe vera. Konsentrasi desinfektan yang dipilih untuk perendaman dan penyemprotan adalah 100% dalam jangka waktu perendaman dan penyemprotan 5 menit dan 10 menit. Metode yang akan digunakan adalah pre and post test.