BETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

MENINGKATKAN PERAN SERTA REMAJA DALAM PELEMBAGAAN KELUARGA KECIL BAHAGIA SEJAHTERA MENUJU PENDUDUK TUMBUH SEIMBANG 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak-anak menuju ke jenjang masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. baik fisik, psikologis, intelektual maupun sosial. Baik buruknya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa. Sebesar 63,4 juta jiwa diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

I. PENDAHULUAN. sebanyak 237,6 juta jiwa, dengan 27,6% dari jumlah penduduknya adalah remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

BAB I PENDAHULUAN. norma-norrma yang berlaku di masyarakat (Shochib, 2000, hlm.15).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

REMAJA GENRE: PELUANG MENUJU BONUS DEMOGRAFI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Key Words : Strategi Komunikasi, Bidang Bina Ketahanan Remaja, Jumlah Genre

BAB I. PENDAHULUAAN. pada masa ini terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Batubara,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

SAMBUTAN BUPATI KULON PROGO

LAPORAN KEGIATAN EVALUASI PASCA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORIENTASI PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MEMBEBASKAN KULONPROGO DARI BAHAYA NARKOBA

Transkripsi:

BETAPA SERIUSNYA PERMASALAHAN REMAJA KITA Mardiya Anak remaja (usia 10 24 tahun) memiliki populasi yang besar, karena sekitar seperlima penduduk dunia ternyata merupakan anak remaja. Di Indonesia sendiri, menurut hasil Sensus Penduduk 2010, populasi anak remaja saat ini mencapai tidak kurang dari 67 juta jiwa. Dengan asumsi jika total penduduk Indonesia sekarang ini sekitar 237,6 juta, maka proporsi anak remaja kita mencapai 28% dari total penduduk. Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja seringkali dihadapkan pada ketidakpastian yang berkenaan dengan status mereka, disatu pihak mereka sudah tidak lagi diakui sebagai kanak-kanak, namun dipihak lain mereka belum dapat dikatakan dewasa karena belum mampu memenuhi tugas-tugas orang dewasa. Keadaan ini juga disebut sebagai masa yang penuh topan dan badai. Ketidakpastian ini membuat remaja menjadi salah tingkah, mereka tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi ketidakpastian itu. Pada masa remaja, seorang anak menurut Sumarwi Astuti (2008) dituntut harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial mulai dari lingkungan keluarga, teman, sekolah dan masyarakat. Remaja tidak lagi bergaul di rumah atau di sekolah, tetapi remaja dituntut mampu membina hubungan yang baru dengan orang dewasa lainnya. Oleh karena itu remaja harus mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai macam individu dan situasi sosial, agar remaja dapat menyesuaikan diri ke dalam lingkungan sosial yang baru. Dalam perkembangan psikososial, Soetjiningsih (2004) membagi masa remaja menjadi tiga bagian yaitu: (1) masa remaja awal/dini (early adolescence) umur 11 13 tahun; (2) masa remaja pertengahan (middle adolescence) umur 14 16 tahun; dan (3) masa remaja lanjut (late adolescence) umur 17 20 tahun. Istilah adolescence sendiri berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Menurut Hurlock (1991) adolescence memiliki arti yang mencakup kematangan fisik, mental, emosional dan sosial.

Yang perlu dimengerti dan dipahami, masing-masing tahapan memiliki ciri tersendiri, tetapi tidak memiliki batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan. Dalam sejarah hidup manusia, tumbuh kembang terjadi sejak intra uterin dan terus berlangsung hingga dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah, anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang, termasuk tahap remaja. Tumbuh kembang remaja adalah suatu proses yang berbeda dengan masa anak. Pada masa ini terjadi perubahan psikobiologikal yang begitu pesat. Oleh karena itu pada masa transisi ini harus mendapat perhatian dari semua pihak terutama para orangtua yang hampir sehariharinya berhubungan langsung dengan anak. Mengingat banyak permasalahan yang timbul pada masa remaja, maka para orangtua dan pihak-pihak yang berkepentingan perlu diberi pengetahuan yang memadai dalam rangka pengasuhan dan pembinaan terhadap anak remaja ini, termasuk upaya penanggulangan permasalahan yang dihadapi oleh anak remaja. Dari seluruh masa tumbuh kembang anak, masa remaja menjadi bagian penting dan tidak dapat dikesampingkan karena turut memberikan andil dalam menentukan masa depan anak menuju dewasa yang memiliki kualitas hidup yang tinggi. Ancaman pada masa remaja ini umumnya selalu datang bertubi-tubi, khususnya di negara yang sedang berkembang. Menurut IG.N. Gde Ranuh(dalam soetjiningsih, 2004), sepanjang abad 20 lingkungan telah banyak merubah perilaku para remaja dan banyak menjurus ke perilaku resiko tinggi (risk-taking behavior) dengan segala konsekuensi akibat dari perilaku tersebut. Salah satu bentuk perilaku resiko tinggi yang terjadi dan menjadi masalah anak pada masa remaja ini adalah perilaku yang berkaitan dengan perilaku seks para nikah. Nashori (1996) menunjukkan angka statistik tentang tentang deviasi (penyimpangan) perilaku anak remaja yang semakin besar dari tahun ke tahun terkait dengan perilaku seks para nikah. Era tahun 1970, penelitian mengenai perilaku seks para nilkah menunjukkan angka 7 9 persen. Dekade tahun 1980, perilaku bebas seks pra nikah meningkat menjadi 12 15 persen. Berikutnya tahun 1990 meningkat lagi menjadi 20 persen. Kondisi yang demikian itu, seakan ditegaskan oleh hasil penelitian Presidiem SMA Kolese De Brito pada tahun 1994 yang menyatakan bahwa 22 persen pelajar di DIY setuju hubungan seks di luar nikah. Di tahun 2010, hasil penelitian ANU & UI di JATABEK usia <17 24 tahun : 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan 38,7% remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah.

Di era sekarang ini, Pusat Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35 persen dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di mana 50 persen di antaranya menyebabkan kehamilan. Di Kabupaten Kulon Progo sendiri berdasarkan hasil penelitian Yayasan Usamah Tahun 2005 menunjukkan bahwa 48 dari 557 remaja (8,8%) yang pernah dan masih pacaran mengaku pernah melakukan hubungan seksual saat pacaran, sebanyak 61 remaja (11,2%) saling meraba tubuh pacar dan 92 remaja lainnya (16,9%) melakukan aktivitas peluk cium saat pacaran. Kemudian berdasarkan laporan dari Kantor Depag Kulon Progo dari jumlah pernikahan sepanjang tahun 2006 sebanyak 3.938 kali terdapat pernikahan dalam keadaan hamil sebanyak 390 atau 9,9% dari total perkawinan yang terjadi. Kondisi terakhir, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo yang merujuk pada laporan dari Puskesmas, sepanjang tahun 2011 diketahui sekitar 11,78% calon pengantin baru yang melakukan pp test sudah dalam keadaan hamil. Ditingkat nasional, yang sangat mengejutkan, sebagaimana direlease oleh bkkbn online, sekarang ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini, sangatlah memprihatinkan. Menurut Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater, pengaruh gaya hidup barat sebagai penyebab utama para remaja mengabaikan nilai-nilai moral. Mereka menganggap seks bebas sebagai sesuatu yang wajar. Padahal agama melarang keras seks bebas. Menurut Prof. Dadang, namanya saja perzinahan, mendekatinya saja tidak boleh, apalagi melakukannya. Ini membuktikan, remaja sekarang ini sangat rentan terkena pengaruh dampak buruk informasi seks yang tidak mendidik dan tidak sesuai kaidah agama. Menurut hasil penelitian Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI pada tahun 1990 terhadap siswa siswi di Jakarta dan Yogyakarta menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan senggama adalah: membaca buku porno dan menonton film biru (54,39% di Jakarta dan 49,2% di Yogyakarta). Motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka (76% di Jakarta dan 75,6% di Yogyakarta), Kebutuhan biologik 14 18% dan merasa kurang taat pada nilai agama antara 20 26%. Permasalahan di atas hanyalah sekedar contoh dari sejumlah masalah yang dihadapi oleh anak remaja kita. Karena bila diteliti lebih jauh, tidak sedikit dari remaja kita yang terlibat

perilaku negatif lainnya seperti minum-minuman keras, merokok, mencuri, menipu, berkelahi dan tindak kekerasan lainnya serta penyalahgunaan obat-obatan terlarang/narkoba. Hal yang terakhir, dampaknya sangat berbahaya bagi masa depan bangsa dan remaja itu sendiri. Sementara Soetjiningsih (2004) membagi permasalahan remaja menjadi tujuh kategori, yaitu: (1) terganggunya nutrisi, (2) penggunaan obat terlarang, (3) terganggunya kesehatan jiwa, (4) masalah kesehatan gigi, (5) penyakit yang terkait dengan lingkungan bersih, (6) gangguan kesehatan karena hubungan seks, dan (7) trauma fisik dan psikis karena sebagai korban kekerasan. Apapun klasifikasi, bentuk dan jenisnya, permasalahan remaja harus ditangani serius serta dicarikan solusi upaya pencegahannya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari dampak yang semakin meluas yang dapat mengancam ketahanan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara mengingat remaja adalah generasi penerus di masa depan. Untuk itu diperlukan formulasi penanganan dan upaya pencegahan masalah remaja secara tepat dan berkesinambungan, agar persoalannya tidak semakin akut. Di sini keluarga sebagai tempat bernaung dan berlindung bagi seluruh anggota keluarga termasuk anak remaja, memiliki peran dan kedudukan yang strategis dalam ikut serta menangani persoalan yang dihadapi para remaja, paling tidak untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkannya. Dengan mengetahui karakteristik tumbuh kembang remaja diharapkan para orangtua dapat memahami apa yang terjadi pada anak remajanya sehingga dapat memberikan pola pengasuhan dan pembinaan serta pelayanan yang tepat bagi anak remajanya. Dengan pola pembinaan, pengasuhan dan pelayanan yang tepat tentu akan memberikan pengaruh positif pada anak remaja dalam rangka menemukan dirinya sendiri, membentuk identitas diri serta membangun dirinya menjadi remaja yang sehat, cerdas, trampil, berkepribadian, berbudi pekerti luhur serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sejak diberlakukannya Undang-undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga telah memberikan perhatian lebih pada anak dan remaja. Bukan saja pada karakteristik tumbuh kembangnya, tetapi juga pada upaya pemecahan masalah dan pengasuhan serta pembinaan melalui mediasi orangtua atau anggota keluarga lainnya (bibi, paman, kakek, nenek, dan sebagainya yang tinggal satu rumah dengan anak remaja).

Perhatian BKKBN terhadap tumbuh kembang remaja berikut persoalannya didasarkan pada suatu pemahaman bahwa kesejahteraan keluarga tidak hanya ditandai oleh kecukupan materi atau hal-hal lain yang bersifat fisik, namun sudah mengarah pada hal-hal yang bersifat non fisik (ketahanan keluarga). Salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan keluarga ini adalah kepedulian dan kemampuan keluarga khususnya orangtua dalam memberikan layanan terhadap tumbuh kembang remaja hingga berlangsung secara optimal. Sehubungan dengan itu, BKKBN telah membentuk wadah kegiatan yang dinamakan dengan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) yang berbasis di sekolah dan luar sekolah dan Bina Keluarga Anak Remaja (BKR) yang umumnya berbasis di tingkat dusun. PIK Remaja suatu wadah kegiatan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR) yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja dalam memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta kegiatankegiatan lainnya. PKBR suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja, yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari resiko Triad KRR (seksualitas, Napza dan HIV/AIDS), menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya. Sedangkan Kelompok BKR memiliki sasaran binaan keluarga yang memiliki anak usia sekolah dan remaja. Mereka biasanya menghadapi masalah dalam mempersiapkan anaknya menjadi manusia dewasa. Kegiatan BKR bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan orangtua dalam membina anak remaja agar dapat mencapai kedewasaan baik secara fisik, mental sosial dan ekonomi agar lebih siap mandiri. Bentuk kegiatan adalah penyuluhan kelompok yang dilakukan oleh kader kepada orangtua yang mempunyai anak usia sekolah dan remaja. Materi penyuluhan disesuaikan dengan usia anak, yaitu kelompok orangtua yang mempunyai anak usia 6 13 tahun dan atau 14 21 tahun. Materinya meliputi tumbuh kembang anak remaja, Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), pola asuh orangtua terhadap anak remaja dan interaksi orangtua dengan anak remaja. Jumlah kelompok PIK Remaja yang menjadi binaan Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPDPKB) Kabupaten Kulon Progo, lembaga/ institusi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program KB di daerah,

saat ini mencapai 40 kelompok yang terdiri dari 22 kelompok jalur sekolah dan 18 kelompok jalur non sekolah. Ke-40 kelompok PIK Remaja ini tersebar di 12 kecamatan se kabupaten Kulon progo dengan rincian Kecamatan Temon 4 kelompok, Kecamatan Wates 8 kelompok, Kecamatan Panjatan 2 Kelompok, Kecamatan Galur 2 kelompok, Kecamatan Lendah 2 kelompok, Kecamatan Sentolo 3 kelompok, Kecamatan Pengasih 6 kelompok, Kecamatan Kokap 4 kelompok, Kecamatan Girimulyo 2 kelompok, Kecamatan Nanggulan 2 kelompok, Kecamatan Kalibawang 2 kelompok, dan Kecamatan Samigaluh 3 kelompok. Sedangkan jumlah kelompok BKR sekarang ini ada 92 kelompok yang tersebar di 12 kecamatan. Sebarannya adalah sebagai berikut: Kecamatan Temon 15 kelompok, Kecamatan Wates 9 kelompok, Kecamatan Panjatan 2 kelompok, Kecamatan Galur 7 kelompok, Kecamatan Lendah 7 kelompok, Kecamatan Sentolo 15 kelompok, Kecamatan Pengasih 7 kelompok, Kecamatan Kokap 4 kelompok, Kecamatan Girimulyo 4 kelompok, Kecamatan Nanggulan 7 kelompok, Kecamatan Kalibawang 7 kelompok dan Kecamatan Samigaluh 8 kelompok. Ke depan, kelompok PIK Remaja dan BKR ini diharapkan menjadi salah satu yang efektif untuk menangani dan memecahkan sejumlah persoalan yang dihadapi anak dan remaja melalui jalur kelompok sebaya dan keluarga. Disini kesadaran dan kepedulian orangtua maupun anggota masyarakat lainnya yang diiringi dengan keluasan wawasan dan pengetahuan tentang anak remaja menjadi kunci pokok berhasil tidaknya orangtua dan masyarakat menghantarkan anak remaja menuju ke kedewasaan yang ideal. Hal ini mengingat peran mereka yang begitu vital serta lamanya waktu yang dihabiskan anak remaja di dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Drs. Mardiya, Ka Sub Bid Advokasi konseling dan Pembinaan KB dan Kesehatan Reproduksi pada BPMPDPKB Kabupaten Kulon Progo.