I. PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun diperkirakan sekitar 1,15%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR i

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

I. PENDAHULUAN. manusia, karena didalamnya mengandung semua komponen bahan yang

BAB I LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. aktif dan sehat (Martianto, 2005). Diversifikasi pangan akan memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia adalah perkembangan pola

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil hasil

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. makanan. Dalam sejarah, kehidupan manusia dari tahun ke tahun mengalami

PENDAHULUAN. terus melemah dan akhirnya tidak laku di pasaran. Menurut perkiraan United State Department of Agriculture (USDA)yang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH BERBAGAI FILLER (BAHAN PENGISI) TERHADAP KARAKTERISTIK DAN DAYA TERIMA CHICKEN NUGGET SKRIPSI. Oleh MARGI KUSUMANINGRUM

BAB 1 PENDAHULUAN. akan tetapi sering dikonsumsi sebagai snack atau makanan selingan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang gizi

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis. Iklim

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman singkong adalah komoditas tanaman umbi-umbian yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

BAB I PENDAHULUAN. bertanam selain itu sebagian masyarakat Indonesia hampir setiap hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh konsumen rumah tangga dan industri makanan di Indonesia. Tepung

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA TUNAGRAHITA (SMALB-C-D1)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena Indonesia belum mampu memproduksi gandum di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

PENDAHULUAN. singkong, ubi, talas dan lain-lainnya. Gandum berpotensi sebagai pengganti beras

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008 adalah 227.779.100 orang. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2005-2010 diperkirakan sekitar 1,15% per tahun dan pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sekitar 273.000.000 orang (www.datastatistik-indonesia.com, 2008). Jumlah penduduk yang besar tersebut berkaitan langsung dengan masalah ketahanan pangan dan berbagai masalah lainnya seperti pendidikan, tenaga kerja, transportasi dan sebagainya. Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan mendefinisikan Ketahanan Pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan adalah dengan melakukan diversifikasi pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tidak hanya sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras tetapi juga upaya peningkatan perbaikan gizi untuk mendapatkan manusia yang berkualitas dan mampu berdaya saing dalam percaturan globalisasi. Dari segi fisiologis, manusia untuk dapat hidup aktif dan sehat memerlukan lebih 40 jenis zat gizi yang terdapat pada berbagai jenis makanan. Tidak ada satupun jenis pangan yang lengkap gizinya kecuali air susu ibu (ASI)(www.banten.litbang.deptan.go.id, 2008). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan gizi masyarakat adalah mendorong berbagai pihak termasuk pihak 1

swasta untuk memproduksi makanan non beras seperti mengolah makanan berbasis jagung menjadi produk makanan seperti bihun jagung. Bihun yang selama ini dikenal sebagai makanan turunan beras, disubstitusi bahan bakunya dari pati jagung dengan produknya yang dikenal dengan nama bihun jagung. Pati jagung diharapkan dapat mengurangi pemakaian beras untuk bihun. Bukan berarti ini akan menghilangkan pemakaian bihun dari tepung beras, tetapi untuk menambah keragaman produk yang telah ada supaya dapat mengatasi tingginya minat masyarakat terhadap pemakaian bahan pangan bihun. Bihun jagung dapat diandalkan sebagai makanan utama dengan diolah menjadi bihun goreng dan bihun rebus. Hanya saja perlu diperhatikan komposisi dan variasi masakan pendamping seperti lauk-pauk (protein) dan sayuran untuk memenuhi kelengkapan gizi yang dibutuhkan. Misalnya, satu porsi bihun goreng ditambah satu butir telur, 100 gram tahu, dan 50 gram sayuran cukup untuk memenuhi porsi makan siang ditambah buah sebagai pelengkap (www.cetak.kompas.com, 2008). Bihun jagung ini dicetuskan dan dikembangkan pertama kali pada awal tahun 2005 oleh perusahaan lokal bernama PT. Subafood Pangan Jaya (PT. SPJ) yang berlokasi di Tangerang, Banten. Penamaan bihun jagung bertujuan untuk memudahkan pengenalan kategori produk ini ke pasar. Perusahaan ini memutuskan untuk menamai kategori produk ini bihun jagung karena proses produksinya mirip dengan proses pembuatan bihun pada umumnya namun menggunakan bahan dasar pati jagung bukan tepung beras. PT. SPJ memproduksi bihun jagung tersebut dalam upaya untuk mendukung program pemerintah untuk pengembangan diversifikasi pangan yang berbasis lokal dan mengurangi ketergantungan impor terutama yang berbahan dasar gandum. 2

Prospek bihun jagung sejak diproduksi pertama kali tahun 2006 mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Data produksi bihun jagung dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini : Tabel 1. Produksi Bihun Jagung Tahun Produksi (ton/bln) Jumlah Produsen Keterangan 2006 200 2 2007 1.000 4 2008 6.000 10 2009 10.000 Prediksi 2010 15.000 Prediksi Sumber : Tjokrosaputra, 2008. Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa produksi produk bihun jagung setiap tahun meningkat lebih dari dua kali lipat, yang berarti bihun jagung dapat diterima dan disukai oleh semua lapisan masyarakat karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya lebih kenyal, lebih tahan lama (tidak mudah basi), lebih sehat (tidak melalui proses penggorengan, melainkan pengukusan), dan memiliki harga yang terjangkau. (Tjokrosaputra, 2008). Pertumbuhan produksi bihun jagung yang tinggi belum diimbangi dengan tumbuhnya industri yang mengolah jagung menjadi tepung/pati jagung yang diperlukan sebagai bahan baku, menyebabkan kebutuhan bahan baku masih diimpor dari luar negeri terutama dari Cina. Sampai dengan akhir tahun 2008 tercatat 10 perusahaan yang memproduksi bihun jagung dengan total produksi mencapai 72.000 ton. Kondisi ini menyebabkan persaingan produksi bihun jagung menjadi semakin ketat. Pangsa pasar bihun jagung PT. SPJ mencapai 20% dari seluruh produksi bihun jagung nasional (Tjokrosaputra, 2008). Selain itu kondisi keuangan PT. SPJ dari tahun 2005-2008 yang masih mengalami kerugian, mendorong perusahaan untuk melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan inovasi dan daya saing. 3

Meningkatkan inovasi dan daya saing produk bihun jagung. Peran teknologi tidak kalah pentingnya dari peran bisnis (agar produksi bihun jagung mencapai hasil yang optimal). Pada kesempatan ini penulis melakukan kajian strategi bisnis dan teknologi produksi bihun jagung yang diterapkan di PT. SPJ. Kajian teknologi meliputi penggunaan komponen teknologi dikelompokkan sebagai technoware, humanware, inforware dan orgaware (THIO) dan kemampuan teknologi yang meliputi kemampuan operatif, suportif, akuisitif, dan inovatif untuk menentukan status teknologi. Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan untuk menentukan strategi bisnis, kemudian dikaji keterkaitan antara strategi bisnis dan teknologi untuk meningkatkan inovasi dan daya saing perusahaan. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi internal dan eksternal perusahaan yang meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial dan teknologi (PEST)? 2. Bagaimana status komponen dan kemampuan teknologi yang dimiliki oleh PT. SPJ agar mampu menghasilkan bihun jagung secara optimal? 3. Bagaimana strategi bisnis dan teknologi untuk meningkatkan inovasi dan daya saing? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Menganalisis kondisi internal dan eksternal perusahaan yang meliputi kondisi politik, ekonomi, sosial dan teknologi (PEST) 2 Mengkaji status komponen dan kemampuan teknologi yang dimiliki oleh PT.SPJ agar mampu menghasilkan bihun jagung secara optimal. 4

3 Memformulasikan strategi bisnis dan teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan inovasi dan daya saing. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi pengusaha untuk menerapkan alternatif teknologi dan bisnis produksi bihun jagung agar kemampuan inovasi dan daya saing meningkat. 2. Sumbangan pemikiran akademis dalam pengkajian strategi bisnis dan teknologi produksi bihun jagung agar kemampuan inovasi dan daya saing meningkat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian 1. Penerapan manajemen teknologi produksi bihun jagung yang meliputi technoware, humanware, inforware dan orgaware dan kemampuan teknologi yang meliputi kemampuan operatif, suportif, akuisitif dan inovatif 2. Formulasi strategi bisnis dan teknologi untuk meningkatkan inovasi dan daya saing. 5

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB