KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
SITUASI PANGAN DAN GIZI WILAYAH (Kasus di Kabupaten Tuban) PENDAHULUAN

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN (NBM) DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KABUPATEN SIDOARJO

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

NERACA BAHAN MAKANAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

Dinas Ketahanan Pangan Kota Ternate. Neraca Bahan Makanan (NBM) & PPH Ketersediaan Kota Ternate Tahun 2017

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I. PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan,

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DENGAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN

ANALISIS NERACA BAHAN MAKANAN KABUPATEN SUMBAWA (ANALYSIS OF FOOD BALANCE SHEET IN SUMBAWA REGENCY ON )

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan Pangan

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

III. PANGAN ASAL TERNAK DAN PERANANNYA DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KETAHANAN PANGAN REGIONAL DAN TINGKAT RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Provinsi Sulawesi Utara)

TIPOLOGI KECAMATAN BERDASARKAN KETERSEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (SUB DISTRICT TYPOLOGY BASED ON FOOD AVAILABILITY IN TRENGGALEK REGENCY)

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI : FAKTOR PENDUKUNG PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

KATEGORI POTENSI KECAMATAN BERDASARKAN SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN TRENGGALEK

PEMETAAN KETERSEDIAAN PANGAN TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN TRENGGALEK (MAPPING OF FOOD AVAILABILITY AT THE DISTRICT LEVEL IN TRENGGALEK REGENCY)

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN MALANG (PROVISION OF FOOD ANALYSIS IN MALANG REGENCY)

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAPORAN KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2015

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BPSPROVINSI JAWATIMUR

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

Perkiraan Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Strategis Periode Hbkn Puasa Dan Idul Fithri 2017 (Mei-Juni)

Pengumpulan, Pengolahan dan Estimasi Data Neraca Bahan Makanan, 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Dalam kerangka pikir ini digambarkan secara sistematis pola pikir dalam

KATA PENGANTAR. Buletin Konsumsi Pangan. (United States Departement of Agriculture).

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

Butir Kegiatan Analisis Ketahanan Pangan Bidang Ketersediaan Pangan

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,

TINJAUAN PUSTAKA. Konsumsi Pangan dan Faktor yang Mempengaruhinya

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Transkripsi:

P R O S I D I N G 69 KETERSEDIAAN ENERGI, PROTEIN DAN LEMAK DI KABUPATEN TUBAN : PENDEKATAN NERACA BAHAN MAKANAN Condro Puspo Nugroho 1*, Fahriyah 1, Rosihan Asmara 2 1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2 Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya *E-mail: c3pe.agri.ub@gmail.com PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia di dunia dan merupakan hal yang tidak dapat dipandang remeh karena merupakan masalah yang serius dan strategis. Pangan juga merupakan kebutuhan yang pemenuhannya tidak dapat ditunda serta dapat memicu gejolak sosial dan ketidakstabilan politik jika tidak dapat tertangani dengan baik. Setiap manusia memerlukan bahan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Dengan menggunakan bahan pangan, manusia mampu membangun sel-sel tubuhnya dan menjaganya agar tetap berfungsi dengan semestinya sehingga tetap sehat. Dalam suatu masyarakat yang maju, terasa timbul kesadaran untuk mengetahui komposisi makanan yang dikonsumsi. Pada umumnya, pangan atau makanan tidak hanya tersusun atas air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan serat makanan (dietary fiber) tetapi juga terdiri atas berbagai zat kimia lain yang sudah berada dalam makanan secara alami maupun yang ditambahkan. Agar individu tidak kekurangan gizi maka akses setiap individu terhadap pangan harus dijamin. Akses pangan setiap individu ini sangat tergantung pada ketersediaan pangan dan kemampuan untuk mengaksesnya secara terus-menerus (continue). Pengadaan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh penduduk dan sesuai dengan persyaratan gizi, merupakan masalah terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia. Untuk menjawab masalah ini diperlukan informasi mengenai situasi pangan disuatu negara atau daerah pada periode tertentu. Hal ini dapat terlihat dari gambaran produksi, pengadaan dan penggunaan pangan serta tingkat ketersediaan untuk konsumsi penduduk per kapita. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran situasi pangan dapat disajikan dalam suatu neraca atau tabel yang dikenal dengan nama Neraca Bahan Makanan. Dalam rangka penyusunan program pembangunan ketahanan tersebut, maka diperlukan analisis situasi pangan yang dituangkankan dalam Neraca Bahan Makanan. Neraca Bahan Makanan memberikan informasi tentang situasi pengadaan atau penyediaan pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, pasokan dari luar, dan stok serta penggunaan pangan untuk kebutuhan pakan, bibit, penggunaan untuk industri. Di samping itu NBM memberikan informasi ketersediaan pangan untuk dikonsumsi penduduk dalam kurun waktu tertentu. Melalui NBM dapat dilihat secara makro gambaran susunan bahan makanan, jumlah dan jenis bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi, sehingga dapat diketahui persediaan dan penggunaan pangan, serta tingkat ketersediaan dan penggunaan pangan di suatu daerah. NBM menyajikan angka rata-rata banyaknya jenis bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk per kapita per tahun (dalam kilogram), dan per kapita per hari (dalam gram) dalam kurun waktu tertentu.

P R O S I D I N G 70 Bertolak dari informasi dan permasalahan tersebut, maka penelitian ini difokuskan untuk menyusun dan meganalisis keadaan ketersediaan pangan di Kabupaten Tuban berdasarkan pendekatan Neraca Bahan Makanan (NBM). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan informasi dalam menentukan kebijakan terkait dengan ketahanan pangan, khususnya pada aspek penyediaan pangan di Kabupaten Tuban.Tujuan dalam penelitian ini adalah :1) Menganalisis ketersediaan pangan di Kabupaten Tuban Tahun 2016, 2) Menganalisis ketersediaan pangan dalam bentuk energi, lemak, dan protein. METODE PENELITIAN Neraca Bahan Makanan disusun dalam suatu Tabel NBM terdiri dari 19 kolom yang terbagi menjadi 3 kelompok penyajian yaitu pengadaan atau penyediaan, penggunaan atau pemakaian dan ketersediaan per kapita. Jumlah pengadaan harus sama dengan jumlah penggunaan. Komponen pengadaan meliputi produksi (masukan dan keluaran), perubahan stok, impor dan ekspor.sedangkan komponen penggunaan meliputi penggunaan untuk pakan, bibit, industri (makanan dan bukan makanan), tercecer, dan bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi. Ketersediaan pangan dengan Analisa NBM mencakup: (1) jumlah energi yang tersedia untuk konsumsi pangan per kapita penduduk; (2) jumlah protein yang tersedia untuk konsumsi pangan per kapita penduduk. Jumlah energi yang tersedia untuk konsumsi pangan per kapita penduduk berasal dari kolom 19 dalam NBM dengan satuan kal/hari. HASIL PENELITIAN Ketersediaan pangan di Kabupaten Tuban ini berasal dari sumber pangan nabati dan pangan hewani. Sumber pangan nabati ini meliputi kelompok padi-padian, makanan berpati, gula, buah atau biji berminyak, buah-buahan, sayuran dan sebagian dari kelompok minyak dan lemak. Sumber pangan hewani meliputi kelompok pangan daging, telur, susu, ikan, serta sebagian kelompok minyak dan lemak. Kelompok pangan minyak dan lemak yang termasuk dalam pangan nabati adalah kacang tanah. Sedangkan kelompok pangan minyak dan lemak yang termasuk dalam pangan hewani adalah lemak sapi, lemak kerbau, lemak kambing dan lemak domba. Produksi setiap kelompok pangan memberikan sumbangan yang berbeda-beda pada penyediaan dalam kabupaten yang kemudian akan mempengaruhi jumlah ketersediaan pangan di kabupaten tersebut. Besarnya penyediaan dalam kabupaten ini ditentukan oleh besarnya produksi yang dihasilkan pada setiap kelompok pangan yang kemudian dikurangi dengan perubahan stok yang terjadi, ditambah dengan besarnya impor dan dikurangi dengan adanya ekspor. Impor disini berarti adanya penambahan sejumlah produk pangan dari daerah-daerah di luar kabupaten, sedangkan ekspor adalah adanya perpindahan sejumlah produksi ke daerah-daerah di luar kabupaten tersebut. Melalui penyediaan dalam kabupaten ini dapat diketahui seberapa besar jumlah setiap komoditas pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat melalui pemakaian dalam kabupaten (domestic utilization) yang meliputi

P R O S I D I N G 71 penggunaan untuk pakan, bibit, industri, tercecer dan terakhir adalah jumlah produk yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Berdasarkan perolehan domestic utilization dapat diketahui seberapa besar hasil produksi dari setiap komoditas pangan yang dapat digunakan sebagai bahan makanan bagi masyarakat, melalui jumlah ketersediaan pangan di kabupaten. Setiap kelompok pangan memberikan kontribusi yang berbeda-beda dalam pemenuhan ketersediaan pangan dalam kabupaten. Ketersediaan kelompok pangan per kapita ini merupakan hasil konversi dari ketersediaan pangan dalam satuan ton menjadi kg/tahun. Oleh karena itu dapat diketahui seberapa besar ketersediaan pangan per kapita per tahun dalam kg/tahun, hingga ketersediaan pangan per kapita per tahun dalam gram/hari. Secara lengkap ketersediaan kelompok pangan per kapita disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Ketersediaan Kelompok Pangan per Kapita Kabupaten Tuban 2016 Ketersediaan Kelompok Pangan Per Kapita Distribusi Ketersediaan (%) Kg/Tahun Padi-padian 360,89 74,78 Makanan Berpati 58,05 12,03 Gula 0,00 0,00 Buah Biji Berminyak 11,94 2,47 Buah-buahan 18,96 3,93 Sayur-sayuran 12,66 2,62 Daging 6,46 1,34 Telur 1,25 0,26 Susu 0,06 0,01 Ikan 10,68 2,21 Minyak dan Lemak 1,66 0,34 Total 482,61 100% Sumber: Tabel NBM Kabupaten Tuban2016(Diolah) Ketersediaanpangan per kapita di Kabupaten Tuban menurut kelompok pangan didominasi oleh kelompok pangan padi-padian yaitu sebesar 360,89kg/tahun atau sebesar 74,78% dari total ketersediaan. Kelompok pangan yang juga menyumbang kontribusi cukup tinggi bagi total ketersediaan pangan di kabupaten ini adalah kelompok pangan makanan berpati yaitu 58,05 kg/tahun atau sebesar 12,03%. Penyumbang terendahnya yaitu pada komoditas gula pasir yang sama sekali tidak memiliki nilai produksi. Berdasarkan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) X tahun 2012 telah merekomendasikan ketetapan angka kecukupan energi di tingkat konsumsi per kapita dianjurkan sebanyak 2.150 kkal dan protein 57 gram per hari. Pada tingkat penyediaan energi dan protein yaitu masingmasing sebanyak 2.400 kkal dan 63 gram per kapita per hari.sedangkan angka kecukupan konsumsi lemak dianjurkan sebanyak 25 persen dari energi. Melalui tabel ketersediaan pada NBM dapat diketahui seberapa besar tingkat ketersediaan pangan per kapita di Kabupaten Tuban pada tahun 2016. Ketersediaan energi dan protein di Kabupaten Tubansangat bagus karena nilanya berada di atas standar ketersediaan minimal sebesar 2.400 kkal/kapita/hari dan protein 63 gram/kapita/hari, dimana ketersediaan energi mencapai 3.819,55kkal/kapita/hari dan protein

P R O S I D I N G 72 102,88gram/kapita/hari, sedangkan ketersediaan lemak 45,23 gram/kapita/hari seperti yang tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Ketersediaan Energi Pangan per Kapita di Kabupaten Tuban Komoditas Ketersediaan Per Kapita Distribusi (%) Kalori Protein Lemak Kalori Protein Lemak kkal/hari gram/hari gram/hari % % % Padi-padian 3.336,30 84,39 26,10 87,35 82,03 57,72 Makanan berpati 207,81 1,37 0,41 5,44 1,33 0,91 Gula 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Buah biji berminyak 143,19 8,49 12,32 3,75 8,26 27,24 Buah-buahan 21,93 0,24 0,11 0,57 0,23 0,25 Sayur-sayuran 29,25 1,34 0,68 0,77 1,31 1,51 Daging 40,83 3,14 3,04 1,07 3,05 6,72 Telur 5,00 0,38 0,36 0,13 0,37 0,80 Susu 0,09 0,00 0,01 0,002 0,005 0,01 Ikan 19,92 3,51 0,50 0,52 3,41 1,11 Minyak dan lemak 15,24 0,00 1,69 0,40 0,004 3,73 Total 3.819,55 102,88 45,23 100 100 100 Sumber: Tabel NBM Kabupaten Tuban2016(Diolah) Jenis pangan yang berkontribusi cukup besar terhadap ketersediaan energi per kapita per hari adalah komoditas padi-padian yang menyumbang sebesar 87,35% kemudian disusul oleh makanan berpati sebesar 5,44%. Di tempat ketiga terdapat komoditas buah biji berminyak yang menyumbang 3,75%. Adapun pemberi sumbangan terkecil untuk jenis zat gizi kalori adalah gula (0,00kkal/kapita/hari). Pada jenis zat gizi berupa protein, komoditas padi-padian merupakan penyumbang ketersediaan tertinggi yaitu sebesar 84,39% atau setara dengan 82,03 gram/kapita/hari. Sementara itu, penyumbang ketersediaan protein yang cukup besar selanjutnya adalah buah biji berminyak dengan proporsi 8,26%. Selain gula, komoditas minyak dan lemak merupakan komoditas yang memiliki sumbangan protein terkecil. Kelompok pangan padi-padianadalah penyumbang lemak terbesar dalam keseluruhan jenis pangan dengan persentase sebesar 57,72% atau setara dengan 26,10 gram/kapita/hari. Pada tempat kedua terdapat komoditas buah biji berminyak dengan sumbangan lemak sebesar 27,24% atau 12,32 gram/kapita/hari. Adapun penyumbang lemak yang paling kecil adalah gula.

P R O S I D I N G 73 KESIMPULAN Ketersediaan energi dan protein sudah berada di atasstandar ketersediaan sebesar 2.400 kkal/kapita/hari dan protein 63 gram/kapita/hari, dimana ketersediaan energi mencapai 3.819,55kkal/kapita/hari, protein 102,88 gram/kapita/hari. Ketersediaan lemak adalah 45,23gram/kapita/hari. Tingginya nilai ketersediaan pangan pada tahun 2016sangat dipengaruhi oleh produksi pertanian utamanya tanaman pangan yang cukup besar. Namun keragaman bahan pangan masih kurang. Oleh karena itu, sistem distribusi dan perdagangan pangan antar daerah dan kecamatan untuk memperkuat akses pangan masyarakat baik secara fisik, sosial, dan ekonomi sangat diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Aringingsih, Ening. 2008. Konsumsi Dan Kecukupan Energi Dan Protein Rumah Tangga Perdesaan Di Indonesia: Analisis Data SUSESAS 1999, 2002, dan 2005. Disampaikan Pada Seminar Nasional Dinamika Pembangunan Pertanian Dan Perdesaan: Tantangan Dan Peluang Bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani. Available at http://www.pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ms_b4.pdf. Verified 20 Desember 2011. [BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2008. Neraca Bahan Makanan Indonesia 2006-2007. Departemen Pertanian. Jakarta. Damanik, E. 2010.Angka Kecukupan Energi. Available at http://www.evridamanik.blogspot.com/2010/05/angka-kecukupanenergi.html.verified 28 Februari 2012. [DKP-Deptan] Dewan Ketahanan Pangan-Departemen Pertanian. 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Jakarta. Hanani, N. 2009.Pengertian Ketahanan Pangan. Available at http://www.nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/pengertian-ketahananpangan.pdf.verified 03 Januari 2012. Hardinsyah. Martianto, D. 1994. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan.Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.Institut Pertanian Bogor.Wirasari. Jakarta. Kartono, D. Soekatri, M. 2004. Angka Kecukupan Mineral : Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besim Yodium, Seng, Selenium, Mangan, Flour. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta. Lantarsih, R. et al. 2011. Sistem Ketahanan Pangan Nasional : Kontribusi Ketersediaan dan Konsumsi Energi Serta Optimalisasi Distribusi Beras. Available at http://www.pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/art9-1c.pdf.verified 20 Januari 2012. Pemerintah Kabupaten Tuban. 2015. Profil Kabupaten Tuban. Available at www.tubankab.go.id/np/profil. Verified 11 Juni 2016. Suryana, Ahmad. 2004. Ketahanan Pangan di Indonesia. Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII 2004.