117 Pengaruh pemberian prbitik dengan dsis yang berbeda... (Septyan Andriyant) PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) Septyan Andriyant *), Nurbakti Listyant *), dan Riani Rahmawati **) *) Pusat Riset Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540 Email: septian08@cria.indsat.net.id **) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gndl ABSTRAK Percbaan ini dilakukan guna mengetahui pengaruh pemberian prbitik dengan dsis yang berbeda terhadap sintasan dan pertumbuhan benih patin jambal. Pemeliharaan dilakukan dalam 9 buah akuarium berukuran 95 cm x 45 cm x 45 cm dan diisi 100 liter air. Prbitik diberikan dengan dsis yang berbeda, sebagai perlakuan yaitu: (A) 0 mg/l (kntrl), (B) 0,001 mg/l; (C) 0,002 mg/l; dan (D) 0,003 mg/l dengan tiga kali ulangan. Pengamatan benih dilakukan setiap 7 hari sekali dengan cara sampling selama 40 hari pemeliharaan. Selama pemeliharaan diberikan pakan pelet kmersial dengan dsis 3% dari ttal bimassa per hari. Parameter yang diamati adalah sintasan dan laju pertumbuhan panjang badan serta beberapa parameter kualitas air. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil percbaan menunjukkan sintasan benih tertinggi ditunjukkan pada perlakuan dsis 0,001 mg/l (86,67%); kemudian dsis 0,002 mg/l (83,33%); dsis 0,003 mg/l (81,67%); dan terendah perlakuan dsis 0 mg/l (76,67%). Rata rata pertumbuhan panjang badan tertinggi diperleh pada pemberian dsis prbitik 0,002 mg/l (4,60±0,14 cm), diikuti dsis 0,001 mg/l (4,55±0,49 cm), dsis 0,003 mg/l (4,35±0,35 cm), dan terendah dsis 0 mg/l (3,60±0,57 cm). KATA KUNCI: prbitik, dsis, benih, sintasan dan pertumbuhan PENDAHULUAN Ikan patin mempunyai prspek yang baik dalam pemasaran di Indnesia karena mempunyai nilai eknmis yang tinggi baik pada tingkat benih sebagai ikan hias maupun pada tingkat dewasa sebagai ikan knsumsi. Banyaknya permintaan harus dibarengi dengan peningkatan prduksi (Hardjamulia et al., 1986). Hal ini bukan saja karena harganya yang mahal serta banyak penggemarnya, melainkan juga karena dukungan aspek bilginya seperti ukuran individunya yang besar, sifat makannya yang mnivrus dan fekunditasnya yang tinggi (Arifin, 1990). Salah satu indikatr keberhasilan budidaya perikanan tercermin pada tingginya prduksi serta rendahnya tingkat kematian. Hal demikian dapat terwujud apabila kndisi lingkungan budidaya mendukung serta dibarengi dengan tingginya daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit selama masa pemeliharaan. Penggunaan prbitik dianggap mampu memperbaiki kndisi perairan sehingga menjadi alternatif pembudidaya ikan saat ini. Atmmarsn et al. (2009) menyatakan terdapat beberapa keunggulan dalam penggunaan prbitik untuk penanggulangan penyakit antara lain: (1) rganisme yang digunakan telah dipertimbangkan lebih aman daripada berbagai bahan kimia; (2) tidak patgen terhadap ikan/udang; (3) tidak terakumulasi dalam rantai makanan; (4) adanya prses reprduksi yang dapat mengurangi pemakaian yang berulang; (5) jarang menimbulkan resistensi bagi rganisme sasaran; serta (6) dapat digunakan secara bersamaan dengan cara prteksi yang lain. Salah satu jenis prbitik dengan nama dagang Trun yang saat ini banyak digunakan para petani ikan diduga mampu memperbaiki kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan. Seperti dinyatakan Tangk et al. (2007) bahwa dalam bidang akuakultur penggunaan prbitik bertujuan untuk menjaga keseimbangan mikrba dan pengendalian patgen dalam saluran pencernaan, air, serta lingkungan perairan melalui prses bidegradasi. Prbitik selain dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas pakan juga dapat dipakai untuk memperbaiki kualitas air sehingga dapat meningkatkan kecernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dsis ptimum prbitik serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan sintasan benih patin jambal. Sehingga diharapkan hasil penelitian dapat menjadi infrmasi dalam memperbaiki kualitas benih patin jambal (Pangasius djambal).
Prsiding Frum Invasi Teknlgi Akuakultur 2010 118 BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di farm/hatchery yang berlkasi di Desa Serab Kelurahan Tirtajaya Kecamatan Sukmajaya, Depk, Jawa Barat selama 40 hari mulai bulan September Oktber 2009. Pemeliharaan dilakukan dalam 9 buah akuarium berukuran 95 cm x 45 cm x 45 cm dan dilengkapi aerasi. Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih patin jambal dengan ukuran panjang rata-rata 0,47 cm/ekr hasil pembenihan Lka Riset Pemuliaan dan Teknlgi Budidaya Perikanan Air Tawar Sukamandi. Perlakuan yang digunakan dalam pemeliharaan benih melalui pemberian prbitik dengan dsis yang berbeda, yaitu: (A) 0 mg/l (sebagai kntrl), (B) 0,001 mg/l; (C) 0,002 mg/l; dan (D) 0,003 mg/l dengan tiga kali ulangan. Pada awal pemeliharaan (umur 2 sampai dengan 7 hari) benih diberi pakan artemia, pada umur 8 sampai dengan 15 hari benih diberi pakan cacing sutera atau tubifex dan pada umur 16 sampai dengan 40 hari pemeliharaan diberi pakan pelet kmersial, dengan feeding rate sebesar 3% dari ttal bimassa per hari. Sampling pertumbuhan dilakukan setiap 7 hari dan peubah yang diamati adalah sintasan, pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan harian serta laju pertumbuhan spesifik. Rumus yang digunakan dalam menentukan laju pertumbuhan harian benih patin jambal dihitung berdasarkan rumus Zhu et al. (2002): DGR = ( L t - L ) 1000 T Keterangan: DGR : Laju pertumbuhan harian panjang badan bita uji (cm) L : Panjang rata-rata bita uji pada awal penelitian (cm) L t : Panjang rata-rata bita uji pada akhir penelitian (cm) T : Lama pemeliharaan (hari) Laju pertumbuhan spesifik serta sintasan dihitung berdasarkan rumus Hardjamulia et al. (1986): Ln Wt - Ln W SGR = t - t x 100% / hari Keterangan: SGR : Laju pertumbuhan harian spesifik (%/hari) W t : Bbt/panjang rata-rata ikan pada akhir percbaan (g/cm) W : Bbt/panjang rata-rata ikan pada awal percbaan (g/cm) t : Lamanya percbaan t : awal percbaan Adapun rumus penghitungan sintasan adalah: N SR = N t x 100% Keterangan: SR : Sintasan (%) N : Jumlah ikan pada awal pengamatan (ekr) Nt : Jumlah ikan pada akhir pengamatan (ekr) Analisis pada beberapa parameter kualitas air dilakukan guna mengetahui tleransi benih patin jambal terhadap lingkungan sekitarnya. Beberapa parameter yang diukur selama pemeliharaan larva di antaranya suhu, ph, dan kandungan ksigen terlarut (DO).
119 Pengaruh pemberian prbitik dengan dsis yang berbeda... (Septyan Andriyant) HASIL DAN BAHASAN Sintasan (SR) Sintasan (%) 88 86 84 82 80 78 76 74 72 70 5 Lama pemeliharaan (minggu ke-) Gambar 1. Sintasan (SR) benih patin jambal, P. djambal dengan pemberian dsis prbitik yang berbeda dalam media pemeliharaan Perlakuan yang digunakan berupa perbedaan dsis pemberian prbitik yaitu: (A) 0 mg/l (sebagai kntrl), (B) 0,001 mg/l; (C) 0,002 mg/l; dan (D) 0,003 mg/l dengan tiga ulangan Hasil pengamatan terhadap sintasan benih patin jambal, Pangasius djambal menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan antar perlakuan dengan pemberian dsis yang berbeda seperti tersaji pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat sintasan benih patin jambal pada beberapa dsis prbitik yang diberikan. Sintasan benih tertinggi ditunjukkan leh perlakuan B (86,67%) dengan pemberian dsis prbitik 0,001 mg/l, jika dibandingkan dengan perlakuan A (76,67%), C (83,33%), dan D (81,67%). Gambar 2 menunjukkan sintasan (SR) benih patin jambal, P. djambal yang semakin menurun seiring dengan pemberian prbitik dengan dsis yang semakin meningkat dari persamaan regresi Y = ax b, hubungan antara dsis prbitik dengan SR menunjukkan nilai b yang negatif (Y = 59,511x -0,054 ), demikian 87.00 86.00 Sintasan (%) 85.00 84.00 83.00 y = 59.511x -0.0544 R 2 = 0.9989 82.00 81.00 0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035 Dsis (mg/l) Gambar 2. Hubungan antara dsis prbitik dengan sintasan (SR) benih patin jambal, Pangasius djambal
Prsiding Frum Invasi Teknlgi Akuakultur 2010 120 4.65 Panjang badan (cm) 4.6 4.55 4.5 4.45 4.4 4.35 4.3 y = 3.6114x -0.0348 R 2 = 0.4264 0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035 Dsis (mg/l) Gambar 3. Hubungan antara dsis prbitik dengan panjang badan benih patin jambal, Pangasius djambal pula dengan Gambar 3 memperlihatkan pla pertumbuhan panjang badan yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya pemberian dsis prbitik dengan nilai b negatif (Y = 3,6114x -0,035 ). Krelasi yang lebih erat ditunjukkan leh persamaan regresi antara sintasan dengan dsis prbitik, yakni sebesar R 2 = 0,9989 jika dibandingkan krelasi antara panjang badan dan dsis prbitik (R 2 = 0,4264). Pertumbuhan Pengamatan pertumbuhan memperlihatkan bahwa perlakuan C dengan pemberian dsis prbitik 0,002 mg/l menunjukkan pertumbuhan panjang badan tertinggi (4,60±0,14 cm) jika dibandingkan dengan perlakuan A (3,60±0,57 cm), perlakuan B (4,55±0,49 cm), dan perlakuan D (4,35±0,35 cm). Gambar 4 menyajikan pertumbuhan panjang badan larva patin jambal, Pangasius djambal, yang 5 4 Panjang badan (cm) 3 2 1 0 1 2 3 4 5 Lama pemeliharaan (minggu ke-) Gambar 4. Pla pertumbuhan panjang badan benih patin jambal, Pangasius djambal menunjukkan pla peningkatan selama masa pemeliharaan. Selama 40 hari masa pemeliharaan, keempat perlakuan menunjukkan pla pertumbuhan yang relatif sama. Terlihat bahwa pada perlakuan C dengan pemberian dsis prbitik 0,002 mg/l menunjukkan pertumbuhan yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan A, B, dan D dengan pemberian prbitik masing-masing 0 mg/ L (kntrl), 0,001 mg/l dan 0,003 mg/l.
121 Pengaruh pemberian prbitik dengan dsis yang berbeda... (Septyan Andriyant) 3.00 2.50 SGR PT (%/hari) 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 1 2 3 4 5 Lama pemeliharaan (minggu ke-) Gambar 5. Tingkat pertumbuhan harian spesifik benih patin jambal, P. djambal dengan perlakuan perbedaan dsis pemberian prbitik Pertumbuhan harian spesifik (SGR) panjang badan benih patin jambal, Pangasius djambal, seperti tersaji pada Gambar 5 menunjukkan peningkatan dan mencapai nilai tertinggi pada pemeliharaan minggu ke-2 pada perlakuan, ; dan, sedangkan minggu ke- 3 pada perlakuan. Namun pertumbuhan harian spesifik seluruh perlakuan mengalami penurunan hingga pemeliharaan minggu ke-4 dan relatif knstan sampai dengan pemeliharaan minggu ke-5. DGR PT (cm/hari) 160 140 120 100 80 60 40 20 0 7 14 21 28 35 Lama pemeliharaan (hari) Gambar 6. Laju pertumbuhan harian benih patin jambal, P. djambal dengan perlakuan perbedaan dsis pemberian prbitik Laju pertumbuhan harian (DGR) yang ditunjukkan pada Gambar 6 menunjukkan pla yang menurun pada perlakuan sampai dengan pemeliharaan hari ke-28 dan meningkat sampai hari ke- 35. Perlakuan menunjukkan pla menurun sampai hari ke-21 dan relatif knstan pada hari ke-21 sampai dengan hari ke-28 dan meningkat sampai hari ke-35. Sedangkan pada perlakuan B (0,001 mg/l) dan menunjukkan pla meningkat sampai dengan hari ke-14 kemudian menurun sampai dengan pemeliharaan hari ke-28 dan meningkat sampai pemeliharaan hari ke-35. Kualitas air Selama masa pemeliharaan dilakukan pengamatan terhadap beberapa parameter kualitas air sebagai pendukung penelitian. Berdasarkan hasil pengukuran diketahui kualitas air selama
Prsiding Frum Invasi Teknlgi Akuakultur 2010 122 Tabel 1. Data kualitas air media pemeliharaan benih patin jambal, P. djambal selama pemeliharaan Parameter Hasil pengukuran Suhu air ( C) 28,6 28,7 DO (mg/l) 3,78 3,94 ph 7,7 8,4 pemeliharaan masih dalam batas tleransi bagi kehidupan benih patin jambal sepeti terlihat pada Tabel 1. Pembersihan ktran/penyipnan secara rutin dilakukan untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan tetap dalam kndisi ptimal. Berdasarkan data hasil pengukuran parameter kualitas air selama pemeliharaan diketahui suhu menunjukkan angka yang layak untuk kehidupan benih patin jambal dengan kisaran 28,6 C 28,7 C. Seperti dinyatakan Varikul & Sritngsk (1980) dalam Arifin (1990) bahwa suhu air yang cck untuk benih patin catfish berkisar antara 26 C 32 C. Sedangkan derajat keasaman (ph) masih berada pada kisaran ptimum (7,7 8,4) seperti dinyatakan Khairuman & Sudenda (2002) bahwa patin jambal mempunyai tleransi yang panjang terhadap ph yaitu antara 5,0 9,0 namun kisaran nilai ph ptimum bagi pertumbuhan patin di perairan adalah 7,0. Adapun kandungan ksigen terlarut (DO) terdapat pada kisaran 3,78 3,94 mg/l dan masih layak bagi kehidupan benih patin jambal, Pangasius djambal. Hal ini sesuai dengan pendapat Pescd (1973) dalam Arifin (1990) yang mengatakan bahwa kualitas air yang baik bagi kehidupan ikan adalah air yang kadar ksigennya lebih tinggi dari 2 mg/ L. KESIMPULAN Sintasan serta pertumbuhan panjang badan benih Pangasius djambal berbanding terbalik dengan dsis prbitik yang diberikan. Dari semua perlakuan, sintasan benih tertinggi diperleh pada perlakuan B (dsis prbitik 0,001 mg/l), diikuti perlakuan, perlakuan D (0,003 mg/ L), kemudian perlakuan. Sedangkan pertumbuhan tertinggi diperleh pada perlakuan C (0,002 mg/l), kemudian perlakuan, perlakuan, dan terendah perlakuan. Kndisi kualitas air media pemeliharaan masih layak bagi kehidupan benih patin jambal. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dapat terlaksana berkat dukungan dana pryek bantuan ssial dari Direktrat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen DIKTI. Sehingga penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berhasil guna untuk stakehlders khususnya pembudidaya ikan patin jambal. DAFTAR ACUAN Arifin, Z. 1990. Pemeliharaan Benih Ikan Patin (Pangasius Pangasius HB) dalam Berbagai Salinitas. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bgr. Bulletin Penelitian Perikanan Darat, 9 (1): 43 51. Atmmarsn, M., Muliani, & Nurbaya. 2009. Penggunaan Bakteri Prbitik dengan Kmpsisi Berbeda untuk Perbaikan Kualitas Air dan Sintasan Pascalarva Udang Windu. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. J. Ris. Akuakultur, 4(1): 73 83. Hardjamulia, A, Prihadi, T.H., & Subagy. 1986. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan dan Daya Kelangsungan Hidup Benih Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi). Balai Penelitian Perikanan Air Tawar. Bgr. Bulletin Penelitian Perikanan Darat, 5(1): 111 117. Khairuman & Sudenda, D. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. Agr Media Pustaka. Jakarta. 89 pp. Tangk, A.M., Mansyur, A., & Reski. 2007. Penggunaan Prbitik Pada Pakan Pembesaran Ikan Bandeng Dalam Keramba Jaring Apung Di Laut. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. J. Ris. Akuakultur, 2(1): 33 40. Zhu, W., Mai, K., & Wu, G. 2002. Thiamin requirement f juvenile abalne Halitis discus hannai In. Aquaculture, 207: 331 343.