Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB II HASIL PENILAIAN PROPER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

2

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

d. Anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi serta tercatat dalam buku daftar anggota.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

Monitoring Realisasi APBD Triwulan I

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE TAHUN 2013 SEMESTER I

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Assalamu alaikum Wr. Wb.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

SOLUSI MASALAH IBU KOTA JAKARTA. Sebuah Pemikiran Alternativ dari Perspektif Demografi Sosial

2012, No

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

2013, No.1531

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

SINKRONISASI PERCEPATAN PENCAPAIAN AKSES 100% AIR MINUM

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN MONITORING REALISASI APBD DAN DANA IDLE - TAHUN ANGGARAN TRIWULAN III

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

SIMPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN EVALUSI DAN RENCANA TINDAK LANJUT. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

IV. INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

Transkripsi:

Boks 2 REALISASI INVESTASI DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU I. GAMBARAN UMUM Investasi merupakan salah satu pilar pokok dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, karena mampu memberikan multiplier effect yang besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi pada berbagai sektor, bahkan dapat membantu mengurangi angka pengangguran dengan terbukanya berbagai kesempatan kerja, sehingga mendorong berkurangnya angka kemiskinan. Target pertumbuhan ekonomi nasional selama 5 (lima) tahun yaitu 2010 2014 adalah 6,3%-6,8%. Pertumbuhan sebesar ini diperkirakan dapat menurunkan angka pengangguran sebesar 5%-6% yang saat ini mencapai 8%. Penurunan angka pengangguran tersebut diharapkan dapat berdampak juga pada penurunan angka kemiskinan yang saat ini mencapai 14% menjadi 8%- 10% 1. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi Keterangan Periode 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan Ekonomi Rill (%) 4,5 5.5-5.6 6.0-6.3 6.4-6.9 6.7-7.4 7.0-7.7 Kebutuhan Investasi (Rp Triliun) 1.743,7 1.894,1 2,111.1-2,144.5 2,348.8-2,465.0 2,619.9-2,788.4 2,939.2-3,168.8 sumber : Kerangka Makro : Sasaran dan Target Pembangunan RPJMN 2010 2014 1 Sambutan Wakil Kepala BKPM pada Pembukaan Riau Expo 2010

Pada tahun 2010, kebutuhan investasi nasional mencapai Rp1.894,1 triliun, mengalami peningkatan 8,62% dibandingkan dengan kebutuhan investasi pada tahun 2009 yang tercatat sebesar Rp1.743,75 triliun. Pembiayaan sebesar ini utamanya berasal dari sektor swasta yaitu mencapai Rp1.674,1 triliun (88,38%), sementara pembiayaan yang berasal dari APBN tercatat sebesar Rp220 triliun (11,62%). Investasi dari sektor swasta tesebut diharapkan dapat dipenuhi dari dalam negeri maupun luar negeri, yaitu : (i) perbankan, (ii) Penerbitan Saham, (iii) Penerbitan Obligasi, (iv) FDI (Equity Capital dan Loan Disbursement), (v) Dana Internal. Tabel 2. Perkembangan Pembiayaan Tahun 2009 dan 2010 (Rp triliun) Periode Sumber pembiayaan 2009 2010 Jumlah Pangsa Jumlah Pangsa Pemerintah 215,00 12,33 220,00 11,62 Swasta 1.528,80 87,67 1.674,10 88,38 - Perbankan 64,90 3,72 236,40 12,48 - Penerbitan Saham & Obligasi 39,70 2,28 107,20 5,66 - Luar Negeri 320,80 18,39 344,20 18,17 * PDI, Equity Capital 52,70 3,02 56,90 3,14 * PDI, Loan Disbursement 82,90 4,75 89,70 4,74 * Other, Loan Disbursement 185,20 10,62 195,00 10,30 - Dana Internal 1.103,40 63,28 986,30 52,07 Jumlah 1.743,75 1.894,1 Sumber : BKPM (Seminar Investasi Riau Expo 2010) II. PERKEMBANGAN INVESTASI Penerapan otonomi daerah telah membawa perubahan yang cukup berarti bagi kondisi perekonomian di Provinsi Riau. Penelitian yang dilakukan Brodjonegoro (2001) menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal secara tidak langsung mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan belanja rutin dan belanja modal Pemda, sehingga ketersediaan fasilitas publik yang dibutuhkan dalam rangka mendukung kegiatan investasi dapat semakin meningkat dan pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sejalan dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi daerah secara optimal dan terpadu dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan keuntungan komparatif wilayah. Letak yang strategis (berada diantara Selat Malaka dan berbatasan dengan negara-negara lain) serta besarnya potensi sumber daya alam Riau merupakan faktor penting dalam menarik minat investor untuk melakukan penanaman modal, terutama pada sektor unggulan seperti pertanian, industri, perdagangan, serta keuangan.

Sampai dengan triwulan I-2010, realisasi investasi dalam bentuk PMDN telah mencapai Rp6,70 triliun, dengan jumlah proyek yang dibiayai mencapai 150 proyek, dan jumlah tenaga kerja yang mampu terserap mencapai 46.055 orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata masing-masing proyek mencapai Rp44,605 miliar, dan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh masing-masing proyek rata-rata sebesar 307 308 orang. Jika dilihat berdasarkan nilai investasinya, maka realisasi investasi tertinggi diserap oleh Provinsi DKI Jakarta yaitu mencapai Rp1,73 triliun atau 25,79% dari total realisasi investasi nasional, dan jumlah proyek yang dibiayai mencapai 19 proyek. Selanjutnya, realisasi investasi terbesar diserap oleh Provinsi Banten yaitu mencapai Rp1,13 triliun atau mencapai 16,92% dari total realisasi dan jumlah proyek tercatat sebesar 5 proyek. Pada triwulan I-2010, realisasi investasi PMDN Provinsi Riau tercatat berada pada peringkat ke-12, dengan realisasi investasi yang terserap tercatat sebesar Rp29,5 miliar atau sebesar 0,44% dari total realisasi investasi nasional. Jumlah proyek yang dibiayai tercatat sebanyak 5 (lima) proyek, dengan jumlah tenaga kerja yang mampu terserap sebesar 463 orang. Kondisi ini mengindikasikan bahwa nilai rata-rata proyek yang dibiayai di Provinsi Riau tercatat sebesar Rp5,9 miliar, dan masing-masing proyek secara rata-rata mampu menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 92 93 orang. Nilai ratarata per proyeknya tercatat lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata per proyek secara nasional, demikian halnya dengan jumlah tenaga kerja yang terserap untuk masing-masing proyek juga tercatat lebih kecil dari nasional. Tabel 3. Peringkat Realisasi Investasi PMDN Sampai Dengan Triwulan I- 2010 PMDN Wilayah Proyek Nilai (Rp Miliar) % 1 DKI Jakarta 19 1.725,7 25,79 2 Banten 5 1.131,8 16,92 3 Jawa Barat 14 872,6 13,04 4 Sumatera Selatan 6 783,8 11,71 5 Kalimantan Selatan 7 477,6 7,14 6 Jawa Timur 18 474,9 7,10 7 Kalimantan Timur 10 358,9 5,36 8 Kalimantan Barat 28 341,0 5,10 9 Sumatera Utara 5 202,0 3,02 10 Lampung 5 184,5 2,76 11 Jawa Tengah 3 86,6 1,29 12 Riau 5 29,5 0,44 13 Kalimantan Tengah 9 13,0 0,19 14 Bengkulu 1 7,1 0,11 15 Sulawesi Tenggara 2 1,6 0,02 16 Bali 4 0,2 0,00 17 Sulawesi Tengah 1 - - 18 Sulawesi Utara 2 - - 19 Jambi 1 - - 20 Kepulauan Riau 1 - - 21 Nusa Tenggara Barat 1 - - 22 Nusa Tenggara Timur 1 - - 23 Sulawesi Selatan 1 - - 24 Sulawesi Barat 1 - - JUMLAH 150 6.690,8 100 Sumber : www.bkpm.go.id

Jika dilihat sejak tahun 2006 yang lalu sampai dengan triwulan I-2010, akumulasi investasi PMDN di Wilayah Sumatera telah mencapai Rp29,13 triliun dengan jumlah proyek yang dibiayai mencapai 155 proyek. Dari jumlah tersebut, akumulasi realisasi investasi di Provinsi Riau mencapai Rp10,98 triliun dengan jumlah proyek yang dibiayai mencapai 38 proyek. Jumlah realisasi investasi tersebut tercatat merupakan yang paling tinggi di Wilayah Sumatera. Selanjutnya, diikuti oleh investasi di provinsi Jambi yang tercatat sebesar Rp6,30 triliun, dengan jumlah proyek sebanyak 11 proyek. Besarnya realisasi investasi di Provinsi Riau menunjukkan bahwa sebagian besar investasi yang ada di Wilayah Sumatera diserap oleh Provinsi Riau yang mencapai 37,7% dari realisasi investasi Sumatera, diikuti oleh Provinsi Jambi sebesar 21,6%. Tabel 4. Perkembangan Realisasi PMDN 2006 2007 2008 2009 Tw I 2010 No Wilayah Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Tenaga (Rp Miliar) (Rp Miliar) (Rp Miliar) (Rp Miliar) (Rp Miliar) Kerja 1 SUMATERA 28 4.504,9 30 10.754,5 34 4.840,2 39 7.819,4 24 1.206,8 3.005 - NAD - - - - - - 1 79,7 - - - - Sumatera Utara 9 594,2 6 1.521,3 12 382,7 11 2.060,8 5 202 1044 - Sumatera Barat 1 74,4 - - - 2 459 - - - - Riau 10 2.500,9 11 3.095,3 8 1.966,8 4 3.386,6 5 29,5 463 - Jambi 1 31 3 4.751,8 3 1.300,6 3 213,8 1-307 - Sumatera Selatan 6 697,4 5 811,5 5 378,5 4 580,3 6 783,8 637 - Bengkulu - - - - - - - - 1 7,1 26 - Lampung 1 607 2 163,8 3 735,2 5 549,9 5 184,4 528 - Bangka Belitung - - 1 313,7 1 2,0 3 249,3 - - - - Kepulauan Riau - - 2 97,1 2 74,4 6 240 1 - - 2 JAWA 103 13.030,8 112 18.668,9 183 12.230,7 174 25.766,5 59 4.291,5 7.513 3 BALI & NUSA TENGGARA 8 104,9 2 15,7 2 29,0 5 50,8 6 0,2 646 4 KALIMANTAN 16 2.536,1 11 1.558 12 1.821,4 22 2.934,4 54 1.190,5 31.420 5 SULAWESI 4 68,6 4 3.881,6 5 1.147,5 7 1.187,4 7 1,7 3471 6 MALUKU 1 0,2 - - - - - - - - - 7 PAPUA 2 403,5 - - 3 294,7 1 41 - - - JUMLAH 162 20.649 159 34.878,7 239 20.363,5 248 37.799,5 150 6.690,8 46.055 = Izin Usaha Tetap Sumber : www.bkpm.go.id Melihat perkembangannya sejak tahun 2006 yang lalu, maka besarnya nilai realisasi investasi dibandingkan dengan jumlah proyek yang dibiayai mengindikasikan bahwa nilai proyek yang dibiayai untuk masing-masing proyek tercatat cukup besar. untuk Wilayah Sumatera, rata-rata nilai proyek terbesar diserap oleh Provinsi Riau dan Provinsi Jambi. Namun, jika dilihat perkembangannya, rata-rata nilai investasi proyek di Provinsi Riau pada tahun 2010 cenderung mengalami penurunan.

Grafik 1. Rata-rata Nilai Proyek yang Dibiayai Investor Dalam Negeri 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 2006 2007 2008 2009 Tw I 2010 Sumatera Utara Riau Jambi Sumatera Selatan Lampung Sumber : www.bkpm.go.id, diolah Di sisi lain, realisasi investasi asing atau PMA (Penanaman Modal Asing) sampai dengan triwulan I-2010 tercatat sebesar US$3,77 miliar dengan jumlah proyek yang dibiayai mencapai 424 proyek. Dengan jumlah tersebut, maka rata-rata nilai 1 (satu) proyek mencapai US$8,89, dan masing-masing proyek mampu menyerap tenaga kerja ratarata sebesar 185.436 orang, jauh lebih besar dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja dari investasi yang berasal dari dalam negeri (PMDN). Berdasarkan realisasi nilai investasinya, maka investasi di Provinsi DKI Jakarta menduduki peringkat tertinggi, yaitu mencapai US$1,37 miliar (36,43%) dengan jumlah proyek sebanyak 154 proyek, diikuti oleh Provinsi Jawa Barat sebesar US$551,5 juta (14,63%) dengan jumlah proyek sebanyak 559 proyek. Sampai dengan akhir triwulan I-2010, kinerja investasi asing di Provinsi Riau tercatat kurang menggembirakan. Kondisi ini tercermin dari belum terealisasinya investasi asing di Provinsi Riau sampai dengan akhir triwulan, meskipun proyek yang akan dibiayai telah disetujui sebanyak 4 proyek, dengan jumlah tenaga kerja yang akan terserap sebesar 75 orang.

Tabel 5. Peringkat Realisasi Investasi PMA Sampai Dengan Triwulan I-2010 Wilayah PMA Proyek Nilai (US$ Juta) % 1 DKI Jakarta 154 1,373.4 36.43 2 Jawa Barat 59 551.5 14.63 3 Kalimantan Timur 21 518.0 13.74 4 Jawa Timur 14 458.4 12.16 5 Papua 5 167.0 4.43 6 Sulawesi Selatan 4 144.0 3.82 7 Maluku Utara 1 134.5 3.57 8 Kalimantan Selatan 10 124.3 3.30 9 Banten 23 57.0 1.51 10 Sulawesi Tengah 2 51.6 1.37 11 Kalimantan Tengah 13 51.3 1.36 12 Sulawesi Utara 4 32.1 0.85 13 Sumatera Utara 5 23.5 0.62 14 Sumatera Selatan 10 20.0 0.53 15 Bali 32 17.2 0.46 16 Kepulauan Riau 10 13.7 0.36 17 Jawa Tengah 5 13.60 0.36 18 Jambi 2 10.00 0.27 19 Bangka Belitung 2 2.50 0.07 20 Sulawesi Tenggara 1 2.30 0.06 21 Sulawesi Tenggara 10 1.70 0.05 22 Nusa Tenggara Barat 17 1.40 0.04 23 Maluku 1 0.70 0.02 24 Lampung 2 0.60 0.02 25 DI. Yogyakarta 9 - - 26 Riau 4 - - JUMLAH 424 3,770.3 100 Sumber : www.bkpm.go.id Realisasi investasi PMA di Wilayah Sumatera sejak tahun 2006 sampai dengan triwulan I-2010, secara akumulasi telah mencapai US$4,5 miliar dengan jumlah proyek yang dibiayai sebesar 371 proyek, lebih banyak dibandingkan dengan pembiayaan dalam negeri (PMDN). Dari jumlah tersebut, akumulasi nilai investasi di Provinsi Riau mencapai US$2,02 miliar, dengan proyek mencapai 38 proyek. Seperti halnya investasi yang berasal dari dalam negeri, investasi asing Provinsi Riau juga tercatat yang paling tinggi untuk Wilayah Sumatera yaitu mencapai 48,68% dari total pembiayaan asing ke Wilayah Sumatera, diikuti oleh Sumatera Utara (12,96%). Besarnya jumlah realisasi investasi di Provinsi Riau juga menunjukkan bahwa sebagian besar investasi dalam negeri maupun asing untuk wilayah Sumatera berada di Provinsi Riau. Kondisi ini mengindikasikan bahwa investor menilai Provinsi Riau merupakan daerah yang prospektif di Wilayah Sumatera, sehingga menjadi daerah tujuan investasibaik investor yang berasal dari dalam negeri maupun investor asing.

Tabel 6. Perkembangan Realisasi PMA 2006 2007 2008 2009 Tw I 2010 No Wilayah Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Tenaga (US$ Juta) (US$ Juta) (US$ Juta) (US$ Juta) (US$ Juta) Kerja 1 SUMATERA 42 898,1 72 1.398,5 95 1.009,9 123 776,1 39 70,3 8.826 - NAD - - 2 17,4 - - 2 0,4 3-2.357 - Sumatera Utara 11 58,1 17 189,7 18 127,3 13 139,7 5 23,5 279 - Sumatera Barat 2 1,6 5 58,7 4 28,1 1 0,2 1-11 - Riau 8 585,2 10 724,0 8 460,9 8 251,6 4-75 - Jambi 4 96,7 1 17,6 1 36,1 2 40,5 2 10,0 388 - Sumatera Selatan 3 27,8 5 213,8 7 114,6 4 56,8 10 20,0 3.437 - Bengkulu - - - - 2 13,0 1 1,1 0 - - - Lampung 9 116,1 4 124,5 2 67,0 3 32,7 2 0,6 105 - Bangka Belitung 2 0,6 - - 2 1,7 2 22,4 2 2,5 692 - Kepulauan Riau 3 12,0 28 52,8 51 161,2 87 230,7 10 13,7 1.482 2 JAWA 718 4.416,4 792 8.503,5 947 13.566,8 946 9.370,6 264 2.453,9 38.776 3 BALI & NUSA TENGGARA 82 106,2 80 56,7 59 95,5 100 233,8 49 18,5 1.392 4 KALIMANTAN 16 534,8 27 300,6 19 115,2 31 284,4 54 695,3 19.571 5 SULAWESI 9 15,5 9 79,6 14 65,4 16 141,6 11 230,0 204 6 MALUKU 1 20,0 - - - - 2 5,9 2 135,2 4.125 7 PAPUA 1 0,6 2 2,5 4 18,7 3 2,8 5 167,0 5.731 JUMLAH 869 5.991,6 982 10.341,4 1.138 14.871,5 1.221 10.815,2 424 3.770,3 78.625 = Izin Usaha Tetap Sumber : www.bkpm.go.id Relatif kecilnya jumlah proyek yang dibiayai oleh investor asing di Provinsi Riau dibandingkan dengan nilai investasi, mengindikasikan nilai proyek investasi untuk masing-masing proyek tercatat cukup besar. Nilai rata-rata masing-masing proyek yang dibiayai di Provinsi Riau tercatat merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya. Namun demikian realisasinya cenderung mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Nilai untuk masing-masing proyek juga menunjukkan kecenderungan menurun. Penurunan rata-rata nilai proyek dialami hampir semua wilayah yang ada di Sumatera. Grafik 2. Rata-rata Nilai Proyek yang Dibiayai Investor Asing 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0-2006 2007 2008 2009 Tw I 2010 Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau

Secara umum, realisasi investasi dalam negeri (PMDN) maupun asing (PMA) pada tahun 2010 tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan realisasi tahun-tahun sebelumnya. Belum terealisasinya beberapa proyek yang telah disetujui terutama investasi asing diperkirakan terkendala beberapa hal, antara lain : (i) Ketersediaan energi dan infrastruktur yang belum memadai, (ii) Belum terselesaikannya permasalahan rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi (RTRWP), (iii) Peermasalahan perizinan dan panjangnya birokrasi. III. IMPLIKASI KEBIJAKAN Berdasarkan uraian di atas, maka implikasi kebijakan yang dapat direkomendasikan antara lain adalah : 1. Meningkatkan pelayanan infrastruktur berupa jaringan komunikasi yang lebih baik dan ketersediaan energi 2. Perbaikan pada tata kelola pemerintahan yaitu dengan penyederhanaan sistem perizinan. 3. Koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam melakukan pengembangan prosedur dan standar pengkajian Perda yang cenderung memilki rantai yang panjang. 4. Mengintegrasikan kebijakan dan program pengembangan investasi (penanaman modal) sesuai dengan sektor/subsektor dan komoditas yang berdaya saing tinggi, dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5. Menekan high cost economy yang terjadi karena retribusi atau pungutanpungutan liar yang memberatkan investor.