KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10-LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

LAPORAN PENELITIAN APLIKATIF-KREATIF

LAPORAN PENELITIAN APLIKATIF-KREATIF

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Stuktur dengan Vertical Set-Back

DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN PADA SISTEM RANGKA DENGAN KETIDAKBERATURAN PERGESERAN MELINTANG TERHADAP BIDANG

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 13/PEN/SIPIL/2010

STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI KINERJA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS BERCOAKAN 40% DI WILAYAH BERESIKO GEMPA TINGGI DI INDONESIA

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 03/PEN/SIPIL/2010

EVALUASI KINERJA METODEDIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN DAN FORCE BASED DESIGNPADA BANGUNAN VERTICAL SETBACK 6 LANTAI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Stuktur dengan Vertical Set-Back

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

PERBANDINGAN KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN DENGAN FORCE- BASED DESIGN DAN DIRECT DISPLACEMENT-BASED DESIGN MENGGUNAKAN SNI GEMPA 2012

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

TUGAS AKHIR ANALISA EFISIENSI STRUKTUR DENGAN METODE PSEUDO ELASTIS TERHADAP METODE DESAIN KAPASITAS PADA BANGUNAN BERATURAN DI WILAYAH GEMPA 5

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN GEOMETRI VERTIKAL YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT BASED

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN SUDUT DALAM YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT-BASED

KATA KUNCI: gempa, sistem ganda, SRPMK, SRBKK, 25%, gaya lateral, kekakuan

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

adalah momen pada muka joint, yang berhubungan dengan kuat lentur nominal balok pada hubungan balok. Kolom tersebut.

T I N J A U A N P U S T A K A

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Tahan Gempa

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KATA KUNCI: direct displacement-based design, performance based design, sistem rangka pemikul momen, analisis dinamis riwayat waktu nonlinier.

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

PENGGUNAAN FRICTION BASE ISOLATION PADA RUMAH SEDERHANA

BAB II STUDI PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS HOTEL 10 LANTAI DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK)

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan analisis non-linier yang sederhana namun dapat

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN SECARA DDBD TERHADAP GEMPA RENCANA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN APLIKATIF KREATIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

BAB III PEMODELAN STRUKTUR


PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

BAB V PENUTUP. Pada tabel tersebut dengan nilai N = 27,9 maka jenis tanah termasuk tanah sedang.

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

*Koresponndensi penulis: Abstract

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

PENGARUH RASIO KEKAKUAN LATERAL STRUKTUR TERHADAP PERILAKU DINAMIS STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG BERTINGKAT RENDAH

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

STUDI TENTANG DAKTILITAS STRUKTUR PADA SISTEM SHEARWALL FRAME DENGAN BELT TRUSS

PRESENTASI TUGAS AKHIR

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

Transkripsi:

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 1- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA Go Aei Li 1, Sherly Sulistio 2, Ima Muljati G. 3, Benjamin Lumantarna 4 ABSTRAK : Pseudo Elastis adalah metode alternatif yang dikembangkan dalam perencanaan bangunan terhadap gempa dengan menggunakan pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism. Beberapa kolom didesain dengan suatu faktor pengali (FP) sebagai pembesar gaya untuk menjaga agar kolom tetap elastis selama terkena beban gempa, sedangkan kolom lainnya dan balok diijinkan mengalami sendi plastis. Metode ini tidak lagi berdasarkan desain kapasitas seperti pada umumnya, melainkan berdasarkan beban kombinasi yang bekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkritisi apakah asumsi pada konsep Pseudo Elastis mengenai distribusi gaya geser pada kolom interior ke kolom eksterior sudah benar dan bangunan memenuhi pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism. Bangunan yang diteliti adalah bangunan beraturan berbentuk persegi, 6- dan 1-lantai di wilayah 6 peta gempa Indonesia. Tulangan balok direncanakan sedekat mungkin dengan perhitungan teoritis. Distribusi gaya geser dan kinerja bangunan diuji dengan analisis Time History Nonlinear menggunakan program SAP2v.11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi gaya geser pada kolom interior tidak tersalurkan ke kolom eksterior dan pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism masih belum tercapai. Kata kunci: pseudo elastis, faktor pengali, gaya geser dasar, partial side sway mechanism 1. PENDAHULUAN Pola keruntuhan yang aman berdasarkan SNI 3-1726- 22 adalah beam side sway mechanism. Pola keruntuhan ini mensyaratkan sendi plastis hanya boleh terjadi pada ujung-ujung balok dan ujung bawah kolom lantai terbawah, karena itu kolom harus didesain lebih kuat dari balok yang dikenal dengan istilah strong column weak beam seperti tampak pada Gambar 1. Untuk mencapai strong column weak beam struktur didesain dengan cara Desain Kapasitas (Capacity Design). Dalam metode ini kekuatan momen nominal kolom diperoleh dari momen nominal aktual balok yang diperbesar dengan dikalikan suatu overstrength factor. Konsep Desain Kapasitas kurang efektif dari segi waktu karena harus melalui langkah perencanaan sekuensial yang relatif panjang dimana perencanaan kolom baru dapat dilakukan setelah perencanaan balok selesai dilaksanakan. Gambar 1. Pola Keruntuhan Beam Side Sway Mechanism 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, aeili_91@yahoo.com. 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, sherlysulistio81@yahoo.com. 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Univertisas Kristen Petra, imuljati@peter.petra.ac.id. 4 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, bluman@peter.petra.ac.id. 1

Untuk mengatasi hal tersebut, diusulkan alternatif perencanaan dengan metode Pseudo Elastis. Pseudo Elastis adalah suatu metode dimana dalam perencanaan kolom tidak lagi berdasarkan momen kapasitas balok atau momen nominal aktual balok, melainkan berdasarkan beban yang bekerja pada kolom itu sendiri. Konsep ini menggunakan pola keruntuhan partial side sway mechanism (Paulay, 1995) dan memperkenankan terjadinya sendi plastis pada ujung-ujung kolom interior seluruh lantai, sedangkan pada kolom eksteriornya tetap hanya diperbolehkan terjadi sendi plastis di ujung bawah kolom lantai terbawah seperti terlihat pada Gambar 2. Kondisi elastis dipertahankan pada kolom eksterior, sedangkan kolom interior diperbolehkan mencapai kondisi plastis dengan memperhatikan stabilitas, daktilitas, dan menghindari Soft Story Mechanism. Gambar 2. Pola Keruntuhan Partial Side Sway Mechanism Pada konsep Pseudo Elastis ini, saat bangunan mengalami gempa, gaya geser yang terjadi akan dipikul oleh keseluruhan kolom pada bangunan. Hal ini berlangsung hingga terjadi sendi plastis pada kolomkolom yang memang diizinkan mengalami sendi plastis. Selanjutnya, kelebihan gaya geser yang terjadi akan dipikul oleh kolom-kolom yang tidak diizinkan mengalami sendi plastis. Oleh karena itu, kolom-kolom yang tidak diizinkan untuk mengalami sendi plastis harus didesain lebih kuat daripada kolom-kolom yang diizinkan untuk mengalami sendi plastis. Hal tersebut dapat dicapai dengan permberian suatu faktor pengali (FP) pada perhitungan beban yang diterima oleh kolom tersebut. Penelitian sebelumnya berorientasi pada modifikasi rumusan FP sampai ditemukannya rumusan yang terbukti menghasilkan kinerja yang baik (Muljati dan Lumantarna, 28). Perumusan tersebut telah dibuktikan ke-valid-annya pada bangunan beraturan (Atmadja dan Wijoyo, 29) maupun bangunan tidak beraturan. Penelitian Atmaja dan Wijoyo (29) menggunakan dimensi kolom yang sama pada kolom eksterior maupun interior, bangunan sudah mengalami mekanisme keruntuhan Partial Side Sway Mechanism tetapi skenario kolom eksterior yang didesain sebagai kolom elastis mengakibatkan tulangan kolom interiornya didesain berdasarkan rasio luasan tulangan minimum. Sedangkan penelitian Hadiwijaya dan Rosita (29) menggunakan dimensi kolom yang berbeda, yaitu dimensi kolom eksterior lebih besar daripada interior, dan mendapatkan bahwa bangunan di wilayah gempa 2 masih belum memenuhi pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism (Hadiwijaya dan Rosita, 29). Penelitian Chandra dan Dhannyanto (23) menggunakan tulangan balok yang sedekat mungkin dengan kebutuhan teoritis dan perbedaan antara dimensi kolom interior, kolom eksterior, dan kolom sudut menghasilkan bahwa tulangan yang diperlukan untuk kolom elastis masih terlalu banyak sehingga dapat disimpulkan bahwa kolom elastis masih kurang jumlahnya. Dari seluruh penelitian tersebut, belum pernah dilakukan pengecekan terhadap asumsi distribusi gaya geser yang terjadi pada konsep Pseudo Elastis. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memeriksa apakah asumsi yang digunakan dalam konsep Pseudo Elastis mengenai distribusi gaya geser dari kolom interior ke kolom eksterior setelah terjadi plastifikasi sudah benar pada bangunan beraturan 6- dan 1-lantai di wilayah 6 peta gempa Indonesia. 2. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkritisi apakah asumsi pada konsep Pseudo Elastis mengenai distribusi gaya geser pada kolom interior ke kolom eksterior sudah benar dan bangunan memenuhi pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism pada bangunan beraturan 6- dan 1-lantai dengan denah persegi di wilayah 6 peta gempa Indonesia. 2

8 m 8 m 8 m 8 m 8 m 8 m 8 m 3. LANDASAN TEORI Perencanaan Pseudo Elastis mengacu pada pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism dimana kolom interior dan balok interior diijinkan mengalami kondisi plastis. Saat terjadi gempa, seluruh kolom pada bangunan akan secara bersama-sama menerima gaya geser yang terjadi hingga kolom interior dan balok interior tersebut mencapai kondisi plastis. Kelebihan gaya geser yang tidak bisa dipikul oleh kolom interior selanjutnya diterima oleh kolom eksterior. Kolom eksterior harus tetap dalam kondisi elastis kecuali pada ujung bawah kolom lantai dasar. Oleh karena itu, kolom eksterior harus didesain lebih kuat daripada kolom interior, yaitu didesain berdasarkan gempa nominal yang dikalikan dengan suatu Faktor Pengali (FP). Faktor pengali diperoleh dengan membandingkan gaya geser portal eksterior akibat gempa target dengan gempa nominal. Menurut Muljati dan Lumantarna (28), perumusan faktor pengali seperti pada Persamaan 1. FP T C μ f 5th 1 n int R int C n eks R eks (1) keterangan: FP = faktor pengali untuk kolom elastis C T = koefisien gempa target berdasarkan periode plastis C 5th = koefisien gempa nominal berdasarkan periode elastis n int = jumlah kolom interior n eks = jumlah kolom eksterior R int = rasio antara base shear pada kolom interior dengan base shear total akibat gempa nominal R eks = rasio antara base shear pada kolom eksterior dengan base shear total akibat gempa nominal μ = nilai faktor daktilitas struktur gedung f 1 = overstrength factor (f 1 ) sebesar 1,6 (berasal dari perkalian faktor kuat bahan sebesar 1,28 dan faktor lebih bahan sebesar 1,25 sesuai SNI 3-1726-22) Rumusan FP ini telah memperhitungkan respons plastis bangunan setelah terkena gempa, yang diwakili oleh koefisien gempa target (C T ). Koefisien ini diperoleh dari respons spektrum elastis bangunan pada SNI 3-1726-22 yang menggunakan periode natural bangunan setelah mengalami plastifikasi. Periode plastis (T plastis ) lebih besar dibanding saat masih elastis karena kekakuan bangunan berkurang akibat terjadinya plastifikasi. Periode plastis didapatkan dari regresi hubungan antara periode elastis dan plastis bangunan (Muljati et al, 26) yang dirumuskan pada Persamaan 2. T plastis = 2,967 T elastis +,313 (2) keterangan: T plastis = periode bangunan setelah mengalami plastifikasi = periode bangunan saat masih elastis T elastis 4. BANGUNAN YANG DITINJAU Bangunan yang diteliti adalah bangunan beraturan berbentuk persegi, 6- dan 1-lantai dengan jumlah bentang 7 baik untuk arah-x maupun arah-y. Bangunan memiliki panjang setiap bentang 8 meter dan tinggi setiap lantai 3,5 meter. Fungsi bangunan sebagai bangunan perkantoran yang berdiri di atas tanah lunak di wilayah 6 peta gempa Indonesia. Struktur bangunan direncanakan dengan metode Pseudo Elastis secara 3 dimensi. Perencanaan struktur dilakukan berdasarkan batasan-batasan, yaitu dimensi kolom eksterior dan interior yang seragam, kolom eksterior sebagai kolom elastis, serta tidak menggunakan tulangan minimum pada perencanaannya. Denah struktur dapat dilihat pada Gambar 3. 8 m 8 m 8 m 8 m 8 m 8 m 8 m Keterangan : Kolom Elastis Kolom Plastis Gambar 3. Denah Struktur Bangunan 6- dan 1-Lantai 3

5. DESAIN DAN ANALISIS Dimensi kolom eksterior dan interior direncanakan seminimum mungkin serta harus memenuhi kinerja batas layan dan batas ultimit. Tabel 1 memperlihatkan data-data ukuran dan dimensi struktur bangunan yang digunakan. Pemodelan struktur bangunan dilakukan dengan menggunakan program ETABSv.9.6. (Computer and Structures, Inc., 25) dan diberikan pembebanan berupa beban mati, hidup, dan gempa yang dihitung secara statik ekivalen. Hubungan rigid pada join-join balok dan kolom ditentukan dengan input rigid zone factor sebesar 1. Nilai output dari program berupa nilai momen, gaya geser, maupun gaya aksial akan digunakan sebagai perencanaan balok dan kolom. Tabel 1. Data-data Ukuran dan Dimensi Struktur Bangunan Mutu Beton (f c ') = 3 MPa Mutu Tulangan Longitudinal (f y ) = 4 MPa Mutu Tulangan Transversal Balok (f y ) = 24 MPa Mutu Tulangan Transversal Kolom (f y ) = 4 MPa Data Bangunan I Bangunan II Jumlah Lantai 6 Lantai 1 Lantai Tebal Pelat 12 cm Balok Anak 3x5 mm 2 Balok Induk 5x7 mm 2 5x 65 mm 2 Kolom Ukuran (mm 2 ) Lantai 1 9x9 1x1 Lantai 2 75x75 8x8 Lantai 3 & 4 65x65 75x75 Lantai 5 x 75x75 Balok akan dihitung dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) sesuai SNI 3-2847-22. Dalam penelitian ini, tulangan balok direncanakan sedekat mungkin dengan tulangan teoritis, karena itu digunakan tiga macam Lantai 6 Lantai 7 & 8 Lantai 9 Lantai 1 55x55 65x65 65x65 x 5x5 tulangan yang berbeda pada perencanaan. Kolom plastis maupun elastis direncanakan langsung berdasarkan output gaya yang didapatkan dan perencanaannya menggunakan 18 kombinasi pembebanan menurut faktor beban dengan memperhatikan efek gempa tegak lurusnya sebesar 3%. Bedanya, kolom elastis didesain dengan suatu faktor pengali FP yang dihitung berdasarkan Persamaan 1. Analisis kinerja bangunan menggunakan analisis Time History Nonlinear yang dijalankan menggunakan program SAP2v.11 (Computer and Structures, Inc., 21) dengan meng-input kapasitas struktur bangunan pada Hinge Properties. Kapasitas balok dan kolom didapatkan berdasarkan output hubungan moment-curvature dengan menggunakan program CUMBIA (Montejo, Luis A, 27). Program ini tidak dapat menghasilkan output grafik moment-curvature untuk momen positif dan momen negatif secara bersamaan karena itu diperlukan dua kali peng-input-an. Beban gempa pada Time History Function menggunakan data gempa El-Centro 15 Mei 194 N-S yang dimodifikasi sesuai Wilayah 6 Peta Gempa Indonesia dengan periode ulang 5 tahun jenis tanah lunak. Modifikasi tersebut menggunakan program SeismoMatch (Seismosoft, Ltd, 212). Selanjutnya penentuan letak sendi plastis di-input-kan pada ujung-ujung balok dan kolom. 6. PENGUJIAN ASUMSI DISTRIBUSI GAYA GESER PADA KONSEP PSEUDO ELASTIS Pengujian asumsi distribusi gaya geser dasar pada konsep Pseudo Elastis diambil gaya geser dasar bangunan yang diuji pada kondisi sebagai berikut: 1. Balok dan kolom masih berada dalam kondisi elastis. 2. Terjadi sendi plastis pada balok, sedangkan kolom masih belum terjadi sendi plastis. 3. Mulai terjadinya sendi plastis pada kolom interior. 4. Selang beberapa detik setelah mulai terjadinya sendi plastis. 5. Mulai terjadinya sendi plastis pada kolom eksterior. 6. Kondisi terakhir bangunan. 4

Untuk memudahkan dalam membandingkan distribusi gaya geser dasar yang terjadi pada kondisi yang diuji, dibuat suatu grafik dimana nilai didapatkan dari jumlah kolom eksterior atau interior pada setiap portal dibagi dengan jumlah kolom eksterior atau interior pada portal tersebut. 6.1. Gaya Geser Dasar pada Bangunan 6-Lantai Pada bangunan 6-lantai, gaya geser dasar yang terjadi pada kolom interior memiliki kecenderungan mengalami peningkatan dan tidak tersalurkan ke kolom eksterior yang dapat dilihat pada Gambar 4. 12 9 3 12 12 9 3 9 3 A. Kondisi Elastis (Detik ke-1,86) C. Sendi Plastis pada Kolom Interior (Detik ke-2,28) E. Sendi Plastis pada Kolom Eksterior (Detik ke-4,7 ) 12 9 3 Gambar 4. Base Shear pada Bangunan 6-Lantai 12 9 3 12 9 3 B. Sendi Plastis pada Balok (Detik ke-2,26) D. Sendi Plastis pada Kolom Interior (Detik ke- 3,28) F. Kondisi Terakhir Bangunan (Detik ke-5,7) Pada saat bangunan dalam kondisi elastis distribusi gaya geser antara kolom eksterior dan interior dapat tersebar secara merata seperti pada Gambar 4A. Demikian pula, saat bangunan dalam kondisi balok sudah mengalami plastifikasi dan kolom masih berada dalam kondisi elastis seperti pada Gambar 4B. Sedangkan pada saat kolom interior mulai terjadi sendi plastis seperti pada Gambar 4C dan 4D, distribusi gaya geser dasar menjadi tidak beraturan sehingga asumsi konsep Pseudo Elastis tidak sesuai. 6.2. Gaya Geser pada Bangunan 1 Lantai Pada bangunan 1-lantai, gaya geser dasar yang terjadi pada kolom eksterior maupun interior dalam beberapa kondisi yang telah ditentukan memiliki kecenderungan mendekati nilai gaya geser rata-rata. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. 5

12 A. Kondisi Elastis (Detik ke-1,88) 12 B. Sendi Plastis pada Balok (Detik ke-2,14) 9 3 9 3 12 C. Sendi Plastis pada Kolom Interior (Detik ke-2,2) 12 D. Sendi Plastis pada Kolom Interior (Detik ke-3) 9 3 9 3 12 9 3 E. Sendi Plastis pada Kolom eksterior (Detik ke-5,3) Gambar 5. Base Shear Bangunan 1-Lantai Saat Kolom Interior Terjadi Sendi Plastis 12 9 3 F. Kondisi Terakhir Bangunan (Detik ke-2) Pada bangunan 1-lantai, asumsi konsep Pseudo Elastis telah terpenuhi. Hal ini dapat terlihat dari terjadinya distribusi gaya geser dasar pada kolom interior ke kolom eksterior dalam kondisi elastis seperti pada Gambar 5A, terjadi sendi plastis pada balok seperti pada Gambar 5B, maupun saat kolom interior mengalami sendi plastis seperti pada Gambar 5C dan 5D. 6.3. Evaluasi Kinerja Struktur Pada bangunan 6-lantai hanya bisa diambil sampai detik ke-5,92 karena terjadi kerusakan yang sangat parah pada kolom interior lantai 3, selain itu hasil bangunan menunjukkan terjadinya sendi plastis pada kolom eksterior. Sedangkan pada bangunan 1-lantai, bangunan dapat bertahan sampai pada detik ke-2, namun terdapat beberapa kolom eksterior yang mengalami sendi plastis. Oleh karena itu, kedua bangunan tidak memenuhi pola keruntuhan Partial Side Sway Mechanism. 7. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil evaluasi kinerja bangunan yang direncanakan secara pseudo elastis, dapat ditarik kesimpulan bahwa asumsi konsep Pseudo Elastis mengenai distribusi gaya geser dasar kolom interior ke kolom eksterior kurang tepat karena ketika kolom interior mulai mengalami sendi plastis, kelebihan gaya geser pada kolom interior tidak tersalurkan ke kolom eksterior. Pola keruntuhan partial side sway mechanism juga tidak tercapai. Saran yang dapat diberikan dengan melihat kinerja bangunan yang terjadi, yaitu diperlukan perbaikan terhadap rumusan faktor pengali agar dapat digunakan dengan baik pada perencanaan Pseudo Elastis. 6

8. DAFTAR REFERENSI Atmadja, K. G. dan Wijoyo, B. (29). Evaluasi Kinerja Bangunan dengan Metode Pseudo Elastis pada Wilayah 6 Peta Gempa Indonesia. (TA No.1111657/SIP/29). Jurusan Teknik Sipil. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Chandra, A. dan Dhannyanto. (23). Alternatif Perencanaan Struktur Rangka Beton Bertulang dengan Pseudo Elastis. (TA No.1297/SIP/23). Jurusan Teknik Sipil. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Computer and Structures, Inc. (25). ETABSv9.6., Extended Three Dimensional Analysis Of Building System. Berkeley, California, USA: Author. Computer and Structures, Inc. (21). SAP2 version 11: Structures Analysis Program. Berkeley, California, USA: Author. Hadiwijaya, I. P. dan Rosita (29). Evaluasi Efisiensi Perencanaan Pseudo Elastis terhadap Desain Kapasitas Sesuai SNI 3-2847-22. (TA No.1111694/SIP/29). Jurusan Teknik Sipil. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Montejo, Luis A. (27). CUMBIA. Department of Civil, Construction, and Environmental Engineering. North Carolina State University. USA: North Carolina. Muljati, I. and Lumantarna, B. (28). Performance of Partial Capacity Design on Fully Ductile Moment Resisting Frame in Highly Seismic Area in Indonesia. The Eleventh East Asia-Pacific Conference on Structural Engineering and Construction (EASEC-11). Taipei, November, 28. Paulay, T. (1995). Special Issues in Seismic Design. Structural Engineering International, 5(1), 16-165. 7