BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIK. Katolik Soegidjapranata Semarang dengan judul Perbedaan motivasi

BAB II. Tinjauan Pustaka

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

PENGARUH KONSEP DIRI SISWA DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIARIAN BELAJAR SISWA SMP DI PALU SULAWESI TENGAH. Nurwahyuni

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data numerical atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SMP N 1 Bancak terletak di desa Rejosari Kec. Bancak, Jl. Rejosari-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan. maupun karyawan (Menurut Sukmadinata, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan orang lain. Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan. sebagai penyelesaian suatu tugas.

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB II LANDASAN TEORI. bantuan orang lain maupun berdasarkan motivasi sendiri untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB V HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. masalah, terutama masalah perkembangannya. Oleh karena itu, perkembangan. anak perlu diperhatikan, khususnya oleh orang tua dan guru.

penting dalam pengertian belajar, yaitu sebagai berikut:

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/ perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/ jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius,2002). Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri, 2000). Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya kemandirian yang kuat. Menurut Brawer dalam Toha (1993) kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain. 6

Menurut Zainun (2002) mengatakan bahwa kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi dilingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri. Kemandirian dapat digunakan individu untuk memilih jalan hidup sehingga dapat berkembang dengan lebih mantap. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya. 2.1.2 Ciri-ciri Kemandirian Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Menurut Gilmore dalam Thoha (1993) merumuskan ciri kemandirian itu meliputi: a. Ada rasa tanggung jawab b. Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara intelegen c. Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain d. Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain. 7

Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey dalam Hasan Basri (2000) berpendapat bahwa individu yang mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi b. Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain c. Menunjukkan rasa percaya diri d. Mempunyai rasa ingin menonjol Sejalan dengan dua pendapat dari ahli diatas, Antonius (2002) mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut: a. Percaya diri b. Mampu bekerja sendiri c. Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya d. Menghargai waktu e. Tanggung jawab Setelah melihat ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian tersebut antara lain: a. Individu yang berinisiatif dalam segala hal b. Mampu mengerjakan tugas rutin yang dipertanggungjawabkan padanya, tanpa mencari pertolongan dari orang lain c. Memperoleh kepuasan dari pekerjaannya d. Mampu mengatasi rintangan yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan e. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan kegiatan yang dihadapi f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain, dan merasa senang karena dia berani mengemukakan pendapatnya walaupun nantinya berbeda dengan orang lain 2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada remaja menurut Masrun, (1986) yaitu: 8

a. Usia Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebih tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. b. Jenis kelamin Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifat-sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Dan perbedaan jasmani yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita. c. Konsep diri Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang mmandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya mereka yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain. d. Pendidikan Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri sehingga orang memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain. e. Keluarga Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam melatarkan dasardasar kepribadian seorang anak, demikian pula dalam pembentukan kemandirian pada diri seseorang. f. Interaksi sosial Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik tidak mudah menyerah akan mendukung untuk berperilaku mandiri. Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai 9

peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berpikir cara mandiri dalam menjalani kehidupan lebih lanjut. 2.2 Tinjauan Tentang Konsep Diri 2.2.1 Pengertian Konsep Diri Rogers menganggap konsep diri berada didalam kesadaran seseorang, jadi konsep diri ini merupakan suatu konfigurasi dari persepsipersepsi terorganisasikan mengenai diri yang dapat masuk ke dalam kesadaran (Burns,1993). Menurut Calhoun dan Acocella (1990) konsep diri gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri. Sedangkan menurut William D. Brooks (dalam Rahmat, 2000) mengatakan bahwa konsep diri adalah pandangan tentang totalitas psikis, sosial dan fisik tentang dirinya yang berasal dari pengalaman-pengalaman dan interaksinya dengan orang lain. Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara lain: 1) Komponen kognitif yang disebut juga citra diri (Self Image), komponen ini berhubungan dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini meliputi: kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup, kedudukan dan peran sosial, kesukaan orang lain pada dirinya. 2) Komponen afektif yang sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen ini berhubungan dengan perasaan. Harga diri (Self Esteem) meliputi: perasaan, 10

penyesuaian diri, penerimaan diri, penghargaan, pujian. Konsep diri merupakan gambaran dan penilaian positif terhadap diri sendiri dapat digunakan sebagai dasar berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-ciri individu dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak. Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya sendiri. Pandangan tentang diri sendiri yang tercermin dalam konsep diri antara lain meliputi karakteristik kepribadan, nilai-nilai kehidupan, prinsip hidup, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksi dengan orang lain. 2.2.2 Isi Konsep Diri Sewaktu lingkungan anak yang sedang bertumbuh itu meluas, isi dari konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan, teman-teman, nilai-nilai, dan khusunya orang-orang yang disayangi melalui proses identifikasi. Secara umum isi dari konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Jersild dalam penelitiannya pada anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah seperti dikutip oleh Burns (1993) mendiskripsikan isi dari konsep diri sebagai berikut: a. Karakteristik fisik, termasuk penampilan secara umum (ukuran tubuh, bentuk tubuh, sosok dan bentuk tubuh) b. Penampilan, cara berpakaian model rambut dan make up c. Kesehatan dan kondisi fisik d. Rumah dan hubungan keluarga, hubungan selama ini antara anak dengan orang tua dalam berkomunikasi 11

e. Sikap dan hubungan sosial, hubungan terhadap lingkungan, anak mudah bergaul/ tidak, dalam bergaul baik/ tidak dengan lingkungan sekitar f. Bakat dan minat sosial g. Kecerdasan atau status intelektual h. Hobi dan permainan, termasuk olah raga Sementara itu Livesly dan Barmly (1973) seperti yang dikutip Burns (1993). Mendeskripsikan isi konsep diri dalam kategori-kategori sebagai berikut: a. Penampilan b. Identitas diri c. Persahabatan d. Keluarga dan pertalian keluarga e. Pemilikan, termasuk benda-benda yang di punyai f. Sifat kepribadian secara umum, ciri kepribadian termasuk ciri karakter, disposisi, temperamen, dll g. Tingkah laku yang spesifik h. Minat dan hobi i. Keyakinan akan nilai-nilai, ide religius, minat religius dan praktek religius j. Sikap terhadap diri k. Hubungan dengan lawan jenis, l. Perbandingan dengan orang lain Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa isi konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan, kesehatan dan kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian dengan orang-orang disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta hobi. 2.2.3 Karakteristik Konsep Diri Menurut Jalaluddin Rahmat (2000) bahwa dalam menilai diri seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang 12

mempunyai konsep diri yang negatif. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif sebagai berikut: a. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah b. Merasa setara dengan orang lain c. Menerima pujian tanpa rasa malu d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat e. Mampu memperbaiki karena individu sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Sedangkan tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah: a. Peka terhadap kritik b. Responsif sekali terhadap pujian c. Terlalu kritis, tidak sanggup menghargai dan tidak mengakui kelebihan orang lain d. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi, ditandai dengan keengganan untuk bersaing (Jalaluddin Rahmat, 2000) Sejalan dengan hal itu, Calhoun (1990) mengatakan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif yang keduanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Konsep diri positif 1) Dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya 2) Berkepribadian yang sifatnya stabil dan bervariasi 3) Dapat menyimpan informasi, baik informasi negatif maupun informasi positif 4) Dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri 5) Dapat mengenal dirinya dengan baik 6) Dapat menerima dirinya sendiri, juga menerima orang lain 7) Dapat menghadapi kehidupan didepannya 8) Selalu bertindak berani dan sopan b. Konsep diri negatif 1) Cara pandang terhadap dirinya sendiri tidak teratur 2) Tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri 13

3) Tidak tahu tentang siapa dirinya, apa kelebihan dan kelemahannya 4) Menerima informasi tentang diri, dan hampir pasti menjadi penyebab kecemasan, rasa ancaman terhadap dirinya 5) Tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan informasi yang bertentangan dengan dirinya 6) Selalu melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau menolak informasi baru 7) Selalu menilai atau memandang negatif terhadap diri 8) Selalu menganggap diri tidak berharga dibandingkan dengan orang lain Dengan melihat beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif, dimana keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dengan karakteristik konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif, dia akan mengubah terus-menerus konsep dirinya atau melindungi konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dari lingkungannya. 2.3 Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kemandirian Pudjijogyanti dalam Maharani (2005) mengatakan bahwa konsep diri merupakan hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri dan Kartini Kartono dalam Maharani (2005) menjelaskan bahwa konsep diri adalah keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh sesorang mengenai dirinya. Dengan demikian konsep diri berperan sebagai inti dari ciri-ciri individu. Konsep diri dan tidak bisa lepas dari sifat-sifat kepribadian. Salah satu kualitas kepribadian seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk sikap dan kemampuan 14

yang dimilikinya. Kemampuan ini antara lain adalah kemandirian. Kedua aspek saling berhubungan dan dapat diilustrasikan bahwa konsep diri diibaratkan sebagai poros sedangkan sifat-sifatnya sebagai jari-jarinya. Jadi pusat kepribadian tersebut adalah konsep diri, dimana sifat-sifatnya yang menjadi karakteristiknya sebagai kecenderungan reaksi individu dalam penyesuaian sosial dan personal yang berkembang dipengaruhi langsung oleh inti kepribadian. Sifat-sifat yang ditampilkan individu dalam berperilaku merupakan penerimaan konsep diri. Jadi individu dalam berperilaku dan berinteraksi dalam lingkungan sosial dan personal tidak terlepas dari konsep dirinya. Seseorang memiliki yang konsep diri positif mendukung adanya perasaan kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang memandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya mereka yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang, cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain. 2.4 Hipotesis Berdasarkan uraian tersebut diatas maka hipotesis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian siswa kelas VIII SMP N 1 Bancak. 2.5 Penelitian Yang Relevan Penulis melakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap hasil penelitian pendahulu yang relevan sebagai berikut: 15

Hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pernah dilakukan oleh Maharani (2005) di Panti Asuhan Ungaran. Judul penelitian Maharani (2005) adalah hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak asuh angkatan 1 di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran. Hasil penelitian Puan Maharani (2005) diperoleh koefisien korelasi sebesar 0, 6106. Uji keberartian korelasi dengan uji Z diperoleh Z hitung = 5, 43 > Z tabel = 1, 96 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak asuh angkatan 1 di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Susilowati (2011) dengan judul hubungan antara konformitas teman sebaya dan konsep diri dengan kemandirian pada remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Karanganyar. Berdasarkan hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0, 600; p = 0,000 (p < 0,05) dan F Hitung 10,399> F Tabel 3,25 artinya ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas teman sebaya dan konsep diri dengan kemandirian pada remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Karanganyar. 16