BAB II KAJIAN TEORETIS

dokumen-dokumen yang mirip
PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Proses Komunikasi Inter Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan)

BAB I PENDAHULUAN. perilaku terpuji seorang anak dalam berinteraksi sosial pada kehidupan sehari-hari. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keberadaan kecerdasan emosional merupakan suatu kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

Konsep kebutuhan mencintai dan dimiliki. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB II KAJIAN TEORI. tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan) 1. meningkatkan kemampuannya setinggi mungkin dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

seorang guru mampu memahami kebutuhan anak yang disesuaikan dengan usia perkembangan umurnya. Perkembangan tersebut dapat dideskripsikan sebagaimana

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Perbedaan Kecerdasan..., Muhammad Hidayat, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

BAB I PENDAHULUAN. Anak prasekolah merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. yang kurang, tetapi karena tidak adanya motivasi belajar, sehingga ia tidak berusaha untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

BAB V DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita. bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Hubungan Interpersonal 2.1.1 Pengertian Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan hanya melalui transformasi ilmu pengetauan dan teknologi, tetapi antara lain didukung oleh pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya. Kemampuan peserta itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. Rahmat (2008:79) mengemukakan hubungan interpersonal erat kaitannya dengan konsep diri yang vital bagi perkembangan kepribadian. Lebih lanjut dijelaskan konsep diri berpengaruh pada perilaku manusia, bagaimana anda memandang diri anda dan bagaimana orang lain memandang anda, akan mempengaruhi pola-pola interaksi anda dengan orang lain. Cangara (2011:32) mendefinisikan hubungan interpersonal ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Purwanto (2002:41) mengemukakan empati salah satu jenis perasaan sosial, yakni perasaan yang menyertai pendapat seseorang tentang orang lain dan pengalamanpengalaman seseorang dengan orang lain. Sujiono (2009: 73) menjelaskan empati

merupakan salah satu keterampilan sosial, yakni keterampilan untuk menilai apa yang sedang terjadi dalam suatu situasi sosial. Empati merupakan salah satu aspek yang sangat berpengaruh pada hubungan interpersonal. Golman (dalam Nurihsan, 2007:78) menjelaskan bahwa empati merupakan bagian dari kecerdasan emosional. Selanjutnya Nurihsan (2007:80) menguraikan empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diinginkan oleh orang lain. Empati ini bergantung pada kesadaran diri emosional. Empati merupakan keterampilan dasar bergaul. Orang-orang yang memiliki empati akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan interpersonal sangat dibutuhkan dalam interaksi sosial. Seseorang yang kurang memiliki hubungan interpersonal banyak mengalami kegagalan dalam kehidupan. Hal ini dapat dijelaskan adanya sikap, sifat yang ditunjukkan yang sering tidak sesuai dengan tata nilai/norma, seperti mementingkan diri sendiri, egois, menganggap memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang lain sangat merugikan diri pribadi itu sendiri. Sebagaimana diketahui pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan terencana untuk membantu anak didik mengembangkan potensi secara optimal, sehingga anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Pengertian ini mengandung

makna bahwa esensi yang hakiki dan tujuan akhir pendidikan adalah kemampuan melakukan adaptasi dengan lingkungan dalam arti yang luas. Dengan demikian tujuan pendidikan menjadi dasar untuk mengarahkan berbagai proses pendidikan (pembelajaran) agar mendekatkan anak dengan lingkungan. Dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal, guru hendaknya banyak memberikan contoh dalam proses pembelajaran bagaimana menumbuhkan hubungan interpersonal pada siswa. Hubungan interpersonal akan tumbuh pada siswa, apabila lingkungan banyak memberi fasilitas dalam mengenal dan mengelola emosi mereka. 2.1.2 Indikator Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis,tapi selalu berubah.untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal,perubahan memerlukan tindakantindakan tertentu untuk mengembalikan keseibangan hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal erat kaitannya dengan kecerdasan interpersonal karena individu yang memiliki kecerdasan interpersonal banyak memiliki teman,dilihat dari penjelasan tersbut maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari kecerdasan interpersonal akan tercipta hubungan interpersonal yang baik. Menurut Gardner (dalam Musfiroh, 2008:7 ) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal sangat berpengaruh pada hubungan interpesonal karena hubungan interpersonalmerupakan bagiandari interaksi sosial.kemampuan interpersonal terus berkembang hingga dewasa,mereka pandai membuat orang lain merasa bahagia.

Adapun indikator dari hubungan interpersonal yaitu; 1) keakraban,dimana keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang; 2) kontrol:kesepakatan siapa yang akan mengontrol siapa dan bila mana; 3)respon yang tepat yaitu respon A harus diikuti respon B yang sesuai; 4) keserasian suasana emosional ketika berlangsung komunikasi. 2.1.3 Cara Mengembangkan Hubungan Interpersonal Musfiroh (2008:12) mengemukakan cara mengembangkan hubungan interpersonal, meliputi: 1) Mengasah Kepekaan Empati dan Simpati Simpati adalah keikutsertaan merasakan perasaan orang lain dan menaruh belas kasihan pada sesama. Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok orang. Empati dan simpati perlu dirangsang sejak dini agar anak dapat belajar mengenai setiap perasaan, maksud dan motivasi orang lain, yang pada akhirnya kelak ia dapat menangkap perasaan, maksud dan motivasi tersebut secara akurat. Hal ini membawa keakuratan bertindak atau merespons karena anak memiliki informasi yang tepat tentang stimulusnya. Kepekaan empati dan simpati dapat dirangsang dengan berbagai kegiatan, di antaranya adalah dengan permainan dan kegiatan langsung. Permainan yang disarankan adalah permainan pilih siapa (permainan sosiogram), diberi apa, kalau aku jadi dia,

apa maunya. Anda juga dapat mengajak mereka mengunjungi korban bencana, berkunjung ke panti wreda atau memberi bantuan pada teman. 2) Bekerja Sama Bekerja sama diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan oleh dua siswa atau lebih. Kegiatan tersebut mengacu pada aktivitas menyelesaikan suatu pekerjaan secara bersama-sama, seperti: diskusi kelompok, kerja kelompok, kegiatan ekstra kurikuler. 3) Berbagi Rasa Berbagi rasa merupakan salah satu indikator kecerdasan interpersonal yang melibatkan kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Berbagi rasa dapat dirangsang dengan kegiatan yang mengharuskan anak berinteraksi dengan sesamanya. Hal ini dapat dilakukan dengan tugas-tugas yang melibatkan kebersamaan 4) Menjalin Kontak Kemampuan menjalin kontak menunjukkan kecerdasan interpersonal yang tinggi. Siswa perlu didorong untuk memiliki keberanian, kemauan untuk menjalin kontak dan membina hubungan baik dengan orang-orang baru. 5) Mengorganisasi Teman Siswa yang cerdas dalam interpersonal memiliki kemampuan mengorganisasi teman-teman mereka dengan baik. Mereka mampu menempatkan teman-teman sebayanya sesuai peran yang tepat. 6) Menebak Suasana Hati

Seseorang yang cerdas dalam interpersonal memiliki kemampuan menangkap suasana hati orang lain. Melalui ciri-ciri yang sangat halus, mereka mampu menangkap apa yang sedang dirasakan orang lain. Siswa-siswa perlu distimulasi agar memiliki kemampuan ini. Stimulasi yang baik dan tepat akan menumbuhkan kemampuan menangkap suasana hati orang lain secara optimal. 7) Memotivasi Orang Lain Siswa-siswa dengan kecerdasan interpersonal yang kuat pandai memotivasi orang lain, mereka dapat membaca suasana hati dan kesulitan orang lain, lalu memberikan tanggapan yang tepat berupa kata-kata yang membangkitkan hati. Terhadap sesuatu kegiatan, mereka juga tampil sebagai pendorong semangat. 2.1.4 Tujuan Pembentukan Hubungan Interpersonal Widjaja (2000:122) mengemukakan tujuan dari pembentukan hubungan interpersonal terdiri dari: 1) Mengenal Diri Sendiri Salah satu cara untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri. Dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain, kita akan mendapat perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

Melalui komunikasi antarpribadi kita juga belajar tentang bagaimana dan sejauh mana kita harus membuka diri pada orang lain. Dalam arti bahwa kita tidak harus dengan serta merta menceritakan latar belakang kehidupan kita pada setiap orang. Selain itu, melalui komunikasi antarpribadi kita juga akan mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain. Kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain 2) Mengenal Dunia Luar Komunikasi antarpribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian, dan orang lain. Banyak informasi yang kita miliki sekarang berasal dari interaksi antarpribadi. 3) Menciptakan dan Memelihara Hubungan Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Tentunya kita tidak ingin hidup sendiri dan terisolasi dari masyarakat. Tetapi, kita ingin merasakan dicintai dan disukai, kita tidak ingin membenci dan dibenci orang lain. Karananya, banyak waktu yang kita gunakan dalam komunikasi antarpribadi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. 4) Mengubah Sikap dan Perilaku Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain. Kita ingin seseorang memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, memberi suatu barang, mendengarkan musik tertentu, membaca buku, menonton bioskop, berpikir dalam cara tertentu, percaya bahwa sesuatu benar atau salah, dan

sebagainya. Singkatnya kita banyak mempergunakan waktu untuk mempersusi orang lain melalui komunikasi antarpribadi. 5) Bermain dan Mencari Hiburan Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Bercerita dengan teman tentang kegiatan di akhir pekan, membicarakan olahraga, menceritakan kejadian-kejadian lucu, dan pembicaraan-pembicaraan lin yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Sering kali tujuan ini dianggap tidak penting, tetapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi suasana yang lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya. 6) Membantu Orang Lain Psikiater, psikolog klinik, dan ahli terapi adalah contoh-contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian besar dilakukan melalui komunikasi antarpribadi. Demikian pula, kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran pada teman-teman kita yang sedang menghadapi suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Contoh-contoh ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antarpribadi adalah membantu orang lain. 2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal Rakhmat (2008:109) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal, meliputi:

1) Kesamaan Karakteristik Personal Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, ideologis, cenderung saling menyukai. Mereka yang bersahabat menunjukkan korelasi yang erat dalam kepribadiannya. 2) Tekanan Emosional (stress) Bila orang berada dalam keadaan yang mencemaskan atau harus memikul tekanan emosional, ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Schachter (dalam Rakhmat, 2008:111) menyimpulkan bahwa situasi penimbul cemas (anxiety producing situations) meningkatkan kebutuhan akan kasih saying. Orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok yang bersolidaritas tinggi. 3) Harga Diri yang Rendah Waister (dalam Rakhmat, 2008:111) memberi kesimpulan bila harga diri direndahkan, hasrat filiasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsive untuk menerima kasih sayang orang lain. Dengan perkataan lain, orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain. 4) Isolasi Sosial Aronson (dalam Rakhmat, 2008:112) menjelaskan, pertambahan perilaku yang menyenangkan dari orang lain akan berdampak positif pada diri kita. Menurut Aronson, orang yang kesukaanya kepada kita bertambah akan lebih kita senangi daripada orang yang kesukaannya kepada kita tidak berubah.

Di samping aspek-aspek di atas, Jalaludin Rakhmat (2008:112) mengemukakan pula factor-faktor situasional yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu: 1) Daya Tarik Fisik (Physical Affroacfiveness) Daya tarik menjadi penyebab utama atraksi personal. Daya tarik pada gilirannya sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian orang. 2) Ganjaran (reward) Kita menyenangi orang yang memberikan ganjaran kepada kita. Ganjaran itu berupa bantuan, dorongan moral, pujian, atau hal-hal yang meningkatkan harga diri kita. Kita akan menyukai orang yang menyukai kita, kita akan menyenangi orang yang memuji kita. 3) Familiarity Familiarity artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik. Prinsip familiarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia kalau tak kenal, maka tak sayang. 4) Kedekatan Erat kaitannya dengan familiarity adalah kedekatan. Orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Persahabatan lebih mudah tumbuh di antara tetangga yang berdekatan. 5) Kemampuan (Competence) Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Orang-orang yang sukses dalam bidang apapun, professional atau non professional umumnya mendapat simpati orang banyak.

2.1.6 Peran Guru Dalam Membentuk Hubungan Interpersonal Antar Siswa Dalam kaitan pembentukan hubungan interpersonal, guru sebagai pembimbing, dituntut bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap pembelajaran. Dengan pendekatan pribadi semacam itu guru akan secara langsung mengenal dan memahami peserta didiknya secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Sesuai dengan peran guru sebagai pembimbing adalah akan dapat merespons segala macam tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Sukardi (2008:29) menjelaskan peran guru dalam hal ini meliputi: a) dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya; b) bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja dengan bermacam-macam manusia. Hubungan interpersonal juga dapat dibina melalui bimbingan sosial, Yusuf (2009:55) mengemukakan tujuan bimbingan konseling sosial, yakni: a) bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya; b) memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturrahim dengan sesame manusia; c) memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara lisan mupun tulisan.

Hubungan interpersonal merupakan bagian dari perkembangan sosial. Yusuf (2011:66) menjelaskan perkembangan sosial pada anak usia SD/MI ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya (peer group) sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok. Tugas-tugas kelompok harus memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik atau siswa untuk menunjukkan prestasinya, dan juga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas kelompok, siswa dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggung jawab. Pembentukan hubungan interpersonal merupakan salah satu bagian dari perspektif bimbingan konseling sebagaimana yang dijelaskan oleh Supriatna (2011:5) bahwa bimbingan dan konseling sebagai upaya proaktif dan sistematik di dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan dan peningkatan keberfungsian individu di dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku ini merupakan proses perkembangan, proses interaksi antara individu dengan lingkungan perkembangan melalui interaksi yang sehat dan produktif.

Selanjutnya dijelaskan bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan lingkungan perkembangan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, memperbaiki dan memperhalus perilaku. Hubungan interpersonal pada prinsipnya mengacu pada kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan, dan ditandai oleh saling memberi dan menerima serta rasa kedekatan emosional. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno (2008:79) yang menguraikan bahwa hubungan interpersonal adalah kemampuan membina dan memelihara hubungan yang saling memuaskan, yang ditandai dengan keakraban dan saling memberi serta menerima kasih sayang. Keterampilan menjalin hubungan interpersonal yang positif dicirikan oleh kepedulian pada sesama. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa peran guru dalam membentuk hubungan interpersonal melalui proses pembelajaran ataupun di luar proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran melalui aktivitas pembelajarn, dan di luar proses pembelajaran melalui pemberian contoh dalam bersikap, bertutur kata antar sesame guru, maupun interaksi antara guru dengan siswa.