TINJAUAN PUSTAKA. Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis

dokumen-dokumen yang mirip
I. TINJAUAN PUSTAKA. Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam cm, tergantung jenis

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Stroberi

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

KULTUR JARINGAN TANAMAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Fabaceae. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Raja Bulu Kuning Kedudukan pisang dalam taksonomi tumbuhan menurut Suprapti (2005) adalah sebagai berikut: Kerajaan :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

STRUKTUR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

KAJIAN PENGARUH AUKSIN TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

Kultur Jaringan Tanaman Kopi. Rina Arimarsetiowati 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

I. JARINGAN. A.Pengertian Jaringan

BIOLOGI UMUM (MIP612112)

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut (BPP, 2002) : Divisi : Spermatophyta, Sub divisi : Angiospermae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL 1 DAFTAR ISI 2

III. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk tanaman dari keluarga Orchidaceae. Tanaman berbunga indah ini

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

Staf pengajar PS Pemuliaan Tanaman, Jurusan BDP FP USU Medan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Stroberi (Fragaria sp) Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Morfologi tanaman stroberi terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah. Klasifikasi botani tanaman stroberi menurut Lawrence (1960) adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas Keluarga Genus Spesies : Dicotyledonae : Rosaceae : Fragaria : Fragaria spp Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar (corpus), ujung akar (apeks), bulu akar (pilus radicalis), dan tudung akar (calyptras). Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria), akarnya terus tumbuh memanjang dan berukuran besar. Panjang akarnya mencapai 100 cm, namun akar 1

2 tersebut hanya menembus lapisan tanah atas sedalam 15-45 cm, tergantung jenis dan kesuburan tanahnya (Harianingsih, 2010). Gambar 2.1. Tanaman Stroberi (Fragaria x ananassa Duch, var. Rosalinda) Tanaman stroberi (Gambar 2.1) memiliki batang yang pendek seolah-olah tidak berbatang dan bersifat merayap yang dapat hidup sampai bertahun-tahun. Namun, kadang-kadang hanya ditumbuhkan sebagai tanaman semusim. Beberapa jenis ada yang selalu berdaun, namun ada juga yang meranggas, tergantung tempat dibudidayakan (Ashari, 2006). Stroberi memiliki batang utama yang tersusun dengan daun-daun yang melingkari batang dengan jarak yang sangat rapat. Batang stroberi sangat pendek, bertekstur lunak dan tidak berkayu. Batangnya pun bersembunyi diantara tangkai-tangkai daun stroberi (Kurnia, 2005). Daun pada tanaman stroberi berfungsi sebagai tempat fotosintesis, transpirasi, dan sebagai alat pernapasan. Daun stroberi dengan tepi bergigi merupakan daun trifoliate (Gambar 2.2). Bagian-bagian daun terdiri epidermis, jaringan palisade, jaringan spons dan berkas pembuluh angkut daun. Masa pertumbuhan vegetatif membentuk daun-daun baru 8-12 hari dan bertahan 1-3 bulan kemudian kering. (Rohmayanti, 2013).

3 Gambar 2.2. Daun Stroberi (Fragaria x ananassa Duch, var. Rosalinda) Bunga tanaman stroberi memiliki lima sepal (kelopak bunga), lima petal (daun mahkota), 20-35 stamen dan ratusan putik yang menempel pada dasar receptacle (dasar bunga) (Gunawan, 1992). Bunga yang pertama kali mekar adalah bunga primer, kemudian disusul oleh bunga sekunder, tersier dan kuartener. Buah stroberi berwarna merah dimana pigmen warna merah tersebut berasal dari anthosianin (Ashari, 2006). Buah sejati yang berasal dari ovul telah terserbuki berkembang menjadi buah kering dengan biji keras. Struktur buah keras ini disebut achene (Gunawan, 1992). Buah ini berukuran kecil dan menempel pada receptacle yang membesar. Bentuk buah stroberi sangat bervariasi. Bentuk-bentuk ini ditentukan oleh sifat genetik. Terdapat delapan bentuk buah yang umum pada stroberi, yaitu oblate, globose, globose conic, conic (Gambar 2.3), long conic, necked, long wedge dan short wedge (Budiman dan Saraswati, 2008)

4 2.2 Perbanyakan Vegetatif Gambar 2.3. Buah Stroberi yang Berbentuk Conic Perbanyakan tanaman dapat berlangsung dengan dua cara yaitu generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu sebagai hasil dari perkawinan antara 2 individu atau bagian dari individu yang terpisah, sehingga sifat-sifat dari induknya bercampur, misalnya dengan spora atau dengan biji. Perbanyakan secara vegetatif yaitu perbanyakan dengan memakai bagian dari tanaman (Sianipar dan Philippus, 1981). Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak, meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relatif dangkal, kurang beraturan dan melebar,

5 namun lama kelamaan akan berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji (Pudjiono, 1996). Menurut Khan (1994) pembibitan secara vegetatif sangat berguna untuk program pemuliaan tanaman yaitu untuk pengembangan bank klon (konservasi genetik), kebun benih klon, perbanyakan tanaman yang penting hasil persilangan terkendali, misalnya hybrid atau steryl hybrid yang tidak dapat bereproduksi secara seksual, perbanyakan masal tanaman terseleksi. Jenis-jenis perbanyakan vegetatif meliputi : teknik mencangkok, teknik sambungan, teknik stek pucuk dan kultur jaringan. Untuk perbanyakan vegetatif secara kultur jaringan mendapatkan hasil perbanyakan yang baik selain perlu memperhatikan media tumbuh, diperlukan zat pengatur tumbuh (zpt) untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (Dian dan Sudiarta, 2009) 2.3 Kultur Jaringan Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuurs atau gewebe culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama (Hendrayono dan Wijayani, 1994). Kultur jaringan adalah suatu metode mengisolasi bagian tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan, dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman kembali (Gunawan, 1992). Potensi kultur jaringan dalam pemuliaan tanaman somaklonal mencakup semua teknik kultur sel dan jaringan yang meliputi perbanyakan, pengamatan, dan

6 manipulasi genetik tanaman tanpa melibatkan siklus seksual. Pada dasarnya kultur somaklonal merupakan satu proses perbanyakan sel, jaringan organ atau protoplas dengan teknik steril (Nasir, 2002). Menurut Hendrayono dan Wijayani (1994) kultur jaringan akan lebih besar persentasenya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis, belum mempunyai penebalan dari zat pektin, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Parnata (2005) menyatakan bahwa dalam kultur jaringan, selsel meristematik yang belum berdiferensiasi akan dipacu untuk mendiferensiasikan diri dimulai dengan pembentukan meristem baru yang akan berkembang menjadi organ tanaman, seperti akar, batang, tunas, dan daun, sehingga tumbuh menjadi tanaman yang sempurna dengan memodifikasi media tumbuh dengan menambah zatzat hara yang dapat memacu pertumbuhan tanaman. 2.4 Zat Pengatur Tumbuh Secara umum zat pengatur tumbuh (ZPT) penting ditambahkan ke dalam medium untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik. ZPT yang banyak digunakan untuk kultur jaringan adalah kelompok auksin, sitokinin, dan giberelin. Santoso dan Nursadi (2004) mengemukakan bahwa zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah mampu mendorong, menghambat, atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan adalah dari golongan sitokinin (kinetin, 2i-P, Zeatin, BAP) dan auksin (NAA, 2,4-D, IBA, IAA). Zat pengatur

7 tumbuh auksin dan sitokinin dapat diberikan bersama-sama atau auksin saja ataupun sitokinin saja, penambahan ini tergantung dari tujuannya (Hendrayono dan Wijayani, 1994). Benzylaminopurine (BAP) merupakan salah satu jenis zat pengatur tumbuh sitokinin yang dapat mendorong terjadinya pembelahan sel-sel tumbuhan. Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan tumbuh aktif terutama pada akar, embrio, dan buah. Sitokinin yang diproduksi di akar selanjutnya diangkut oleh xylem menuju sel-sel target pada batang. Sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah. Penuaan pada daun melibatkan penguraian klorofil dan protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut oleh floem ke jaringan meristem yang membutuhkannya (Gardner dkk., 1991). BAP ini mempengaruhi proses fisiologis di dalam tanaman. Proses-proses pembelahan sel pada sel-sel meristem akan dihambat oleh pemberian BAP eksogen, dimana efek yang menghambat maupun yang mendorong proses pembelahan sel oleh BAP tergantung dari adanya fitohormon lainnya. Selain itu BAP berpengaruh di dalam perkembangan embrio, menghambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun-daun yang terlepas dari tanaman, serta memperlambat proses senescence pada daun, buah dan organ-organ lainnya (Wattimena, 1987). Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA (phenylacetic acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid), dan beberapa lainnya

8 merupakan auksin sintetik, misalnya IBA (indolebutyricacid), NAA (Napthalene acetic acid), 2,4-D (2,4 dicholorophenoxyacetic) dan MCPA (2-methyl-4 chlorophrnoxyacetic). IBA merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan, dan diferensisasi sel serta sintesa protein (Darell dkk, 1986). IBA diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif (tunas, daun muda, dan buah) (Gardner dkk, 1991). Kemudian menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, dimana penyebar luasnya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floem) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988). IBA merupakan istilah generic untuk substansi pertumbuhan yang khusus merangsang perpanjangan sel, sehingga dapat didefinisikan sebagai zat pengatur tumbuh yang mendorong elogasi. Pengaruh fisiologs dari IBA ini berperan pada berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain : pembesaran sel (batang, akar, daun), menghambat pertumbuhan mata tunas samping yang diproduksi pada meristem apikal yang diangkut secara basepetal, adanya pengguguran daun yang terjadi sebagai akibat dari proses absisi yang terjadi di daerah absisi, mendorong pembelahan sel-sel cambium (pertumbuhan skunder), dan merangsang pertumbuhan akar (Wattimena, 1987). Pemakaian auksin dan sitokin dalam media lebih banyak diperlukan untuk mengatur pertumbuhan dan pembentukan organ. Auksin dan sitokinin yang diberikan pada waktu bersamaan akan menimbulkan pengaruh kerjasama yang berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Namun belum diketahui

9 perbandingan sitokinin dan auksin yang bagaimana yang merangsang atau menghambat pembelahan sel (Wattimena, 1987). 2.5 Kalus Kalus adalah suatu kumpulan sel amorphous atau belum terdiferensiasi yang terjadi dari sel sel jaringan yang membelah diri secara terus menerus secara in vitro atau di dalam tabung dan tidak terorganisasi sehingga memberikan penampilan sebagai massa sel yang bentuknya tidak teratur. Kalus dapat diperoleh dari jaringan tanaman yang berasal dari akar, batang, dan daun. Penelitian pembentukan kalus pada jaringan terluka pertama kali dilakukan oleh Sinnott pada tahun 1960. Pembentukan kalus pada jaringan luka dipacu oleh zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin endogen (Dodds & Roberts, 1983). Secara in vivo, kalus pada umumnya terbentuk pada bekas-bekas luka akibat serangan infeksi mikro organisme seperti Agrobacterium tumefaciens, gigitan atau tusukan serangga dan nematoda. Kalus juga dapat terbentuk sebagai akibat stress (George & Sherrington, 1993). Kalus secara in vitro terbentuk melalui 3 tahapan yaitu induksi, pembelahan sel, dan diferensiasi. Pembentukan kalus ditentukan oleh sumber eksplan, komposisi nutrisi pada medium dan faktor lingkungan. Eksplan yang berasal dari jaringan meristem berkembang lebih cepat dibandingkan dengan jaringan dari sel-sel berdinding tipis dan mengandung lignin. Untuk memelihara kalus maka dilakukan subkultur secara bertahap. Sumber kontaminasi pada kultur kalus dapat melalui media tanam yang tidak steril, lingkungan kerja dan pelaksanaan yang tidak hati-hati, eksplan yang disterilisasi secara tidak sempurna serta serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk ke dalam botol kultur (Nugroho dan Sugito, 2001).

10 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kalus antara lain bahan sterilisasi, kandungan unsur kimia dalam media, hormon yang digunakan, substansi organik yang ditambahkan dan terang gelapnya saat inkubasi. Dalam kultur kalus sel atau irisan jaringan tanaman yang disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam media padat atau media cair yang cocok dan dalam keadaan steril. Dengan demikian sebagian sel pada permukaan irisan akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus (Zulkarnain, 2009). Kalus mempunyai pertumbuhan yang abnormal dan berpotensi untuk berkembang menjadi akar, tunas dan embrioid yang nantinya akan dapat membentuk plantlet. Beberapa kalus ada yang mengalami pembentukan lignifikasi sehingga kalus tersebut mempunyai tekstur yang keras dan kompak. Namun ada kalus yang tumbuh terpisah-pisah menjadi fragmen-fragmen yang kecil, kalus yang demikian dikenal dengan kalus remah (friable). Warna kalus dapat bermacam-macam tergantung dari jenis sumber eksplan itu diambil, seperti warna kekuning-kuningan, putih, hijau. Dalam kultur kalus, kalus homogen yang tersusun atas sel-sel parenkim jarang dijumpai kecuali pada kultur sel Agave dan Rosa (Narayanaswany,1977 dalam Dodds & Roberts, 1983). Untuk memperoleh kalus yang homogen maka harus menggunakan eksplan jaringan yang mempunyai sel sel yang seragam. Dalam pertumbuhan kalus, Citodiferensiasi terjadi untuk membentuk elemen trachea, buluh tapis, sel gabus, sel sekresi dan trikoma. Kambium dan periderm sebagai contoh dari proses hitogenesis dari kultur kalus. Anyaman kecil dari pembelahan sel sel membentuk meristemoid

11 atau nodul vaskular yang nantinya menjadi pusat dari pembentukan tunas apikal, primordial akar atau embrioid (Hendrayono dan Wijayani, 1994).