PERANAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK (BAYI)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

PEMECAHAN PERKARA (SPLITSING) DALAM PRA PENUNTUTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

PERANAN KETERANGAN AHLI DALAM PROSES PERKARA PIDANA PENGADILAN NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

TINJAUAN YURIDIS PERANAN BUKTI FORENSIK DAN LAPORAN INTELEJEN PADA TAHAP PENYIDIKAN TINDAK PIDANA TERORISME DI KOTA MEDAN (STUDI DI POLRESTA MEDAN)

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN. Zulaidi, S.H.,M.Hum

ABSTRAK MELIYANTI YUSUF

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 9/Okt-Des/2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHUUAN. lainya, mengadakan kerjasama, tolong-menolong untuk memperoleh. pertikaian yang mengganggu keserasian hidup bersama.

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

Lex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PEMIDANAAN ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA MENGEKSPLOITASI EKONOMI ATAU SEKSUAL ANAK

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

IMPLEMENTASI OTOPSI FORENSIK DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

KAJIAN PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

PENERAPAN PRINSIP MIRANDA RULE SEBAGAI PENJAMIN HAK TERSANGKA DALAM PRAKTIK PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja di Indonesia mulai dari usia sekolah hingga perguruan tinggi.

BAB III PENUTUP. Dari pembahasan yang telah diuraikan mengenai peranan Visum Et Repertum

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagaimana tersirat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

PERANAN VISUM ET REPERTUM DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

BAB II. 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang KUHP. yang dibuat tertulis dengan mengingat sumpah jabatan atau dikuatkan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB V PENUTUP. pertanggungjawaban pidana, dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia, pengaturan hukum pidana materiil

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

FUNGSI DAN KEDUDUKAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PIDANA ARSYADI / D

Kata Kunci: Visum Et Repertum, Pembuktian, Tindak Pidana Perkosaan

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I LATAR BELAKANG. yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara melalui

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejahatan sudah ada sejak manusia dan masyarakat ada, demikian

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka maka penulis

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

Kioge Lando, Kristiyadi. Abstrak. Abstract

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013).

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

Transkripsi:

PERANAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK (BAYI) Oleh : Putu Dian Asthary I Gst Agung Ayu Dike Widhyaastuti Bagian Hukum Administrasi Negara Universitas Udayana ABSTRAK Makalah ini berjudul Peranan Visum et Repertum Pada Kasus Pembunuhan Oleh Ibu Terhadap Anak (Bayi). Latar belakang penulisan ini adalah ditemukannya berbagai kendala dalam proses pembuktian sebab-sebab kematian anak (bayi). Makalah ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris di Pengadilan Negeri Gianyar. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui peranan dan penggunaan Visum et repertum dalam proses pembuktian perkara pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak (bayi). Peranan Visum et repertum sangat berguna dalam proses pembuktian perkara pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak (bayi) dalam sidang pengadilan serta untuk membuktikan keadaan korban jenasah ataupun keadaan dari ibu yang menjadi pelaku. Visum et repertum adalah laporan hasil pemeriksaan dokter terhadap luka, cidera atau kematian seseorang maupun sebab-sebabnya. Penggunaan Visum et repertum diperlukan guna kepentingan pemeriksaan untuk membuat terang suatu perkara pidana dalam sidang pengadilan. Kata kunci: Visum Et Repertum, Kasus Pembunuhan, Perkara Pidana ABSTRACT Title of this paper is "The Role of a post mortem In Murder Case By Mothers Against Children (Baby)". The background of this paper is the discovery of a variety of obstacles in the process of proving the causes of child (baby) death. This paper uses empirical juridical approach in Gianyar District Court. The purpose of this paper is to determine the role and use of post mortem in the process of proving a case of murder committed by the mother of the child (baby). The role of a post mortem is useful in the process of proving a case of murder committed by the mother of the child (baby) in court and to prove the state of the bodies of victims or the circumstances of mothers who become the culprit. Post mortem is the process of doctor's examination report to the wound, injury or death of a person and causes of it. The use of a post mortem examination is necessary for the purpose for making a criminal case become clear in court. Keywords: Visum Et Repertum, Murder Case, Criminal Case 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hak asasi manusia seharusnya di miliki oleh semua orang, namun dewasa ini banyak kasus yang terjadi dimana banyak hak asasi manusia di renggut,sedangkan setiap manusia mempunyai hak untuk hidup dan diperlakukan secara layak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Pelanggaran HAM yang sering terjadi salah satunya adalah pembunuhan terhadap bayi yang dilakukan oleh ibu kandung anak (bayi) tersebut dilahirkan atau tidak lama setelah dilahirkan. 1 Dalam Pasal 183 KUHAP yaitu: Bahwa Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Dari Pasal 183 KUHAP dapat disimpulkan syarat untuk menjatuhkan pidana kasus pembunuhan anak (bayi) kepada seseorang memerlukan proses pembuktian. Dalam pembuktian sebab-sebab kematian anak (bayi), salah satunya menggunakan Visum et repertum. Visum et repertum sangatkah berguna untuk membuat terang suatu perkara pidana khususnya dalam hal ini kasus pembunhan oleh ibu terhadap anak (bayi), dalam hal ini hasil Visume et repertum di keluarkan oleh kedokteran forensik untuk mengetahui sebab-sebab kematian anak dan untuk mengetahui apakah benar ibu tersebut yang melahirkan anak (bayi) yang menjadi korban. Rumusan masalah yaitu: Bagaimana peranan Visum et reperentum dalam kasus pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak (bayi)? Apakah penggunaan Visum et repertum adalah suatu keharusan dalam kasus pembunuhan yang di lakukan oleh ibu terhadap anak (bayi)? 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan yaitu : 1. Untuk mengetahui peranan Visum et repertum dalam proses pembuktian perkara pembunuhan yang dilakukan oleh ibu terhadap anak (bayi) dalam sidang pengadilan, khususnya di Pengadilan Negeri Gianyar. 2. Untuk mengetahui penggunaan Visum et repertum sebagai keharusan dalam menangani perkara pembunuhan oleh ibu terhadap anak (bayi). Jakarta, hal. 14. 1 Musa Perdanakusuma, 1984, Bab-Bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, 2

II. PEMBAHASAN 2.1 Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan konstisten. 2 Tipe penelitian yang digunakan ini adalah metode penelitian hukum yuridis empiris dengan Putusan No.187/Pid.B/2010/PN. Gir di Pengadilan Negeri Gianyar tentang perkara pembunuhan anak (bayi) oleh ibu. Bahan hukum yang digunakan adalah bahan data primer yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Gianyar dan data sekunder berupa kepustakaan. 2.2 Hasil danpembahasan 2.2.1 Peranan Visum Et Repertum Dalam Kasus Pembunuhan Oleh Ibu Terhadap Anak (bayi) Dalam proses pemeriksaan di pengadilan, suatu putusan terhadap kasus pidana dapat di sahkan jika sebelumnya terlebih dahulu melewati proses pembuktian. Visum et repertum dapat menjadi alat pembuktian dalam proses pemeriksaan di sidang pengadilan. Pasal 133 Ayat 1 KUHAP menyatakan: Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan atau mati yang di duga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Visum et repertum adalah laporan hasil pemeriksaan dokter terhadap luka, cidera atau kematian yang dibuat dengan mengingat sumpah jabatan berdasarkan apa yang dilihat dan diketemukan dalam pemeriksaan tersebut sesuai dengan ilmu pengetahuan kedokteran yang dimilikinya, atas permintaan tertulis dari Polisi, Jaksa atau Hakim. 3 Dalam pembunuhan anak (bayi) oleh ibunya maka perlu keterangan para ahli yang yang disusun dalam Visum et repertum guna memperoleh kebenaran dan dapat menjadi pembuktian dalam mengungkap benar tidaknya wanita itu melahirkan dan menjadi ibu dari bayi yang menjadi korban, berapa lama ibu tersebut telah melahirkan, apakah bayi tersebut dalam keadaan normal saat dalam kandungan dan sesudah di lahirkan, apakah bayi yang di lahirkan telah cukup umur dalam kandungan, apakah anak hidup atau mati 2 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum,Cet.III., UI Press, Jakarta, hal.2. 3 Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1978, Naskah Akademik Rencana Undang-Undang Tentang Kedokteran Kehakiman, hal.150. 3

waktu dilahirkan dan sebab-sebab kematiannya. Mengenai waktu atau saat pelaksanaan pembunuhan bayi itu, adalah: 1. Pada saat bayi dilahirkan; 2. Tidak lama setelah dilahirkan. 4 Apabila Visum et repertum membuktikan secara konkrit sehingga di penuhi unsur-unsur yang di tentukan dalam Pasal 341 KUHP maupun Pasal 342 KUHP, maka Visum et repertum tersebut membuat terang dan hasil Visum et repertum sangat berperan, namun jika visum tersebut hanya membuktikan hanya sebagian perbuatan pidana, maka hasil dari visum tersebut di anggap cukup berperan. 2.2.2 Penggunaan Visum Et Repertum Dalam Kasus Pembunuhan Oleh Ibu Terhadap Anak (Bayi) Keterangan ahli yang di buat dokter dalam bentuk Visum et repertum dapat di gunakan guna kepentingan pemeriksaan untuk membuat terang suatu perkara pidana dalam sidang pengadilan. Visum et repertum sangat di perlukan peranannya untuk membuktikan keadaan korban, jenasah ataupun keadaan dari ibu yang menjadi pelaku. Visum Et Repertum sangat penting untuk memberi kejelasan apakah kematian anak yang di lakukan oleh ibu tersebut adalah kematian yang wajar atau kematian yang terselubung, karena banyak kasus di mana pelaku menghilangkan jejaknya agar tidak di ketahui perbuatannya oleh orang lain. Dalam Putusan Pengadilan Negeri Gianyar Nomer 187/Pid. B/ 2010/PN. Gir, tanggal 20 September 2010 terdapat fakta bahwa bayi yang di lahirkan terdakwa meninggal karena hambatan saluran pernafasan karena pembekapan yang mengakibatkan mati lemas akibat perbuatan terdakwa, fakta tersebut dari hasil Visum et repertum Nomer: RSUP/YM102/E.19/VII/2010/VER.742, maka hasil Visum et repertum ini membuat terang perbuatan pidana yang terjadi dan di gunakan Jaksa Penuntut Umum pada Pengadilan Negeri Gianyar mendakwa terdakwa dengan dakwaan alternatif Pasal 341 KUHP atau Pasal 342 KUHP dan berdasarkan hasil Visum et repertum Majelis Hakim berkesimpulan perbuatan terdakwa menghilangkan nyawa anaknya tersebut masuk dalam kategori pada saat tidak lama setelah di lahirkan. 4 Adami chazawi, 2010, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa Cet.V, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 91. 4

III. KESIMPULAN Berikut kesimpulan yang dapat di ambil dari makalah ini: 1. Peranan Visum et repertum dalam kasus pembunuhan ibu terhadap anak (bayi) sangatlah berperan penting terutama dalam pemberian pembuktian di persidangan khusunya keterangan yang diberikan dari ahli kedoteran kehakiman. Namun, apabila Visum et repertum tersebut hanya dapat membuktikan sebagian dari perbuatan pidana tersebut maka Visum et repertum itu dianggap cukup berperan. 2. Penggunaan Visum et repertum dalam kasus pembunuhan oleh ibu terhadap anak (bayi) di dalam peraturan perundang-undangan tidaklah diharuskan. Tetapi dalam praktek Visum et reperentum dapat membantu keyakinan Hakim bahwa terdakwalah (ibu kandung korban) yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan anak (bayi) yang dituduhkan oleh Jaksa Penuntut Umum. IV. DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU Adami chazawi, 2010, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa Cet.V, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1978, Naskah Akademik Rencana Undang-Undang Tentang Kedokteran Kehakiman. Musa Perdanakusuma, 1984, Bab-Bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum,Cet.III, UI Press, Jakarta. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), 1996, Terjemahan Prof. Moeljarno, S.H., Bumi Aksara, Jakarta. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), 1995, Bumi Aksara, Jakarta. 5