PEMERI NTAH KABUPATEN CI REBON

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Sejarah Perusahaan

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

INFRASTRUKTUR AIR MINUM BERKELANJUTAN

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

Ir. H. Isran Noor (Bupati Kutai Timur) Pada: Indonesia Water Forum Jakarta Convention Centre, 2 April 2014

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Isu Strategis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 10,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 48,960,360, BELANJA LANGSUNG 200,545,530,896.00

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

- 6 - SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Sumber Daya Air

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI KABUPATEN BIREUEN

C. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUM

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

Rencana Strategis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi

4/12/2009. Water Related Problems?

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

KESIMPULAN DAN SARAN

Rencana Strategis

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB 5 KESIMPULAN TERHADAP EVALUASI KINERJA PENYEDIA AIR BERSIH PERPIPAAN DI KOTA KECIL (SOREANG DAN BANJARAN)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Rakor Evaluasi TA 2016 & Persiapan TA 2017 Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SPAM PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

PEMERINTAH. sumber daya air pada wilayah sungai kabupaten/kota.

X. ANALISIS KEBIJAKAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Wilayah studi Balai Besar Wilayah Sungai Brantas adalah Wilayah Sungai

BAB 2 EKSPLORASI ISU BISNIS

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 30 TAHUN 2014

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L AP O R A N PENYELENGGARAAN MUSRENBANG DAN PENYAMPAIAN RANCANGAN RKPD PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

KERANGKA ACUAN KERJA PENDAMPINGAN PENYUSUNAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM KABUPATEN TELUK WONDAMA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

1. Sumber Daya Air D. BIDANG PEKERJAAN UMUM SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan pengelolaan sumber daya air daerah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN SPAM PADA PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG

Perencanaan Perjanjian Kinerja

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

STRATEGI PENURUNAN KEBOCORAN DI SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA MATARAM

BAB 3 SOLUSI BISNIS. Tujuan Penelitian Merumuskan strategi operasi untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Gubernur Jawa Barat;

Transkripsi:

PEMERI NTAH KABUPATEN CI REBON R AME IN GG AWE S UCI IN G PAMRIH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN CIREBON TIRTADHARMA Jalan Sunan Drajat No 12 Komplek Perkantoran - Sumber TANTANGAN DAN SOLUSI: PENGELOLAAN HULU-KE-HILIR DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DALAM PELAYANAN AIR MINUM Disusun Oleh : Ir. H.M. Nasija Warnadi, MM. Studi Kasus : Pembelajaran dan Pengalaman Praktisi Manajemen PDAM Kabupaten Cirebon 0

TANTANGAN DAN SOLUSI: PENGELOLAAN HULU-KE-HILIR DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DALAM MANAJEMEN PDAM ---------------------------------------------------------------------------------------------- STUDI KASUS : PEMBELAJARAN DAN PENGALAMAN PRAKTISI MANAJEMEN PDAM KABUPATEN CIREBON I. PENDAHULUAN Kertas kerja ini mencoba mengetengahkan proses manajemen PDAM Kabupaten Cirebon; khususnya berkaitan dengan pengelolaan hulu-kehilir dan pemanfaatan sumber daya air ditinjau dari aspek fisik DAS dan sumber air, aspek perilaku sosial masyarakat pengguna air dan aspek Tatakelola. Pengelolaan Sumber Air Baku di PDAM merupakan bagian terpenting dari lingkup manajemen pengembangan SPAM termasuk manajemen hulu-ke-hilir. Kata kunci dalam manajemen pengembangan SPAM termasuk manajemen hulu-ke-hilir adalah pentingnya pemahaman terhadap aspek teknis, aspek lingkungan dan aspek tatakelola, sehingga setiap penanggung jawab mampu mengantisipasi setiap tantangan, memanfaatkan peluang dan menentukan prioritas penanganan secara obyektif dan efisien. Penelusuran terhadap unsur tantangan dan solusi pengelolaan hulu-kehilir dan pemanfaatan sumber daya air dalam manajemen PDAM Kabupaten Cirebon dilatar belakangi oleh isu-isu strategis sebagai berikut: 1.1. Republik Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 di dunia, secara konsisten terus berupaya mempertahankan komitmennya dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap air minum yang layak sesuai target pelayanan air minum yang secara internasional telah disepakati dalam MDG s 2015 dengan target cakupan 68,87%. Kendala utama yang dihadapi PDAM Kabupaten Cirebon karena saat ini cakupan pelayanan baru mencapai 21,79%, sehingga harus mengejar ketinggalan cakupan pelayanan tersebut dengan melakukan mobilisasi terhadap ketersediaan air baku yang sebagian besar berada diluar wilayah administrasi. PDAM Kabupaten Cirebon telah dan akan memanfaatkan berbagai sumber daya air baku yaitu : a. MA Bojong, Desa Cikahalang Kabupaten Cirebon, Q = 100 L/det. b. MA Cibodas, Desa Kaduela Kabupaten Kuningan Q = 100 L/det c. MA Bebelan, Desa Kaduela Kabupaten Kuningan Q = 24 L/det d. MA Cigusti, Desa Padamatang Kabupaten Kuningan Q = 70 L/det e. MA Cipujangga, Desa Padabeunghar Kabupaten Kuningan Q = 50 L/det f. MA Cipaniis, Desa Paniis Kabupaten Kuningan Q = 18 L/det 1

g. MA Cibulakan Desa Linggarjati Kabupaten Kuningan Q = 12 L/det h. Bendung Karet Sungai Kumpulkuista DAS Cimanuk Q = 100 L/det i. Bendung Karet Tawangsari DAS Cisanggarung Q = 70 L/det j. Bendung Walahar DAS Ciwaringin Q = 20 L/det k. Air Permukaan (AP) DAS Cimanuk Desa Kertasmaya Kabupaten Indramayu Q = 10 L/det 1.2. Kabupaten Cirebon yang terletak di bagian paling timur Provinsi Jawa Barat saat ini baru dapat melayani sistem perpipaan sebanyak 28.016 pelanggan yang tersebar di 8 Unit Pelayanan Cabang PDAM dengan rincian sebagai berikut : a. Cabang Sumber dengan jumlah pelanggan : 3.642 SL b. Cabang Palimanan dengan jumlah pelanggan : 3.318 SL c. Cabang Arjawinangun dengan jumlah pelanggan : 6.543 SL d. Cabang Gegesik dengan jumlah pelanggan : 4.047 SL e. Cabang Kapetakan dengan jumlah pelanggan : 2.909 SL f. Cabang Suranenggala dengan jumlah pelanggan : 5.074 SL g. Cabang Beber dengan jumlah pelanggan : 1.864 SL h. Cabang Losari dengan jumlah pelanggan : 622 SL Jumlah : 28.016 SL Peta Pelayanan PDAM Kabupaten Cirebon 2

Kabupaten Cirebon memiliki cukup banyak daerah rawan air bersih mengingat kondisi geografisnya, lokasi daerah rawan air di Kabupaten Cirebon umumnya terletak di daerah perbatasan wilayah administrasi serta di pesisir pantai utara Jawa Barat. Karakteristik penduduknya secara spesifik sangat berbeda antara kelompok penduduk yang bermukim di pesisir pantai yang pada umumnya adalah nelayan dengan mereka yang bermukim di daerah perbatasan wilayah administrasi bagian selatan yang umumnya terdiri dari kelompok petani. Perbedaan ini berdampak terhadap perbedaan perilaku sosial yang tentunya akan membutuhkan metode pendekatan serta solusi penanganan yang berbeda pula. Walaupun bila ditinjau dari aspek kebutuhan dasar, konsumsi air minum kedua kelompok masyarakat ini relatif sama; namun dari sisi demand cluster kebutuhan terhadap sumber daya air dari kelompok petani praktis jauh lebih besar terutama untuk menunjang kegiatan pengairan dan irigasi. Namun demikian tingkat sensitivitas kebutuhan prasarana air bersih dari kelompok nelayan selalu akan lebih kritis mengingat permukiman mereka umumnya berjauhan dari lokasi sumber air baku dan masyarakat nelayan umumnya lebih rentan terhadap setiap kasus hambatan pengaliran distribusi. Pemahaman terhadap kondisi seperti ini tentunya diniliai cukup penting bagi PDAM karena berpotensi memicu terjadinya berbagai kasus Non Revenue Water (NRW). 1.3 Mengingat Potensi Sumber Daya Air sebagian besar berada di luar wilayah administrasi Kabupaten Cirebon, maka untuk mendapatkan sumber air baku tersebut selain memerlukan regulasi yang memudahkan dalam memperoleh sumber air baku dimaksud juga diperlukan kemampuan dan kecerdikan manajemen PDAM. II. TUJUAN Memaparkan kondisi pengelolaan hulu ke hilir dan pemanfaatan sumber daya air ditinjau dari aspek fisik DAS dan sumber daya air, aspek perilaku sosial masyarakat pengguna air dan aspek tatakelola, sehingga dapat mendorong terjadinya interaksi positif antara praktisi, ilmuwan, kaum profesional dan penentu kebijakan sehingga dapat dihimpun berbagai masukan positif untuk pengembangan lebih lanjut. III. METODE Dalam penyelenggaraan pengelolaan hulu-ke-hilir dan pemanfaatan Sumber Daya Air PDAM Kabupaten Cirebon menerapkan beberapa metode sesuai regulasi serta ketentuan yang berlaku yaitu : 1. Pendekatan Umum 2. Pendekatan Kelembagaan 3. Pendekatan Teknis 4. Pendekatan Aspek Lingkungan 5. Pendekatan Aspek Tatakelola 3

3.1. Pendekatan Umum Pendekatan umum yang dimaksud mencakup: a. Mengetahui/memahami Neraca Air di setiap lokasi Sumber Daya Air. b. Mengetahui lokasi Sumber Daya Air yang digunakan sebagai air baku, baik kualitas dan kuantitasnya. c. Menguasai sistem transmisi-distribusi. d. Mengetahui secara pasti kondisi masyarakat pelanggan. 3.2. Pendekatan Kelembagaan Khususnya terkait dengan rencana implementasi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air, PDAM secara aktif telah melakukan berbagai langkah koordinasi dan membangun kerjasama yang baik dengan seluruh stakeholder terkait. Pendekatan kelembagaan diselenggarakan dalam konteks untuk merencanakan sistem komunikasi yang efektif dan terorganisir antara PDAM dengan seluruh stakeholder ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten sampai ketingkat desa. 3.2.1 Dit. Jend. Cipta Karya / Dit. Jend. SDA PDAM Kabupaten Cirebon selalu berupaya melakukan koordinasi dengan Direktorat Pengembangan Air Minum (Dit. PAM) dan Direktorat Bina Pengelolaan Sumber Daya Air (Dit. BPSDA), BPPSPAM, BBWS Cimanuk-Cisanggarung dan Taman Nasional Gunung Ceremai (TNGC) terutama dalam pengembangan SPAM termasuk memperoleh air baku. 3.2.2 Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Langkah koordinasi dengan OPD Provinsi dalam hal ini dengan Dinas SDAP, Dinas Permukiman dan Perumahan, Dinas ESDM termasuk Satker PK PAM Provinsi dinilai amat penting dalam merencanakan pengembangan SPAM dan pemanfaatan air baku jangka pendek dan jangka menengah. 3.2.3 OPD Kabupaten Untuk menyelaraskan program pengembangan sistem penyediaan air minum dengan program pengembangan sarana-prasarana perkotaan, dalam hal ini PDAM melakukan koordinasi dengan BAPPEDA, DCKTR, Dinas SDAP, Dinas Bina Marga, Dinkes (Lapkesda) disamping juga berkonsultasi dengan DPRD Komisi-2.. 4

3.2.4 Kabupaten/Kota Tetangga dan PDAM Tetangga Untuk kelancaran dalam pelaksanaan pengembangan SPAM dan memperoleh air baku/ air produksi PDAM Kabupaten Cirebon juga melakukan koordinasi dengan OPD Kabupaten/Kota tetangga dan PDAM tetangga 3.2.5 Badan Usaha Swasta dan Perbankan Dalam mengembangkan pelayanan air minum sekaligus usaha untuk mencapai target MDG s PDAM Kabupaten Cirebon juga memanfaatkan Badan Usaha Swasta (BUS) dan Perbankan dengan tetap menjaga prinsip-prinsip kemitraan yang setara dan regulasi yang berlaku. Khusus kemitraan dengan Perbankan Pemerintah telah mengeluarkan Perpres No. 29/2009 tentang pemberian jaminan dan subsidi bunga oleh Pemerintah Pusat dalam rangka percepatan pencapaian cakupan pelayanan Air Minum. 3.2.6 LSM; Elemen Mahasiswa dan Massmedia Hubungan koordinasi dengan LSM Lingkungan Hidup, Elemen Mahasiswa dan Massmedia perlu dijalin untuk kepentingan politis dan kepentingan sosial lainnya. 3.2.7 Aparat Desa, Tokoh Masyarakat, Penjaga Pintu Air dan Bendung Karet serta Informal Leader Koordinasi PDAM dengan kelima unsur masyarakat ini cukup penting dan bervariasi guna mencapai berbagai sasaran yang dikehendaki PDAM. 3.3 Pendekatan Teknis Pendekatan teknis dilakukan agar pelaksanaan kegiatan manajemen operasi dan pemeliharaan serta pengelolaan unit-unit pelayanan PDAM dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Beberapa langkah pendekatan teknis dimaksud adalah : a. Mengetahui kondisi teknis terakhir dan performa kinerja dari setiap unit SPAM yang ada. b. Mengoperasikan dan memelihara seluruh unit SPAM yang ada. c. Melakukan monitoring dan mengevaluasi kinerja SPAM. 5

3.4. Pendekatan Aspek Lingkungan Pendekatan Aspek Lingkungan dimaksud meliputi upaya konservasi Catchment Area mata air; Perlindungan Bron Captering dan keamanan lingkungan Sumber Air Baku. 3.5. Pendekatan Aspek Tatakelola (Governance) a. Memahami bahwa hulu dan hilir adalah satu sistem yang tidak bisa dipisahkan dan masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. b. Memahami pentingnya hulu dan hilir tetap berfungsi dengan baik IV. HASIL 4.1 Aspek Fisik DAS dan Sumber Air 4.1.1 Tantangan a. Degradasi debit sumber air di saat musim kemarau mengalami penurunan drastis. b. Debit sumber air baku belum mampu untuk memenuhi target MDG s. c. Konflik kepentingan air baku dengan pihak lain terutama pada musim kemarau. 4.1.2 Solusi a. 1) Degradasi debit MA Cikalahang dari debit 100 L/det pada musim kemarau turun menjadi 72 L/det bahkan pernah turun sampai 53 L/det akan diatasi melalui suplesi dari MA Cipujangga Kapasitas 50 L/det yang terletak di Kabupaten Kuningan. 2) Degradasi AP Kumpulkuista dari debit 100 L/det turun menjadi 28 L/det bahkan pernah turun menjadi 0 L/det, direncanakan akan diatasi melalui : Memasang pipa transmisi dari Sungai Induk Cimanuk sampai ke bangunan intake IPA Kapetakan dia. 400 mm sepanjang + 12.000 m. Melalui peningkatan kerjasama dengan BBWS Cimanuk-Cisanggarung, yang secara teknis di 9 (sembilan) pintu air dengan melibatkan informal leader. Penambahan kapasitas debit dari pemanfaatan Waduk Jatigede. 6

b. Meningkatkan koordinasi dan konsultasi untuk mendapat tambahan debit sesuai dengan kebutuhan target MDG s. c. 1) Memanfaatkan forum rapat koordinasi dengan menjelaskan untuk tetap diperhatikannya pemenuhan kebutuhan air baku bagi kepentingan air minum, walaupun harus dilakukan sistim gilir namun tetap harus konsisten terkendali. 2) Melakukan pendekatan dengan informal leader untuk mendapatkan kapasitas debit air baku sesuai dengan kesepakatan tata gilir air. IV.2 Aspek Perilaku Sosial Masyarakat Pengguna Air 4.2.1 Tantangan a. Masih dijumpai adanya pencurian air dan sambungan ilegal. b. Penggunaan pompa air yang disambungkan ke instalasi PDAM pada musim kemarau. 4.2.2 Solusi a. PDAM melakukan pendekatan persuasif dan edukatif bersama tokoh masyarakat untuk menangani pencurian air dan sambungan ilegal, apabila terdapat oknum yang terbukti melakukan pencurian air atau penyambungan ilegal akan dikenakan sanksi. b. Mengadakan penyuluhan bersama aparat penegak hukum untuk melakukan tindakan terhadap pelanggaran pelanggan yang menggunakan pompa air. IV.3 Aspek Tatakelola (Governance) 4.3.1 Tantangan a. Dalam pengelolaan sumber daya air masih dijumpai ketidakjelasan Penentu Kebijakan, sehingga masih mengacu kepada produk regulasi masing-masing berakibat tidak jelasnya aturan prosedur dan mekanisme yang seharusnya. Hal ini dapat menghambat terlaksananya pemanfaatan sumber daya air. b. Belum adanya konsistensi terhadap alokasi pemanfaatan dari hasil retribusi dan kompensasi konservasi bagi kegiatan pelestarian sumber daya air. 7

4.3.2 Solusi a. Perlu adanya deregulasi terhadap Penentu Kebijakan mengenai pemanfaatan sumber daya air, sehingga prosedur untuk mendapatkan sumber daya air ada kepastian yang jelas. b. Perlu adanya ketentuan yang mengatur penggunaan hasil retribusi dan kompensasi konservasi dari Pemangku Kebijakan. V. KESIMPULAN 1. Pentingnya mempertahankan kelestarian fungsi sumber daya air secara berkelanjutan supaya tetap terpenuhinya kebutuhan air baku untuk kepentingan air minum bagi masyarakat. 2. Perlunya upaya terus menerus untuk mendapatkan tambahan debit sumber daya air untuk memenuhi target MDG s. 3. Perlu tetap dijalin hubungan yang baik dengan stakeholder termasuk informal leader dalam mengatasi kendala sumber daya air. 4. Pentingnya penyuluhan bersama tokoh masyarakat dan aparat penegak hukum dalam mengatasi kasus pencurian air, sambungan ilegal dan larangan penggunaan pompa air. 5. Pentingnya deregulasi pengambilan dan pemanfaatan sumber daya air serta alokasi pemanfaatan hasil retribusi dan kompensasi konservasi bagi kelestarian fungsi sumber daya air. 8

9