PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KB serta FAKTOR PENENTU FERTILITAS

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PEMBAHASAN PENGEMBANGAN REGULASI MUTU PELAYANAN KIA DI RS: ANTARA DAERAH TERPENCIL DENGAN DAERAH KOMPETENSI TINGGI

KESEHATAN REPRODUKSI. Website:

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

STRATEGI AKSELARASI PROPINSI SULBAR DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

Penerapan Kebijakan Jaminan Persalinan dalam Mendukung Pelayanan Keluarga Berencana

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

INDONESIA Percentage below / above median

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KESEHATAN ANAK. Website:

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

Nawacita Bersama Kampung Keluarga Berencana (KB)

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TERPADU PENANGGULANGAN KEMISKINAN

CEDERA. Website:

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

PARAMETER KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

Memahami Arti Penting Mempelajari Studi Implementasi Kebijakan Publik

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D., Sp.GK. Disampaikan pada Seminar Hari Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 25 Februari 2015

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI PROPINSI BENGKULU : SEKILAS TENTANG UPAYA PENGENDALIAN KUANTITAS DAN PENINGKATAN KUALITAS PENDUDUK DAN KELUARGA

PEMETAAN DAYA SAING PERTANIAN INDONESIA

STATUS GIZI. Website:

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2014

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

Buku Indikator Kesehatan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PROFIL KONSUMSI MAKANAN INDIVIDU, KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI MASYARAKAT INDONESIA (ANALISIS DATA STUDI DIET TOTAL 2014)

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Rencana Strategis Bidang Kesehatan Berkaitan dengan Program Lintas Sektor

BADAN PUSAT STATISTIK

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN IV TAHUN 2015

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

BERITA RESMI STATISTIK

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

Disabilitas. Website:

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI

KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN PENDENGARAN. Website:

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

Transkripsi:

PROGRAM KB DAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DI BENGKULU 1. Berjuang Demi Rakyat Semasa masa kampanye hampir sebagian besar Calon Anggota Legislatif dalam kampanye baru-baru ini menyampaikan orasi kampanye akan berjuang bersama rakyat, demi rakyat melalui legislatif bersama eksekutif semua program akan berpihak dan menyentuh hajat masyarakat, mereka akan mengentaskan rakyat dari kemiskinan, mengatasi pengangguran, pengobatan dan pendidikan gratis. Janji-janji kampanye dari anggota Legislatif perlu kita dorong untuk direalisasi dengan memberikan wawasan tentang pendekatan pembangunan yang berwawasan kependudukan dimana pembangunan menempatkan penduduk sebagai titik sentral pembangunan atau People Centered Development, yaitu pembangunan diarahkan untuk mencapai tujuan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus mengarah pada pengembangan sumber daya manusia potensial. Kebijakan kependudukan merupakan bagian integral dari kebijakan pembangunan secara keseluruhan yang harus diletakkan dalam kerangka kebijakan pembangunan jangka panjang. Keberhasilan kebijakan kependudukan di Indonesia memberikan landasan bagi pemerintah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi yang efektif dengan mengurangi biaya investasi sosial atas pelayanan kebutuhan dasar. Kebijakan pembangunan kependudukan yang pertama adalah mengendalikan kuantitas penduduk melalui pengaturan kehamilan dan kelahiran (Program Keluarga Berencana) dan penurunan kematian (Program Kesehatan); kedua adalah peningkatan kualitas penduduk melalui Program Kesehatan dan Pendidikan, ketiga mengenai mobilitas penduduk melalui Program Transmigrasi. Ketiga kebijakan tersebut saling terkait dan harus ditangani secara simultan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pada Tahun 2000 di deklarasi Millenium Development Goals (MDGs) sebagai kritik terhadap pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada pembangunan tidak berkesinambungan dan memperbesar kesenjangan yang menimbulkan kemiskinan terutama ;pada Negara berkembang. 1

2. Membangun Komitmen Terhadap Program KB di Era Otonomi Daerah Baik Eksekutif (Kepala Pemerintah Daerah) maupun Anggota Legislatif sebagian besar diantaranya masih belum memahami tentang public policy terutama berkaitan dengan welfare atau kesejahteraan sehingga menganggap program KB sebagai salah satu program pembangunan kependudukan dianggap sebagai alat mengerem pertumbuhan penduduk dan program kesehatan sebagai pengobatan orang sakit, sehingga Kepala Daerah banyak mengeluarkan dana daerah (APBD) untuk memberikan pelayanan kesehatan (berobat) gratis bagi penduduk non-miskin serta dibidang pendidikan memberikan subsidi sekolah gratis. Eksekutif dan Legislatif memandang KB dan Kesehatan kurang menarik karena kedua program tersebut mempunyai perspektif jangka panjang yang tak terukur dan tidak dapat segera memberikan hasil. Kepala Daerah perlu melihat bahwa Program KB dan kesehatan sebagai upaya sistematis untuk melakukan investasi dibidang sumber daya manusia (human capital investment) atau dampak ekonomi jangka panjang. 3. Manfaat dan Dampak Program KB Melalui program KB akan memberikan keuntungan berkurangnya belanja konsumsi disebabkan kelahiran dapat dicegah dapat dialihkan dari belanja yang tidak dikonsumsikan ke belanja untuk masyarakat secara luas. Biaya konsumsi yang dapat dialihkan karena penurunan kehamilan dan kelahiran menyangkut : Biaya Antenatal Care ( ANC) Biaya persalinan Biaya komplikasi kehamilan dan persalinan yang mungkin timbul seperti pendarahan, abortus, gangguan kesehatan bayi Biaya perawatan nifas Biaya makan dan memelihara bayi dan anak dalam rangka memenuhi gizi anak 2

Manfaat lain dari pelaksanaan Program KB, pemerintah mempunyai Public Saving dengan cara mempangkas subsidi biaya pelayanan sosial (Pendidikan, Kesehatan). Sebagai gambaran terhadap Public Saving untuk Provinsi Bengkulu dalam 3-4 tahun kedepan dapat mengalihkan subsidi biaya pendidikan dan kesehatan sebesar Rp. 28.397.611.200, yang mana dana tersebut dapat dialihkan pada sektor pertanian, perkebunan dan industri dalam memberikan kesempatan kerja dan penghasilan keluarga. Estim asi ka sa r be nefit inve stasi KB dalam 3-4 tahun Ra ta -2 B/C Ra tio = 4 No Ka b/kota Biaya program KB Benefit(PS) 1 Be ngkulu Se la ta n 1.083.964.800 4.335.859.200 2 Re ja ng Le bong 1.577.224.000 6.308.896.000 3 Be ngkulu Uta ra 1.222.642.000 4.890.568.000 4 Ka ur 469.054.000 1.876.216.000 5 S e lum a 389.819.000 1.559.276.000 6 M ukom uko 271.070.000 1.084.280.000 7 Le bong 861.690.000 3.446.760.000 8 Ke pa hia ng 449.713.000 1.798.852.000 9 Kota Be ngkulu 774.226.000 3.096.904.000 P ropinsi 7.099.402.800 28.397.611.200 Perhitungan diatas memperlihatkan keuntungan ekonomi untuk pemerintah mendapatkan public saving lebih besar dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan untuk program KB. Selain pemerintah mempunyai Public Saving, keluarga juga mempunyai tabungan individu (Private Saving) sebagai akibat menurunnya pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, papan. Pengurangan ini keluarga dapat meningkatkan produktivitas salah satunya meningkatkan status gizi. Bila Pemerintah kurang perhatian terhadap masalah kependudukan dapat memberikan dampak sosial diantaranya tidak tersedianya lapangan kerja menyebabkan banyak pengangguran, akibatnya masyarakat menjadi miskin, kriminalitas meningkat, anak jalanan dan penyakit sosial masyarakat seperti pelacuran, Trafficking. Dampak lain tidak terkendalinya penduduk, pemerintah harus menyiapkan lahan untuk perumahan, bila masalah perumahan tidak terpenuhi dan teratur membawa 3

dampak perkampungan padat, kumuh, polusi, pemenuhan air bersih kurang, lingkungan sosial kurang sehat. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus meratifikasi delapan (8) isu pokok kesepakatan Millenium Development Goals (MDGs), yaitu a) Menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat; b) Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; c) Mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; d) Menurunkan angka kematian anak; e) Meningkatkan kesehatan maternal; f) Melawan persebaran HIV/AIDS, dan penyakit kronis lainnya (malaria dan turberkulosa); g) Menjamin keberlanjutan lingkungan; h) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. 4. Program KB dan Implikasi Terhadap Kependudukan a. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Indonesia diprediksikan akan menjadi sekitar 263 juta pada tahun 2025 (Bappenas, 2005) Proyeksi tersebut kemungkinan tidak akan banyak berubah jika pengelolaan program KB dilaksanakan seperti saat ini. Namun jumlah tersebut sangat mungkin meningkat, apabila intensitas dan frekuensi pengelolaan program KB menurun. Jumlah penduduk di Bengkulu pada tahun 2025 diprediksikan sebesar 2.291.600, tabel berikut prediksi jumlah penduduk dari tahun 2008 sampai dengan 2019. Proyeksi Penduduk Propinsi Bengkulu 2008-2019 0-4 5-14 15-64 65+ Total Dep.Ratio 2008 166,6 333,2 1.157,8 60,0 1.717,6 48,4% 2009 167,2 334,4 1.185,3 62,9 1.749,8 47,6% 2010 167,8 335,9 1.216,7 64,1 1.784,5 46,7% 2011 169,0 337,9 1.248,0 67,9 1.822,8 46,1% 2012 168,5 335,9 1.278,9 69,0 1.852,3 44,8% 2013 170,2 337,2 1.309,2 70,8 1.887,4 44,2% 2014 171,5 337,5 1.337,7 76,2 1.922,9 43,7% 2015 171,2 337,7 1.367,2 79,3 1.955,4 43,0% 2016 171,3 340,1 1.396,0 84,0 1.991,4 42,7% 2017 171,9 340,4 1.422,4 87,0 2.021,7 42,1% 2018 173,4 342,5 1.449,2 93,0 2.058,1 42,0% 2019 173,0 344,6 1.475,7 99,0 2.092,3 41,8% BONUS DEMOGRAFI 4

Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten : No Penduduk 2007 Penduduk 2008 LPP DALAM 1 TAHUN 1 Bengkulu Selatan 137.203 140.083 2,08 2 Rejang Lebong 249.714 253.661 1,57 3 Bengkulu Utara 339.873 343.568 1,08 4 Kaur 112.528 115.168 2,32 5 Seluma 162.104 163.859 1,08 6 Mukomuko 138.590 142.047 2,46 7 Lebong 89.690 91.142 1,61 8 Kepahiang 116.882 117.916 0,88 9 Kota Bengkulu 270.079 274.477 1,62 10 Provinsi 1.616.663 1.641.921 1,55 Meskipun selama tiga dasawarsa terakhir tingkat kelahiran menunjukkan kecenderungan menurun, namun jumlah penduduk masih terus bertambah walaupun laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebenarnya telah mengalami penurunan. b. Bonus Demografi Dinamika penduduk menyebabkan transisi demografi dimana terjadi penurunan fertilitas dalam jangka panjang menyebabkan perubahan struktur penduduk terutama penduduk usia produktif dan non produktif diidentifikasi dengan rasio ketergantungan yaitu rasio antara penduduk non produktif terhadap penduduk usia produktif. Keuntungan ekonomis akibat penurunan Rasio Ketergantungan disebut dengan Bonus Demografi atau dikenal dengan demographic dividend atau demographic giff. Turunnya rasio ketergantungan pada suatu saat akan mencapai titik terendah dan berbalik meningkat kembali, pada saat menunjukkan angka yang paling terendah yang biasanya berada dibawah 50%, disebut dengan Jendela Kesempatan (The Window of Opportunity) dimana kesempatan tersebut sangat singkat hanya terjadi satu kali saja dalam satu dekade seluruh perjalanan kehidupan penduduk. Penurunan proporsi penduduk muda 5

mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhan mereka, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Keluarga Berencana dengan program pengaturan kelahiran mempunyai pengaruh besar dalam terwujudnya Bonus Demografi. Bila pengaturan kelahiran melalui Keluarga Berencana berhasil maka pemerintah dapat mengalihkan biaya dari sektor makanan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan dari penduduk tercegah pada pengembangan sektor pertanian, Industri dalam penyediaan sektor kesempatan kerja. b. Fertilitas Angka Kelahiran atau TFR menunjukkan rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita sampai dengan akhir masa reproduksinya. Secara Nasional TFR hasil SDKI tahun 2007 sebesar 2,6% sedang TFR Provinsi Bengkulu 2,4%. Tingkat Kabupaten/Kota angka kelahiran ditunjukkan dengan Angka Kelahiran Kasar (CBR), yaitu jumlah kelahiran per 1000 penduduk dalam suatu periode tertentu, dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2007 dan tahun 2008 diperoleh gambaran CBR sebagai berikut : No CBR 2007 CBR 2008 Keterangan 1 Bengkulu Selatan 22 20 Turun 2 Rejang Lebong 18 22 Naik 3 Bengkulu Utara 34 24 Turun 4 Kaur 26 21 Turun 5 Seluma 34 34 Tetap 6 Mukomuko 15 22 Naik 7 Lebong 35 25 Turun 8 Kepahiang 29 27 Turun 9 Kota Bengkulu 19 18 Turun Berdasarkan kuantitasnya, penduduk Indonesia tergolong sangat besar namun dari segi kualitasnya masih memprihatinkan dan tertinggal dibandingkan negara Asean lainnya. Penduduk sebenarnya merupakan fenofena yang netral. 6

Penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi sebenarnya adalah aset bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan penduduk yang besar tidak disertai dengan kualitas yang memadai nampaknya bukan menjadi aset tetapi justru beban pembangunan, dan menyulitkan Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. c. Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) Berdasarkan Human Development Report tahun 2007, posisi kualitas penduduk dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia berada pada peringkat 107 dari 177 negara (HDI Report 2007). Untuk Provinsi Bengkulu dan Kabupaten/Kota sebagai berikut : No IPM 2006 IPM 2007 1 Bengkulu Selatan 70,08 70,43 2 Rejang Lebong 68,75 69,32 3 Bengkulu Utara 69,87 70,09 4 Kaur 67,58 68,23 5 Seluma 64,97 65,93 6 Mukomuko 68,56 69,18 7 Lebong 67,59 68,44 8 Kepahiang 65,32 66,31 9 Kota Bengkulu 76,42 76,69 10 Provinsi 71,28 71,88 d. Pelayanan KB Kontribusi pelayanan KB terhadap penurunan Fertilitas sangat tinggi dimana hasil SDKI tahun 2007 kesertaan KB di Propinsi Bengkulu sebesar 74 7

CPR (SDKI 2007) % 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 Maluku Papua Papua Barat NTT Sulbar NAD Malut Sultra Sulsel Sumut NTB Riau Banten Kepri Kaltim Sumbar DKI Jakarta Gorontalo Jabar Indonesia Kalbar Sulteng Jateng Kalsel Sumse; Jambi Jatim Kalteng DIY Babel Sulut Bali Lampung Bengkulu Sedangkan untuk Unmet Need di Provinsi Bengkulu sebesar 6,1 25.0 Unmet need KB 20.0 % 15.0 10.0 5.0 0.0 5. Kesimpulan : Babel Lampung Kalteng Bali Bengkulu Sulut Kalsel Gorontalo DIY DKI Jakarta Jambi Sumsel Central Java Kalbar Kaltim Jatim Spacing Sulteng Banten Riau Indonesia T.m. anak West Java Sumbar NAD Sumut Kepri NTB Sultra Malut Sulsel Papua Pap.Barat NTT Sulbar Maluku a. Keberhasilan pembangunan kependudukan adalah menjadi prasyarat tercapainya tujuan MDGs b. Program KB menjadi faktor penentu keberhasilan sasaran pembangunan yang saling terkait dengan kuantitas dan kualitas penduduk c. Jaminan kecukupan pembiayaan global dan nasional serta daerah dalam implementasi program kependudukan diperlunya institusi pelaksana program yang jelas d. Program pembangunan kependudukan perlu penanganan kebijakan kependudukan secara komprehensif dari semua pihak 8