BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepatnya perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK LAPTOP DENGAN MINAT MEMBELI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang membutuhkan dorongan atau koneksi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Arus globalisasi dan kerjasama perdagangan antar negara dengan adanya

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang besar bagi dunia industri, salah satunya adalah industri

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi dunia semakin meningkat sejalan

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, perkembangan posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi canggih yang membuat masyarakat ketergantungan.

SKALA PERILAKU KONSUMTIF MEMBELI TELEPON SELULER

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PEMBUKAAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan globalisasi memberi pengaruh pada masyarakat Indonesia, salah satu

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

penting sejalan dengan perkembangan zaman. Perkembangan teknologi selalu prinsip-prinsip sentral pemasaran. Pemasaran adalah mengenai memahami

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sekarang ini sudah menjadikan belanja atau shopping bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

PENGARUH BRAND IMAGE PRODUK HANDPHONE MEREK BLACKBERRY TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. sebgai hablum minannas. Ketetapan tentang hablum minannas ini. maupun kebutuhan psikologis seperti pengambilan keputusan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicermati dengan semakin banyaknya tempat-tempat per-belanjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media teknologi komunikasi di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. jasa sampai - sampai ada istilah Pelanggan adalah raja. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Di dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia memiliki kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan persaingan semakin banyak dan ketat. Berbagai dunia usaha juga

BAB I. Pendahuluan. Teknologi merupakan hal yang sangat penting dalam era. globalisasi sekarang ini. Teknologi sudah sangat maju, dalam

BAB I PENDAHULUAN. materialime yang menjurus pada pola hidup konsumtif. Perilaku konsumtif erat

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta. Sebagai ibukota dari provinsi Jawa Timur, kota Surabaya juga

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perilaku konsumen yang terjadi pada era globalisasi saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. bawah. Mungkin inilah hasil manis dari diberlakukannya Undang-undang RI

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Pada perkembangan yang pesat ini telah membawa dampak yang

BAB II LANDASAN TEORI

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk melakukan panggilan jarak jauh atau jarak dekat dengan teman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi kebutuhan informasi yang mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN UKDW. satunya adalah handphone. Pada jaman sekarang, handphone menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. dalam era globalisasi. Ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru baik

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Fashion bukan hanya tentang pakaian namun mencakup peran dan makna pakaian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang penting di berbagai kalangan baik kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini suatu kebutuhan akan komunikasi dan teknologi adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup seseorang di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sudah terjadi di seluruh bangsa tak terkecuali indonesia. Faktor pendukung

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. Dilihat dari perkembangan dunia modern dan globalisasi saat ini. kebutuhan akan komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. sosial (misalnya, Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dll) yang. Tingkat akses internet didominasi oleh situs-situs jejaring

BAB I PENDAHULUAN. selektif dalam melakukan proses pembelian atas suatu produk. Pada sisi yang lain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya, manusia tidak selalu dapat bertemu dan berkomunikasi secara langsung antara satu dengan yang lain karena berada dalam jarak yang berjauhan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diciptakan berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon. Semua media tersebut dapat mempermudah komunikasi jarak jauh (telekomunikasi). Salah satu alat komunikasi seperti yang dikemukakan di atas adalah telepon, yang kemudian berkembang dengan munculnya telepon seluler. Menurut penelitian Biro Asia Riset Market Intelligence (dalam Lisa, 2003, h.2) di daerah Asia (khususnya di Indonesia, Malaysia, Filpina, Singapura, Thailand, Vietnam dan India) yang dilakukan pada 3000 responden pengguna telepon seluler dari kalangan remaja, pekerja kantor dan pasangan yang berusia antara 16 tahun sampai 54 tahun, didapatkan hasil bahwa sebagian besar para responden mengaku akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosial mereka jika tanpa telepon seluler. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa ternyata penggunaan telepon seluler saat ini merupakan suatu kebutuhan 1

2 yang tak dapat terpisahkan dalam sisi kehidupan sosial maupun bisnis seseorang. Dewasa ini telepon seluler sudah dianggap sebagai alat untuk melengkapi style seseorang, dapat dilihat dari modelnya yang beragam dan aksesoris yang menarik yang membuat orang yang memakainya lebih percaya diri. Remaja menganggap bahwa fungsi telepon seluler saat ini bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol status seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Campbell (dalam Lisa, 2003, h.5) bahwa penggunaan suatu barang memang seringkali dilakukan untuk menunjukkan citra diri dan status sosial seseorang. Oleh karena menyangkut citra diri dan status sosial, seringkali pemilihan barang tidak diukur dari aspek kebutuhan dasar lagi tetapi beralih pada sudut pandang kepentingan gengsi. Mereka cenderung melihat nilai manfaat suatu benda lebih ditunjukkan sebagai suatu fungsi keberadaan status mereka di lingkungan sosial dan tidak terlalu mempermasalahkan kegunaannya (Miles, dalam Lisa, 2003, h.4). Pembelian telepon seluler yang di luar kebutuhan bisa disebut sebagai pembelian tidak rasional. Menurut Lubis (dalam Rizeki, 2006, h.2), perilaku membeli yang tidak berdasarkan pada pertimbangan yang rasional disebut sebagai perilaku konsumtif. Predikat konsumtif biasanya melekat pada seseorang bila orang tersebut membeli sesuatu di luar kebutuhan yang rasional, karena pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor kebutuhan, tetapi sudah pada taraf keinginan yang berlebihan. Pengertian perilaku konsumtif adalah keinginan manusia untuk mengonsumsi tiada batas di mana manusia

3 lebih menginginkan faktor keinginan daripada kebutuhan. Pendapat tersebut sesuai dengan kecenderungan seseorang dalam membeli telepon seluler, mereka tidak lagi membeli karena benar-benar membutuhkannya. Konsumen yang berperilaku konsumtif dalam membeli telepon seluler bukan karena kebutuhan tetapi dapat juga disebabkan oleh sekedar untuk simbol status dan memuaskan keinginan dirinya. Penelitian yang dilakukan Dahesihsari (2007, h.179-189) menunjukkan alasan penyebab terjadinya perilaku konsumtif dalam membeli telepon seluler bermacam-macam yaitu biar tidak dianggap gaptek, sebagai anak muda perlu tahu perkembangan terbaru, banyak teman yang pakai, harus up to date, agar bisa lebih modis dan agar tampak lebih modern. Dengan munculnya telepon seluler baru dan dengan fitur yang lebih banyak, membuat remaja menjadi tidak puas dengan telepon seluler yang mereka miliki. Hasil penelitian yang dilakukan Aryani (2006, h.1) menunjukkan bahwa Remaja di SMA Negeri 1 Semarang tergolong konsumtif. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Parma (2007, h.18) yang menunjukkan hasil bahwa siswa SMA di Semarang memiliki perilaku konsumtif yang cukup tinggi. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti terhadap beberapa remaja yang bekerja sebagai sales promotion girls (SPG), diketahui bahwa banyak SPG tersebut yang menggunakan telepon seluler lebih dari satu. Umumnya salah satu telepon seluler yang dimiliki tersebut bermerek, dan dengan harga jutaan rupiah. Terdapat pula SPG yang selalu mengganti

4 telepon selulernya dengan model yang mutakhir yang lebih canggih. SPG yang bersangkutan ingin memiliki telepon seluler yang bagus dan canggih karena tidak ingin kalah, dan ingin diterima oleh teman sekumpulan SPG. Hasil wawancara di atas memberi gambaran bahwa SPG dalam membeli telepon seluler yang canggih dikarenakan tidak ingin dikatakan sebagai orang yang ketinggalan jaman dan agar lebih terkesan modern. Meskipun demikian, terdapat SPG yang membeli telepon seluler dengan fitur yang canggih dengan alasan yang rasional. Bagi SPG, fasilitas dalam telepon seluler yang canggih membawa dampak positif bagi SPG karena memiliki nilai kegunaan yang tinggi, seperti mempercepat perolehan informasi ketika mengakses internet, dan mengirim atau menerima surat elektronik (email), serta dapat bersosialisasi dengan teman-teman. Menurut SPG, jika penggunaan telepon seluler yang berteknologi canggih dimanfaatkan secara optimal, maka akan memberi keuntungan bagi SPG sendiri. Melalui pengamatan dan wawancara juga diketahui bahwa kehidupan di kalangan SPG tergolong mewah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya dandanan dan aksesoris yang dikenakan memiliki merek dengan harga yang sangat mahal jika dibanding merek lainnya. Aksesoris tersebut di antaranya adalah pakaian, jam tangan, tas, sepatu dan telepon seluler dengan seri atau tipe tertinggi. Menurut penuturan salah satu SPG, hal ini dilakukan karena tuntutan SPG memang harus memberi kesan mewah sehingga produk yang ditawarkan juga terkesan mewah. Selain itu, terdapat saingan dalam hal berdandan di antara para SPG untuk dapat tampil cantik, modis dan modern.

5 Gaya hidup konsumtif harus didukung oleh finasial yang memadai. Hal ini dapat menjadi masalah ketika tuntutan remaja sudah berada diluar kemampuan orangtuanya sebagai sumber dana. Masalah lebih besar terjadi saat perolehan finansial dilakukan dengan segala macam cara yang tidak sehat. Pada akhirnya perilaku konsumtif bukan saja memiliki dampak ekonomi, tapi juga dampak psikologis, sosial, dan etika (Tambunan, 2001). Salah satu contoh adalah seorang pelacur remaja yang mengungkapkan alasannya terjun ke dunia pelacuran adalah supaya dia bisa membeli pakaian bagus, parfum mahal, handphone terbaru dan paling penting supaya tidak diremehkan oleh teman-temannya (Seputar semarang, 2004, h.6). Selain kasus di atas, ada juga SPG yang rela menjadi simpanan pria yang sudah beristri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Zulaeha (2012), yang menceritakan kisah salah satu SPG yang terjerumus menjadi simpanan pria yang sudah beristri. SPG tersebut khilaf karena adanya pergaulan dengan kalangan atas yang membuatnya ingin disertakan dengan kaum-kaum sosialita yang hidup serba mewah. Akibatnya SPG tersebut rela menjadi simpanan pria yang sudah beristri demi memperoleh kebutuhan finansial yang tidak tercukupi oleh suaminya. Perilaku konsumtif SPG dalam membeli telepon seluler, apabila dilihat dari observasi dan interview tampak bahwa perilaku konsumtif tersebut tidak jauh dari pengaruh sosialnya. Hal ini terlihat saat penulis bertanya pada sejumlah SPG yang sering membeli telepon seluler, mengapa mereka sering berganti telepon seluler? Para SPG tersebut menjawab, karena

6 mereka tidak mau dianggap ketinggalan zaman dan tidak mau kalah dengan teman-temannya. Perilaku konsumtif tersebut muncul lebih dikarenakan kebutuhan emosional, trend yang berkembang dan ingin diterima dalam lingkungan sosialnya. SPG tersebut dalam membeli telepon seluler tidak mementingkan kegunaan dan kebutuhannya tetapi berdasarkan konformitas yang terjalin dengan lingkungan sekitarnya, sehingga SPG melakukan perilaku konsumtif dikarenakan pengaruh konformitas. Sesuai dengan pendapat Staton (dalam Anwar, 2009, h.43), perilaku konsumen dipengaruhi oleh kelompok anutan yang merupakan acuan bagi anggotanya. Kotler (2008, h.159-177) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah faktor sosial salah satunya adalah kelompok referensi atau kelompok rujukan. Menurut Suprapto dan Nandan (2007, h.71), kelompok rujukan adalah kelompok yang oleh individu digunakan sebagai pedoman tunggal dalam berperilaku dalam situasi khusus. Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, yang berusaha untuk bisa diterima dalam suatu kelompok, sehingga harus menyesuaikan diri (conform) dengan kelompok tersebut. Kesesuaian dalam kelompok tersebut dimanfaatkan oleh pemasar dalam upayanya mempengaruhi konsumen untuk membeli produk dan jasanya. Perilaku konsumtif remaja sangat dipengaruhi oleh konformitas teman sebaya. Konformitas adalah satu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya dan memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku tertentu pada anggota kelompok tersebut (Zebua dan Nurdjayadi, 2001, h.72-82).

7 Besarnya keinginan untuk diterima oleh kelompok mempengaruhi seseorang dalam menerima begitu saja informasi tentang suatu gaya atau produk dan aturan-aturan dalam kelompok tersebut yang membuat mereka susah berpikir secara objektif (Venkatesan, 1986, h.384). Semakin besarnya keinginan untuk diterima dalam kelompok semakin besar pula konformitas yang akan dilakukan seseorang. Sarwono (2011, h.87) mengatakan bahwa pada masa remaja, perasaan positif pada teman lebih besar dari pada terhadap ayah atau ibu, hubungan dengan teman lebih berdasarkan penerimaan, interaksi dan kepribadian. Mengacu pendapat Sarwono di atas, dapat diketahui bahwa remaja memiliki ketertarikan yang kuat terhadap teman sebayanya. Remaja tersebut akan mengikuti gaya hidup yang dilakukan oleh teman sebayanya. Seorang remaja dalam suatu kelompok sosial akan merasa tidak diterima dan tidak percaya diri apabila remaja tersebut tidak memenuhi tuntutan dalam kelompok teman sebaya tersebut. Demikian pula dalam hal perilaku konsumtif membeli telepon seluler pada remaja. Remaja berlomba-lomba memiliki telepon seluler canggih keluaran terbaru, keragaman fitur dalam telepon seluler itu membuat mereka lebih percaya diri bergaul dengan teman-temannya. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif dalam membeli telepon seluler pada remaja yang bekerja sebagai SPG. Apakah dengan konformitas tinggi maka tinggi pula pengaruhnya terhadap perilaku konsumtif membeli telepon seluler pada remaja yang bekerja sebagai SPG, begitu pula sebaliknya? Dengan

8 demikian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perilaku Konsumtif dalam Membeli Telepon Seluler pada Remaja yang Bekerja sebagai Sales Promotion Girls Ditinjau dari Konformitas Teman Sebaya. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku konsumtif dalam membeli telepon seluler pada remaja yang bekerja sebagai SPG. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi bidang psikologi, khsusunya psikologi konsumen, psikologi sosial, dan psikologi perkembangan tentang perilaku konsumtif remaja dalam membeli telepon seluler ditinjau dari konformitas teman sebaya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau refrensi yang bermanfaat bagi remaja khususnya yang mempunyai perilaku konsumtif dalam membeli telepon seluler untuk lebih bijak dalam membeli telepon seluler.