BAB VI PEMBAHASAN. RSPAD Gatot Soebroto. Cara pengambilan data menggunakan metode Cross

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci :Jaminan Kesehatan Nasional, Puskesmas, Pengetahuan, sikap petugas, dan persepsi pasien Kepustakaan : 20 Buah,

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jalan, Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Jumlah seluruh

ARTIKEL PENELITIAN. Hj.Evi Risa Mariana 1, Zainab², H.Syaifullah Kholik³ ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU TENTANG PIJAT BAYI DI BPS SUHARTATIK DESA KALIWATES KEMBANGBAHU

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Analisis Faktor-faktor yang

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

BAB VI HASIL PENELITIAN

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Univariat a. Umur responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan umur responden

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN DI RUANG ASTER DAN ICCU RSUD dr.

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2 Agustus2012

PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 1-2 TAHUN

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB 6 HASIL PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

TINGKAT PENGETAHUAN IBU-IBU PKK TENTANG MENOPAUSE DI DESA TRIYAGAN, MOJOLABAN, SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA TINGKAT I PASCA SOSIALISASI CARRATIVE CARING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA SOSIAL TERHADAP KEMANDIRIAN LANSIA DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI DI PELAYANAN SOSIAL LANSIA BINJAI

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III KERANGKA KONSEP. adalah tentang kanker payudara. Sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambar 4.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden. Mahasiswa 34,7% 65,3%

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI VERBAL DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PGRI 116 BANGETAYU WETAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah sakit kelas A, yaitu RSUD dr.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sartika Tolingguhu NIM :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Klinik Herbal Insani Depok. Bulan Maret Di atas tanah seluas 280 m 2 dengan luas bangunan

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara, atau disebut sebagai karsinoma mamae merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

BAB III KERANGKA PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDAN DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

KORELASI PERAN SERTA KELUARGA TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN KLIEN SKIZOFRENIA

Transkripsi:

BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan adalah kesenjangan yang muncul setelah peneliti melakukan penelitian kemudian membandingkan antara teori dengan hasil penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Motivasi Keluarga Merawat Klien Stroke di Poli Klinik Saraf RSPAD Gatot Soebroto. Cara pengambilan data menggunakan metode Cross Sectional, dimana variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan (point time approach). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Acidental Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 170 responden Sistematika pembahasan hasil penelitian dibagi menjadi pembahasan mengenai keterbatasan penelitian dan hasil penelitian. A. Analisa Bivariat 1. Hubungan pengetahuan dengan motivasi keluarga merawat klien stroke. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah responden melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat berperan penting dalam membentuk suatu 99

100 tindakan Notoatmodjo, (2003). Pengetahuan responden dapat dipengaruh oleh beberapa faktor diantaranya usia, pendidikan, agama, pekerjaan, informasi dan pengalaman Motivasi merupakan suatu konsep yang kita gunakan ketika kita muncul keinginan (initiate) dan menggerakkan atau merubah perilaku artinya responden yang ingin melakukan sesuatu harus memiliki keinginan, semakin kuat keinginannya maka akan berpengaruh terhadap keputusan untuk melakukan suatu tindakan Asnawi (2002). Motivasi dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik berasal dari luar diri responden dan faktor intrinsik berasal dari diri responden winardi, (2002). Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrisik yang merangsang perilaku tertentu, dan respons intrinsik yang menampakkan perilaku manusia. Respon intrinsik ditopang oleh sumber energi, yang disebut motif. Sering dijelaskan hal itu sebagai kebutuhan, keinginan, atau dorongan. Kekurangan dalam kebutuhan merangsang manusia untuk mencari dan mencapai tujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. (Russel C. Swanburg, 2000). Proporsi keluarga dengan pengetahuan rendah tentang stroke 57,1% memiliki motivasi rendah dan 42,9% memiliki motivasi tinggi sedangkan keluarga dengan pengetahuan tinggi tentang stroke terlihat 38,0% memiliki motivasi rendah dan 62,0% memiliki motivasi tinggi. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan motivasi keluarga merawat klien stroke. ( P : 0,021 dengan α 0,05 ). Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa

101 keluarga dengan pengetahuan rendah 2,175 kali memiliki tingkat motivasi yang lebih rendah dibandingkan dengan keluarga dengan pengetahuan tinggi tentang stroke. (95% CI: 1,168 : 4,053). Pengetahuan keluarga tentang stroke mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi keluarga merawat klien stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat, dimana semakin tinggi pengetahuan keluarga tentang stroke maka akan semakin tinggi motivasi keluarga dalam merawat klien stroke. Tingginya pengetahuan keluarga dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor usia, pendidikan, agama, pekerjaan dan pengalaman. Usia responden sebagian besar usia dewasa muda < 30 tahun dimana usia dewasa muda kemampuan penerimaan atau mengingat lebiha bagus dari usia dewasa lanjut, sesuai dengan teori Abu Ahmadi (2001), dikutip dari Taufik. M, 2007, juga mengemukakan bahwa memang daya ingat responden itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur responden dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Pendidikan responden sebagian besar adalah pendidikan tinggi (SMA dan perguruan tinggi) dimana responden sudah mengetahui lebih spesifik tentang stroke, sesuai dengan teori Notoadmojo (2003) pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan responden. Secara umum,

102 responden yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan responden yang tingkat pendidikannya lebih rendah dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan responden semakin baik pula pengetahuanya. Agama responden sebagian besar beragama islam dimana agama merupakan keyakinan setia umat beragama dengan keyakinan bisa mempengaruhi pengetahuan responden, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatife menurut Mulyono Sumardi, (2001) agama adalah memelihara integritas dari seresponden atau sekelompok responden agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Responden keluarga sebagain besar bekerja dimana dengan bekerja responden dapat berbuat yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman menurut Markum (1991) dalam Nursalam dan Pariani (2001), bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupannya sehingga ibu tidak punya banyak waktu untuk mendapatkan informasi. Dan pengalaman disini setiap responden akan mendapatkan pengalaman yang berbeda beda. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

103 Hal ini sesuai dengan penelitian terkait yang dilakukan Purwaningsih (1997) riset tentang dukungan dan pemahaman pasien, keluarga dan masyarakat terhadap penyebaran stroke dan didapatkan hasil bahwa pemahaman tentang pengobatan merupaka faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien stroke. Asumsi peneliti bahwa dalam meningkatkan pemahaman terhadap suatu hal, responden harus mempunyai lebih banyak pengetahuan. Dan peningkatan pengetahuan didapatkan salah satunya dengan meraih tingkat pendidikan yang tinggi. Maka dapat disimpulkan dari hasil pemaparan diatas bahwa dengan pengetahuan yang tinggi dapat memberikan motivasi yang tinggi. Dengan motivasi yang tinggi keluarga diharapkan mampu menerapkan segala kewajiban sebagai tugas keluarga untuk mampu mengenal kebutuhan keluarga yang sakit dan tanggap terhadap keluhan dari keluarga yang sakit stroke untuk mendapatkan perawatan sesuai dengan kebutuhan dasar maslow yaitu kebutuhan fisologi, rasa aman, memiliki, harga diri dan aktualisasi diri. 2. Hubungan sikap dengan motivasi keluarga merawat klien stroke. Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Sikap mengandung faktor faktor perasaan dan motivasi, ini berarti bahwa sikap terhadap sesuatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan) tetapi juga dapat bersifat negative (yang

104 tidak menyenangkan) terhadap objek tertentu. Disamping itu sikap juga mengandung motivasi, ini berarti bahwa sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berprilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya Walgito (2003). Proporsi keluarga dengan sikap negatif tentang stroke 55,0% memiliki motivasi rendah dan 45,0% memiliki motivasi tinggi sedangkan keluarga dengan sikap positif tentang stroke terlihat 37,8% memiliki motivasi rendah dan 62,2% memiliki motivasi tinggi. Dari hasil uij statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap keluarga dengan motivasi keluarga merawat klien stroke. ( P : 0,036 dengan α 0,05 ). Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden dengan sikap negatif 2,013 kali memiliki motivasi yang lebih rendah dibandingkan dengan responden yang bersikap positif terhadap penyakit stroke. (95% CI: 1,091 : 3,716). Penelitian terkait yang dilakukan oleh Handiyani, Haryati, Sumarwati (2003) terhadap 84 responden (42 pasien dan 42 keluarga) dikatakan bahwa pengaruh manajemen stress terhadap kesiapan pasien stroke dan keluarga dalam merencanakan prilaku adaptif pasca perawatan di Rumah Sakit dengan sampel adalah pasien stroke dan keluarga menunjukan bahwa 93,1 % partisifasinya keluarga dan pasien saat perawatan di Rumah Sakit dinilai baik, hanya 6,9% yang mempunyai partisifasi sedang, dan 0 % partisifasinya kurang. Perencanaan perilaku adaptif menunjukan 50 % mempunyai perencanaan yang baik dan sisanya mempunyai perencanaan yang cukup serta 73,35% responden mempunyai

105 perilaku yang baik dalam mengantisifasi kekambuhan. Responden juga melaksanakan perencanaan perilaku adaptif sesuai dengan kondisinya Sikap keluarga tentang stroke mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi keluarga merawat klien stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Semakin baik sikap positifnya semakin baik sikap keluarga menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab hal tersebut akan mendorong keluarga termotivasi untuk merawat anggota keluarga yang mengalami stroke. Sikap dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya agama dimana dalam penelitian ini responden sebagian besar beragama islam hal ini menunjukan bahwa keyakinan beragama sangat mempengaruhi pengetahuan responden, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. Bila responden mempunyai sikap yang positif pada responden, responden tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk menujukkan sikap yang positif sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya. Lingkungan dan pengalaman responden juga mempengaruhi sikap responden tergantung baik atau buruk lingkungan dan pengalaman responden yang dialami. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan bersikap positif keluarga mampu meningkatkan motivasi dan mengaplikasikan tugas sebagai keluarga untuk bersikap menerima, merespon menghargai dan bertanggung jawab terhadap keadaan keluarga yang mengalami stroke.

106 B. Analisa Univariat 1. Karakteristik Responden a. Usia Responden Usia adalah jumlah hari, bulan, tahun yang telah dilalui sejak lahir sampai dengan waktu tertentu. Usia juga bisa diartikan sebagai satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati (Fitriansyah, 1999, http:// wikipedia.com, diakses tanggal 12 Juni 2009). Singgih (1998), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu Abu Ahmadi (2001), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Berdasarkan hasil penelitian usia keluarga yang menjadi responden pada klien stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan data dari total responden yaitu 170 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia < 30 tahun sebanyak 93 responden (54,7%), berusia 30 tahun sebanyak 77 responden (45,3%). Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

107 berkurang. Hal ini menunjukan responden yang berada pada usia < 30 tahun tahun merupakan usia dewasa muda mengalami suatu tahap perkembangan kognitif. b. Jenis kelamin Responden Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden saat mengadakan penelitian, secara fisik maupun biologis Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jenis kelamin keluarga yang menjadi responden pada klien stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan data dari total responden yaitu 170 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 78 responden (45,9 %), jenis kelamin perempuan sebanyak 92 responden (54,1 %). Tingginya persentase perempuan pada penelitian ini dikarenakan sifat-sifat dari perempuan lebih memperhatikan kesehatan baik dirinya maupun keluarga dibandingkan dengan laki-laki, seperti yang dikatakan oleh DR.Dr. Rudi Yuwana, Sp.B.,Sp.U (2005). Selain itu dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada responden di Poli Klinik Saraf RSPAD Gatot Soebroto bahwa tingginya persentase keluarga perempuan yang mengantar dikarenakan keluarga yang laki-laki baik itu bapak atau saudara laki-laki berhalangan datang mengantar dikarenakan bekerja mencari nafkah. c. Agama Responden Agama adalah suatu keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa

108 mempengaruhi pengetahuan responden, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam kontruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku (Soekidjo Notoatmodjoa,2007). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jenis agama keluarga yang menjadi responden pada klien stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan data dari total responden yaitu 170 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden beragama islam sebanyak 117 responden (68,8 %), agama protestan sebanyak 14 responden (8,2 %). Agama hindu sebanyak 1 responden (0,6 %), agama Kristen katolik sebanyak 38 responden (22,4%), Jadi presentase tertinggi adalah responden yang beragama islam Setiap agama mengajarkan suatu baik yang, sehingga mempunyai suatu keyakinan beragama menjadikan responden tersebut bertambah pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan spiritual. Secara teoritis faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah agama. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam kontruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama merupakan salah satu eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang

109 d. Pendidkan Responden Suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri notoadmojo (2003). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pendidikan keluarga yang menjadi responden pada klien stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan data dari total responden yaitu 170 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden pendidikan rendah (SD dan SMP) sebanyak 81 responden (47,6%) dan pendidikan tinggi (SMA dan Perguruan tinggi) sebanyak 89 responden (52,4 %). Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan responden. Secara umum, responden yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan responden yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Sesuai hasil penelitian menunjukan mayoritas responden berpendidikan tinggi yaitu 89 responden (52,4%). e. Pekerjaan Responden Kita ketahui bahwa setiap pekerjaan dalam bidang apapun selain membutuhkan kemampuan atau kecakapan pribadi, juga membutuhkan motivasi yang cukup pada diri responden, sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat berhasil dengan sebaik-baiknya. (Elia Erna Nurdiani, 2002). Menurut Maslow kebutuhan manusia secara garis besar dapat

110 dibagi atas : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri. Hal ini menunjukkan bahwa bekerja merupakan bagian dari identitas diri. Dengan perkataan lain, responden merasa berharga jika ia bisa mengatakan posisi dan pekerjaannya.(eliana Rika,2009) Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pekerjaan keluarga yang menjadi responden pada klien stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan data dari total responden yaitu 170 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden yang bekerja 113 responden (66,5%) dan yang tidak bekerja 57 responden (33,5%). Manusia memerlukan suatu pekerjaan untuk dapat berkembang dan berubah. Seorang responden bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih daripada keadaan sebelumnya. Dengan bekerja responden dapat berbuat yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengalaman. Hal ini menunjukkan bekerja tanpa motivasi, responden tidak akan dapat melakukan sesuatu, bahkan ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik oleh responden yang mempunyai motivasi yang tinggi dengan kecakapan yang sedang-sedang saja, sedangkan responden yang mempunyai kecakapan tinggi tanpa diimbangi dengan motivasi yang tinggi tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

111 2. Pengetahuan Responden Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah responden melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga diaman pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari responden lain (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan keluarga tentang stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan data dari total responden yaitu 170 menunjukkan bahwa mayoritas responden menunjukkan bahwa 100 responden (58,8%) mempunyai pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah 70 responden (41,2%). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan responden. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto diketahui bahwa pengetahuan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda tanda, pencegahan dan perawatan penyakit stroke menunjukkan bahwa keluarga responden memahami dan mengerti tentang penyakit stroke.

112 3. Sikap Responden Sikap merupakan reaksi atau respon responden yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian sikap keluarga tentang stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan data dari total responden yaitu 170 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden menunjukkan bahwa 91 responden (53,5%) mempunyai sikap positif dan sikap negatif 79 responden (46,5%). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sikap keluarga di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto sebagian besar bersikap positif yaitu menerima, merespon, bertanggung jawa dan menghargai keadaan anggota keluarga yang mengalami sakit stroke. 4. Motivasi Responden Motivasi adalah aspek yang mempengaruhi tingkah laku yang mengarah pada suatu tujuan disamping itu terlihat pula adanya hal yang

113 mendorong responden untuk betingkah laku mencapai keseimbangan dana dorongan ini timbul karena adanya kebutuhan. Motivasi adalah suatu konsep yang kita gunakan ketika kita muncul keinginan (initiate) dan menggerakkan atau merubah perilaku. Semakin tinggi motivasi semakin tinggi intensitas perilaku. Motivasi tumbuh dari adanya suatu sumber yang telah ada dalam diri manusia berupa energi, namun energy itu harus dibangkitkan dan diarahkan pada sasaran yang ingin dituju. (Asnawi, 2002). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi motivasi keluarga dalam merawat keluarga stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto didapatkan data dari total responden yaitu 170 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden menunjukkan bahwa 92 responden (54,1%) mempunyai motivasi tinggi dan 78 responden (45,9%) motivasi rendah Hal ini menunjukkan bahwa motivasi keluarga dalam merawat keluarga stroke di Poli Klinik Saraf Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto memiliki motivasi tinggi. Semakin tinggi motivasi semakin tinggi intensitas perilaku keluarga dalam memenuhi kebutuhan klien stroke sesuai kebutuhan dasar maslow yaitu kebutuhan fisologi, rasa aman. memiliki, harga diri dan aktualisasi diri. C. Keterbatasan Penelitian 1. Keterbatasan dalam desain penelitian

114 Dalam penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Yang mana seharusnya dalam cross sectional diperlukan sampel dalam jumlah besar, selain itu dalam cross sectional ini sampel hanya diukur sekali waktu secara bersama-sama, yang tentunya memiliki perbedaan hasil bila dilakukan mengikuti perkembangan sampel. 2. Keterbatasan Kuesioner Pengambilan data dengan kuesioner bersifat sangat subyektif, sehingga kebenaran data sangat tergantung pada kejujuran responden. Selain itu kuesioner yang peneliti berikan tidak ditanyakan tetapi sifatnya adalah angket dimana responden mengisi sendiri dengan jawaban yang menurut responden sesuai.