PETUNJUK PELAKSANAAN Nomor : Juklak /04 /X / 2015 tentang PENYUSUNAN PROGRAM KERJA SERTA ANGGARAN BHAYANGKARI

dokumen-dokumen yang mirip
IKATAN ALUMNI CEDS UI

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 002 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KOMUNITAS PRAMUKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 32 TAHUN 2005 SERI : D PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 32 TAHUN 2005 TENTANG

TENTANG TATA KELOLA KEPENGURUSAN PERHIMPUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI INDIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERUSAHAAN DAERAH PASAR KABUPATEN BADUNG

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 60 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA TASIKMALAYA

RANCANGAN TATA TERTIB MUSYAWARAH LOKAL XII ORARI LOKAL GARUT

ANGGARAN RUMAH TANGGA. Koperasi Primer Nasional MEDIA INDONESIA MERDEKA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 1981

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) IKATAN ALUMNI STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO (IKALISTA UNDIP)

PENGUKUHAN 16 Oktober 2016 JAKARTA

BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 22 TAHUN 1995 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 613 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA

SURAT KEPUTUSAN NOMOR : SKEP-03/IW PUSAT/IV/2004

Reuni tersebut memberikan makna positif dari semua alumni yang telah lama terpisah dengan kesibukannya masing masing.

Pembentukan koperasi menurut Undang-Undang no.25 tahun 1992 padal 6 ayat (1) dan (2) adalah sebagai berikut : Koperasi Primer.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1995 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

LAMPIRAN II. Sekretaris DPRD Kabupaten Karangasem, mempunyai tugas :

Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 19 TAHUN : 1983 Seri B Nomor 14 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SEKRETARIAT DPRD KOTA MADIUN

ANGGARAN DASAR IKATAN ALUMNI ARSITEKTUR TARUMANAGARA ILUMARTA

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

IKATAN ZEOLIT INDONESIA (Indonesian Zeolite Association)

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR : 61 TAHUN : 2000 SERI : D NO.55 GUBERNUR BALI KEPUTUSAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2000

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH

DEWAN PIMPINAN PUSAT KORPS INSPEKTUR TAMBANG INDONESIA

KEPALA DESA KETEP KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KETEP NOMOR 4 TAHUN 2016 T E N T A N G BADAN USAHA MILIK DESA DESA KETEP KECAMATAN SAWANGAN

Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN SUMBAWA.

Anggaran Rumah Tangga (ART) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) BAB I KETENTUAN UMUM

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB II NAMA DAN KEDUDUKAN KOPERASI

ANGGARAN DASAR MUKADIMAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Badan Pusat Statistik

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA BOKOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 7 TAHUN : 1992 SERI : D2

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

AD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN GEDHE NUSANTARA BAB I NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA.

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA.

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 73 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN BANTUL

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2017

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 23 TAHUN 1995 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG KANTOR KAS DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

BHAYANGKARI PENGURUS PUSAT PENDAHULUAN PETUNJUK PELAKSANAAN Nomor : Juklak /04 /X / 2015 tentang PENYUSUNAN PROGRAM KERJA SERTA ANGGARAN BHAYANGKARI 1. Maksud dan tujuan Petunjuk pelaksanaan ini disusun sebagai pedoman bagi semua tingkat kepengurusan agar mendapat satu pola pikir dan sistematika kerja yang sama dalam penyusunan program kerja serta program dan anggaran Bhayangkari. 2. Dasar Petunjuk pelaksanaan ini disusun berdasarkan : Keputusan Musyawarah Bhayangkari XXI tahun 2015 tanggal 7 Oktober PENGGOLONGAN 3. Petunjuk pelaksanaan ini disusun dengan penggolongan sebagai berikut : a. Azas b. Faktor yang mempengaruhi c. Pengertian d. Penyusunan e. Pelaksananaan f. Laporan pertanggung jawaban pelaksanaan program kerja serta program dan anggaran. a. Azas Dengan keterbatasan sumber daya manusia, waktu, keuangan dan sarana penunjang, maka azas yang kita gunakan adalah azas pilihan Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari 3

dan prioritas, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan (Ambeg Parama Arta). b. Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi penyusunan dan pelaksanaan program kerja Bhayangkari adalah 1) Masukan yang mengarahkan. a) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Bhayangkari. b) Rencana Kerja Bhayangkari. c) Kebijaksanaan Pembina Utama/ Pembina. 2) Masukan yang membatasi kemampuan Bhayangkari. a) Sumber daya manusia. b) Waktu. c) Keuangan dan sarana penunjang 3) Masukan yang perlu diperhatikan - Situasi dan kondisi Nasional a. AD dan ART Bhayangkari b. Rencana kerja Bhayangkari c. Kebijaksanaan pembina utama/ pembina MASUKAN YANG MENGARAHKAN Kemampuan Bhayangkari : a. Sumber daya manusia b. Waktu c. Keuangan dan sarana penunjang MEMBATASI MASUKAN YANG T U J U A N Hasil yang ingin dan dapat di capai MASUKAN YANG PERLU DI PERHATIKAN Situasi dan kondisi Nasional 4 Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari

c. Pengertian 1) Program kerja Program kerja adalah serangkaian kegiatan yang disusun oleh semua tingkat kepengurusan untuk masa satu tahun yang merupakan penjabaran rencana kerja. 2) Program dan anggaran a) Program adalah kumpulan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masing-masing seksi, sekretaris dan bendahara. b) Anggaran Anggaran merupakan rincian pendapatan dan belanja yang berupa jumlah uang untuk mendukung pelaksanaan program. 3) Program kerja merupakan satu kesatuan yang utuh terdiri dari : a) Program bidang organisasi. b) Program bidang ekonomi. c) Program bidang kebudayaan. d) Program bidang sosial. e) Program bidang sarana penunjang. f) Program bidang pengawasan dan pengendalian. 4) Cara pengisian program kerja Program kerja disusun dalam bentuk daftar isian yang terdiri dari lima kolom : Kolom 1 : diisi dengan nomor urut Kolom 2 : diisi dengan urusan masing-masing seksi Kolom 3 : diisi dengan rencana kerja masing-masing seksi. Kolom 4 : diisi dengan program kerja masing-masing seksi dalam satu tahun yang merupakan penjabaran dari rencana kerja. Kolom 5 : diisi dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. (lihat lampiran 1.a) 5) Rancangan program kerja mulai saat pembuatan sampai saat disahkan ditandatangani oleh ketua seksi. Sedangkan program kerja untuk dilaksanakan dan dikirimkan dibawahnya yang merupakan rangkuman program kerja seksiseksi ditandatangani oleh ketua yang bersangkutan (lihat lampiran 1.b). 6) Struktur program dan anggaran a) Struktur program Program-program pengurus Bhayangkari terdiri dari Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari 5

(1) Program bidang organisasi meliputi : (a) Kegiatan pembinaan organisasi dengan urusan organisasi sebagai pelaksananya. (b) Kegiatan pembinaan penerangan dengan urusan penerangan sebagai pelaksananya. (c) Kegiatan pembinaan hubungan luar, dengan urusan hubungan luar sebagai pelaksananya. (2) Program bidang ekonomi (a) Kegiatan pembinaan usaha, dengan urusan usaha sebagai pelaksananya. (b) Kegiatan pembinaan simpan pinjam, dengan urusan simpan pinjam sebagai pelaksananya. (3) Program bidang kebudayaan, meliputi : (a) Kegiatan pembinaan budaya, dengan urusan budaya sebagai pelaksananya. (b) Kegiatan pembinaan mental, dengan urusan pembinaan mental sebagai pelaksananya. (c) Kegiatan pembinaan pendidikan, dengan urusan pendidikan sebagai pelaksananya. (4) Program bidang sosial meliputi (a) Kegiatan pembinaan bantuan sosial, dengan urusan bantuan sosial sebagai pelaksananya. (b) Kegiatan pembinaan kesehatan, kependudukan, dan keluarga berencana dengan urusan kesehatan, kependudukan dan keluarga berencana sebagai pelaksananya. (5) Program sarana penunjang meliputi : (a) Kegiatan pembinaan tata usaha dengan urusan tata usaha sebagai pelaksananya. (b) Kegiatan pembinaan rumah tangga dengan urusan dalam sebagai pelaksananya. (c) Kegiatan pembinaan administrasi keuangan dengan bendahara sebagai pelaksananya. (6) Program bidang pengawasan dan pengendalian, meliputi : (a) Kegiatan pembinaan pengawasan dengan pengurus inti sebagai pelaksananya. (b) Kegiatan pembinaan pengendalian dengan pemimpin sebagai pelaksananya. (c) Kegiatan pembinaan kepanitiaan dengan panitia sebagai pelaksananya. 6 Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari

Catatan : Pada tingkat kepengurusan yang tidak terdapat unsur pelaksananya, kegiatan dari masing-masing program terdiri atas : (a) Kegiatan pembinaan bidang organisasi dengan ketua seksi organisasi sebagai pelaksananya. (b) Kegiatan pembinaan bidang ekonomi dengan ketua seksi ekonomi sebagai pelaksananya. (c) Kegiatan pembinaan bidang kebudayaan dengan ketua seksi kebudayaan sebagai pelaksananya. (d) Kegiatan pembinaan bidang sosial dengan ketua seksi sosial sebagai pelaksananya. (e) Kegiatan pembinaan bidang tata usaha dan rumah tangga dengan sekretaris sebagai pelaksananya. (f) Kegiatan pembinaan bidang administrasi keuangan dengan bendahara sebagai pelaksananya. b) Struktur Anggaran. (1) Anggaran Bhayangkari terdiri atas : (a) Anggaran pendapatan adalah anggaran yang bersifat pemasukan. (b) Anggaran belanja adalah anggaran yang bersifat pengeluaran. (2) Anggaran pendapatan dijabarkan kedalam jenis pendapatan berupa: (a) Iuran anggota Bhayangkari (b) Bantuan yang tidak mengikat (c) Yayasan Kemala Bhayangkari (c) Prive Seksi Ekonomi (d) Bunga Deposito (f) Jasa Giro / Bunga Tabungan (3) Anggaran belanja dijabarkan ke dalam jenis : (a) Anggaran belanja jasa, adalah anggaran untuk membiayai : i. Jasa karyawan ii. Jasa sewa gedung iii Jasa produksi cetak iv Jasa pengiriman (b) Anggaran belanja barang adalah anggaran untuk membiayai pengadaan barang: i. Alat tulis kantor ii. Mesin kantor iii. Rapat tamu dan keperluan lain. Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari 7

(c) Anggaran belanja pemeliharaan adalah anggaran untuk membiayai pemeliharaan segala sesuatu yang sudah ada/sudah dipakai misalkan: i. Pemeliharaan gedung dan halaman. ii. Pemeliharaan kendaraan iii. Pemeliharaan inventaris kantor. iv. Belanja pemeliharaan lain. (d) Anggaran belanja perjalanan adalah anggaran untuk membiayai perjalanan yang dilakukan oleh Bhayangkari atau karyawan dalam rangka melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengurusan (lampiran III). 7) Cara pengisian program kerja dan anggaran : a) Lajur program kegiatan, pelaksanaan mencatat program kegiatan dan siapa pelakunya. b) Lajur sasaran Mencatat sasaran dari setiap kegiatan. c) Lajur anggaran pendapatan belanja. Mencatat berapa jumlah uang yang diterima sesuai jenis pendapatan d) Lajur anggaran biaya. Mencatat berapa jumlah uang yang dikeluarkan (diperlukan) untuk pelaksanaan program kerja menurut jenis belanja. e) Lajur jumlah Mencatat jumlah uang yang diterima dan dibelanjakan setiap sasaran. f) Lajur keterangan Mencatat keterangan secara rinci pendapatan dan belanja menurut jenis pendapatan dan belanja. g) Pada akhir setiap program dijumlahkan kebawah sesuai lajur jenis anggaran pendapatan dan jenis anggaran belanja. h) Seluruh program dijumlah kebawah sesuai lajur jenis anggaran pendapatan dan jenis anggaran belanja. i) Selisih dari jumlah anggaran belanja dan jumlah anggaran pendapatan di masukan ke dalam lajur pendapatan sebagai bantuan yang diharapkan. j) Jumlah anggaran pendapatan harus sama dengan jumlah anggaran belanja (dalam keadaan balans). (Lihat lampiran IV) 8 Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari

d. Penyusunan program kerja serta program dan anggaran 1) Program kerja serta program dan anggaran disusun oleh semua tingkat kepengurusan. a) Pengurus ranting, pengurus anak dan pengurus sub anak ranting yang jumlah anggotanya kurang dari 10 (sepuluh) orang, hanya diwajibkan menyusun program kerja tanpa program dan anggaran. b) Program dan anggaran suatu tingkat kepengurusan tidak meliputi program dan anggaran tingkat kepengurusan dibawahnya. 2) Penyusunan program dan anggaran disemua tingkat kepengurusan melibatkan unsur-unsur pengurus yaitu : a) Pemimpin b) Pembantu pemimpin c) Pelaksana (urusan-urusan) 3) Proses penyusunan a) Pemimpin memberikan arahan kepada pembantu pemimpin untuk menyusun program kerja serta program dan anggaran. b) Penyusunan Daftar Usulan Kegiatan (DUK) (1) Pembantu pemimpin meneruskan arahan pemimpin kepada pelaksana. (2) Pelaksana menyusun kegiatan dan anggaran masingmasing. (3) Pembantu pemimpin meneliti dan merangkul usulan kegiatan dan anggaran urusan masing-masing. (4) Wakil ketua dibantu oleh pembantu pemimpin meliputi, menyelaraskan dan merangkum seluruh kegiatan dan anggaran, yang merupakan konsep usulan kegiatan anggaran pengurus untuk diajukan serta diketahui Ketua. c) Penyusunan daftar isian kegiatan (DIK) Program maupun anggaran yang telah diperbaiki, maka pengurus yang bersangkutan mengajukan kepada wakil ketua umum / wakil ketua dengan membuat isian kegiatan yang merupakan program anggaran pengurus. Program kerja disahkan dengan surat keputusan ketua Bhayangkari yang bersangkutan. Untuk pelaksanaannya dikeluarkan instruksi. 4) Jadwal penyusunan dan pengajuan a) Penyusunan program kerja berpedoman pada rencana kerja Bhayangkari yang berlaku tanpa menunggu program kerja satu tingkat diatasnya. Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari 9

b) Untuk penjilidan/penyusunan program kerja dalam satu buku/bundel tersusun dari : (1) Surat keputusan (2) Instruksi e. Pelaksanaan Program Kerja serta Program dan Anggaran 1) Tugas dan tanggung jawab para pelaksana a) Tugas dan tanggung jawab ketua urusan (1) Menyusun dan mengajukan usulan, isian kegiatan. (2) Melaksanakan kegiatan yang ditetapkan bagi urusannya dan berusaha mencapai sasaran dengan menggunakan dukungan anggaran yang telah tersedia. (3) Mengadakan koordinasi dengan para pelaksana lainnya yang terkait, terutama yang termasuk dalam satu program. (4) Menghimpun dan mempertanggung jawabkan kepada ketua seksi atas pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang telah digunakan. b) Tugas dan tanggung jawab ketua seksi (1) Merumuskan pengarahan lanjutan dari pemimpin dan memberikan bimbingan penyusunan daftar isian kegiatan kepada pelaksana (urusan) untuk kemudian menjadi daftar isian kegiatan program seksi. (2) Memimpin pelaksanaan kegiatan dari urusan yang tergabung dalam seksinya. (3) Melaporkan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan program kepada pemimpin. (4) Mengadakan evaluasi atas pelaksanaan program kerja tingkat kepengurusan dibawahnya. 2) Tugas dan tanggung jawab pengurus inti sebagai pengendalian : a) Meneruskan pengarahan pemimpin dalam penyusunan program kerja. b) Menghimpun usulan kegiatan seksi sehingga menjadi daftar usulan kegiatan pengurus dan mengusulkan kepada pembina yang bersangkutan. c) Mengadakan pengendalian dalam rangka menjamin terlaksananya rencana kerja hasil keputusan musyawarah Bhayangkari. d) Memberikan petunjuk bagi tingkat kepengurusan dibawahnya bila diperlukan. 10 Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari

3) Tugas dan tanggung jawab suatu pengurus adalah sebagai pelaksana program kerja pengurus atasannya yaitu sebagai berikut : a) Melaksanakan program kerja pengurus setingkat diatasnya yang tidak tercantum dalam program kerja. b) Melaporkan pelaksanaan program kerja kepada pengurus satu tingkat diatasnya. 4) Jadwal pelaksanaan kegiatan program kerja Kegiatan penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan harus ada koordinasi antara ketua seksi, sekretaris dan bendahara, agar semua kegiatan yang telah diprogramkan dapat terlaksana dengan baik dan tertib (lihat lampiran IV). f. Laporan pertanggung jawaban pelaksanaan program kerja serta program dan anggaran 1) Tujuan pembuatan laporan a) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan kegiatan yang telah dicapai. b) Memberikan kesempatan kepada yang menerima laporan untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. c) Memberikan saran tindak lanjut. 2) Siapa yang harus melapor, dan kepada siapa laporan ditunjuk, dapat disusun sebagai berikut : NO YANG MELAPORKAN KEPADA KETERANGAN 1 2 3 4 1. Urusan Seksi Seksi 2. Seksi Pengurus Sehari-hari diwujudkan dalam rapat pengurus inti dipimpin ketua dan wakil ketua. 3. Pengurus sub anak Pengurus anak ranting dan ranting. pembina sub anak ranting 4. Pengurus anak ranting Pengurus ranting dan Pembina anak ranting 5. Pengurus ranting Pengurus cabang dan pembina ranting 6. Pengurus cabang Pengurus gabungan, pengurus daerah, pengurus wilayah dan pembina cabang. 7. Pengurus wilayah Pengurus daerah dan Pembina 8. Pengurus gabungan, daerah dan cabang BS Pengurus pusat, pembina gabungan, daerah, dan cabang BS 9. Pengurus pusat Pembina Utama Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari 11

3) Laporan seksi merupakan himpunan dari laporan urusan yang tergabung dalam seksinya, sedangkan laporan pengurus merupakan himpunan dari laporan seksi-seksi. 4) Pengawasan dan pengendalian a) Pengawasan dan pengendalian sebagai fungsi menejemen (1) Pengawasan dan pengendalian mutlak perlu karena dalam organisasi yang baik harus terselenggara fungsi pengendalian, termasuk didalamnya pengawasan, dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan tidak menyimpang dari tujuan. (2) Dua tingkatan dalam organisasi. Pemimpin melaksanakan fungsi perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian dengan dibantu oleh pembantu pemimpin. (a) Pembantu pemimpin melaksanakan fungsi pengawasan. (b) Pelaksanaan melaksanakan fungsi pelaksanaan. b) Maksud dan tujuan pengawasan dan pengendalian. Pengawasan dan pengendalian sebenarnya tak dapat dipisahkan, walaupun dapat dibedakan. Oleh karena pengendalian mengandung unsur pengambilan keputusan, maka fungsi pengendalian menjadi fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh Wakil Ketua Umum /Wakil Ketua, dimaksudkan untuk mengetahui hambatanhambatan dan masalah yang timbul berdasarkan masukan dari unsur pembantu pemimpin. Dengan demikian akan ada tindakan kalau terjadi suatu penyimpangan terhadap sasaran kegiatan (tujuan). 5) Laporan Laporan pelaksanaan program kerja dibuat oleh semua tingkat kepengurusan dalam bentuk laporan tahunan. PENUTUP 2. Hal-hal yang masih belum tercantum dalam petunjuk pelaksanaan ini, dapat dilihat pada petunjuk Pelaksanaan Hasil Musyawarah Bhayangkari XXI tahun 2015, yang mengatur tentang Penyusunan Program Kerja serta Program dan Anggaran Bhayangkari. Dikeluarkan di Jakarta Pada tanggal 7 Oktober 2015 KETUA UMUM NY. NINING BADRODIN HAITI. 12 Petunjuk Pelaksanaan No. 04 tentang Penyusunan Proja & PA Bhayangkari