kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. besar oleh karena insidensinya yang semakin meningkat di seluruh dunia

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. buruk, dan memerlukan biaya perawatan yang mahal. 1 Jumlah pasien PGK secara

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Penyakit hipertensi dikenal dengan sebutan silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan (salvage pathway).

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

oleh K/DOQI sebagai suatu keadaan dengan nilai GFR kurang dari 60 ml/men/1,73 m 2, selama lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit rematik artikuler, namun sampai sekarang belum juga ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. RSUD DR M.M Dunda Limboto pada bulan Januari Juni 2012, 70 kasus

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA PENGGUNAAN ALLOPURINOL PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DENGAN HIPERURISEMIA DI RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik merupakan salah satu penyakit yang berpotensi fatal dan dapat menyebabkan pasien mengalami penurunan kualitas hidup baik kecacatan maupun kematian. Pada penyakit ginjal kronik (PGK) umumnya akan terjadi penurunan massa ginjal yang dapat mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional dari nefron yang masih tersisa, hal tersebut merupakan upaya kompensasi yang dilakukan oleh ginjal. Pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal, pada umumnya mempunyai komposisi atau volume urin yang tidak normal misalnya adanya sel darah merah atau sejumlah protein di dalam urin (Russell and Norman, 2008; Ix, 2006). Definisi lain dari PGK adalah terjadinya penurunan nilai GFR <60 ml/menit/1.73 m 2 selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan ginjal (NKF, 2002). Berdasarkan data yang diperoleh dari National Kidney Foundation s Early Evaluation Program (KEEP) 27.927 pasien termasuk dalam kriteria PGK (NKF, 2002). Tiga survei nasional yang berbeda di Amerika Serikat memperkirakan bahwa prevalensi PGK sekitar 5% dari populasi orang dewasa dengan batasan konsentrasi serum kreatinin yang lebih besar dari 1.5 mg/dl (Joy et al., 2008). Di negara negara berkembang lainya, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun (Kasper, 2005; Markum, 2006). Berdasarkan data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia prevalensi PGK berkisar antara 200 250 penduduk per satu juta penduduk (Bakri, 2005). Sedangkan data yang diperoleh Dinas Kesehatan Indonesia, PGK terletak pada posisi enam dari sepuluh penyakit utama penyebab kematian di Rumah Sakit pada tahun 2006, dengan angka 1

2 kematian sebesar 2.521 atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK telah menjadi permasalahan utama dalam kesehatan masyarakat pada umumnya (NKF, 2002). Penurunan fungsi ginjal pada pasien PGK akan menghasilkan berbagai macam komplikasi salah satunya adalah hiperurisemia. Hiperurisemia adalah ketidakseimbangan antara produksi dan sekresi dari asam urat. Ketidakseimbangan antara produksi dan sekresi akan menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu kelarutan asam urat dalam serum melebihi ambang batasnya, sehingga merangsang timbunan urat dalam bentuk garamnya terutama monosodium urat di berbagai tempat/jaringan (Wortman, 2009). Kondisi hiperurisimia merupakan suatu faktor resiko timbulnya penyakit ginjal. Berdasarkan penelitian, pasien dengan kadar asam urat serum sekitar 7,0 8,9 mg/dl akan memiliki resiko dua kali lebih besar mengalami penyakit ginjal, sedangkan peningkatan kadar asam urat serum 9,0 mg/dl pasien mempunyai resiko menderita penyakit ginjal meningkat menjadi tiga kali lipat. Peningkatan kadar asam urat dalam serum dapat membentuk kristal kristal asam urat di ginjal dan dapat mengendap di dalam insterstitium medular ginjal, tubulus atau sistem pengumpul yang akhirnya akan menyebabkan gagal ginjal akut maupun kronik. Penyakit ginjal yang dapat ditimbulkan dari kondisi hiperurisemia antara lain : nefropati asam urat akut, nefrolitiasis asam urat, nefropati urat kronik (Wortman, 2009; Obemayr, 2008). Nefropati asam urat akut disebabkan oleh pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal yang menyebabkan obstruksi dan berkembangnya gagal ginjal akut. Nefrolitiasis didefinisikan sebagai pembentukan batu di

3 dalam ginjal oleh karena adanya pengendapan dari beberapa jenis senyawa, satu diantaranya adalah asam urat. Nefrolitiasis asam urat sering terjadi pada pasien hiperurisemia dan pasien dengan keganasan pergantian sel yang cepat (misalnya leukemia). Kondisi nefrolitiasis ini terjadi ketika kadar asam urat dalam serum diatas 10 mg/dl (Wilson and Price, 2005). Sedangkan nefropati urat kronik, atau nefropati gout akan terjadi pada pasien gout dan hiperurisemia yang berlarut larut (> 7 mg/dl) (Wortman, 2009). Seperti diketahui ginjal merupakan organ utama untuk proses ekskresi asam urat, dengan adanya gangguan pada ginjal maka proses ekskresi asam urat juga akan menurun sehingga konsentrasi asam urat dalam serum akan meningkat. Dengan adanya beberapa manifestasi klinik yang ditimbulkan dari kondisi hiperurisemia maka diperlukan penanganan yang cepat dan tepat pada kondisi ini, terutama pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal. Tujuan utama dari terapi hiperurisemia adalah untuk menurunkan kadar asam urat serum sehingga tidak memperparah kondisi kerusakan ginjal pada pasien PGK dan kadar asam urat serum berada pada kisaran yang normal atau < 6.0 mg/dl (Wilson and Price, 2005). Terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi hiperurisemia adalah golongan urikosurik dan inhibitor xantin oksidase. Obat obat urikosurik seperti probenesid dan juga sulfinperazon akan meningkatkan klirens ginjal untuk asam urat dengan cara mengurangi reabsorpsi dari asam urat pada tubulus proksimal. Sedangkan golongan inhibitor xantin oksidase bekerja dengan cara menghambat perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Terapi farmakologis yang sesuai untuk pasien PGK adalah dengan menggunakan golongan inhibitor xantin oksidase. Satu

4 satunya golongan inhibitor xantin oksidase yang digunakan adalah allopurinol (Katzung, 2009). Saat ini, di Amerika serikat disepakati hanya allopurinol yang digunakan untuk menghambat sintesis asam urat. Karena allopurinol efektif untuk hiperurisemia baik pada undersecretion maupun overproduction asam urat, dan banyak diresepkan pada penggunaan jangka panjang (Hawkins et al., 2008) Di dalam tubuh allopurinol akan diubah menjadi metabolitnya yaitu oksipurinol. Oksipurinol diekskresi melalui ginjal dalam jumlah besar dan dalam jumlah sedikit sebagai allopurinol. Sebagian besar oksipurinol akan direabsorbsi oleh tubulus ginjal, sehingga klirensnya lewat ginjal kecil daripada allopurinol. Oksipurinol mempunyai waktu paruh dalam serum sebesar 18 30 jam pada pasien yang sehat. Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal maka waktu paruh dalam serum oksipurinol menjadi lebih panjang yaitu lebih dari 125 jam. Akumulasi allopurinol dan metabolitnya akan menimbulkan reaksi toksik namun reaksi ini jarang terjadi namun jika terjadi akan berakibat fatal. Reaksi toksik yang ditimbulkan antara lain ditandai dengan timbulnya skin rash, selain itu juga terjadi hepatitis, demam, eosinofilia, eritematus, serta dapat berkembangnya penyakit ginjal. Allopurinol menurunkan kadar asam urat dengan penyesuaian dosis. Hal ini biasanya dimulai pada dosis 100 mg/hari selama 1 minggu sampai mencapai tingkat serum asam urat 6 mg/dl atau kurang (Dipiro, et al., 2008). Intoleransi gastroinstestinal, termasuk mual, muntah, dan diare bisa terjadi (Katzung, 2009). Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa penggunaan allopurinol pada pasien PGK sangat kompleks dikarenakan perlunya penyesuaian dosis allopurinol berdasarkan nilai GFR pasien PGK. Selain itu, penggunaan allopurinol pada pasien PGK juga memerlukan monitoring terhadap efek

5 samping yang mungkin terjadi. Permasalahan yang muncul di lapangan terkait penggunaan allopurinol adalah regimentasi obat bervariasi, luaran klinik yang bervariasi dan Drug Related Problem (DRP), maka diperlukan sebuah studi tentang pola penggunaan allopurinol pada pasien PGK atau Drug Ulitization Study. Drug Utilization Study (DUS) bertujuan untuk memfasilitasi penggunaan obat yang rasional, yang menyatakan peresepan obat yang baik dalam dosis optimal pada indikasi yang tepat, dengan informasi yang benar dan harga yang terjangkau (Sachdeva et al., 2010). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan allopurinol pada pasien PGK terkait dengan luaran klinik sehingga dapat dijadikan pertimbangan dan evaluasi dalam pemberian dosis allopurinol untuk mencegah komplikasi PGK dan juga mencegah percepatan perkembangan PGK menuju ESRD. Studi dilaksanakan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, merupakan rumah sakit tingkat I yang menjadi rujukan tertinggi untuk anggota TNI beserta keluarganya di wilayah timur Indonesia dengan prevalensi PGK cukup tinggi. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana pola penggunaan allopurinol pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hiperurisemia di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya? Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Mengetahui dan mengkaji regimentasi dosis allopurinol yang digunakan pada pasien PGK dengan hiperurisemia, hubungan antara terapi allopurinol yang diberikan dengan outcome terapi pada pasien PGK dengan hiperurisemia, permasalahan terkait obat yang mungkin terjadi terkait penggunaan allopurinol pada pasien PGK dengan hiperurisemia.

6 Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pola penggunaan allopurinol pada pasien penyakit ginjal kronik dengan hiperurisemia sehingga berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian pada pasien.