BAB 2 DATA DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL. dengan buku panduan ini, sebagai salah satu dari media komunikasi visual buku

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN DATA PERANCANGAN

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan lalu lintas yang terjadi di kota Bandung dari hari ke hari

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

Pengertian Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya d

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB IV : Dalam bab ini diuraikan tentang dasar pertanggungjawaban pidana pada kasus. kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kerugian materil.

BAB II PENGATURAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA. A. Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

Epidemiologi Kecelakaan Lalu Lintas PERTEMUAN 9 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Tinjauan Umum Data yang digunakan untuk menunjang proyek Tugas Akhir ini didapat dari berbagai sumber, yaitu : Data teori dan literatur yang didapat dari buku-buku referensi dan juga artikelartikel elektronik maupun non-elektronik. Survey yang dilakukan dengan media kuesioner secara online. Hasil brief dan wawancara dengan pihak Road Safety Association Indonesia. 2.1.1 Target Demografi Usia : 20 50 tahun Gender : Pria & wanita Pekerjaan : Pelajar, Mahasiswa & Pekerja. Geografi Domisili : DKI Jakarta Daerah : Jalan raya, terutama persimpangan jalan Psikografi Pengguna kendaraan motor yang setiap harinya berkendara untuk melakukan aktivitas mereka. 3

4 2.1.2 Sejarah Road Safety Association Indonesia (RSA) Berawal dari keperdulian para pengurus organisasi sepeda motor di Jakarta dan sekitar dalam menghadapi berbagai persoalan tentang keselamatan pengendara di jalan raya, maka terbentuklah suatu komunikasi yang intensif di antara pengurus organisasi sepeda motor, hingga menjadi sebuah forum yang bernama Forum Safety Riding Jakarta atau FSRJ, yang sekarang berubah nama menjadi Road Safety Association atau RSA. RSA mencoba memperluas makna dari Road Safety tersebut, dimana mencakup seluruh elemen pengguna jalan. RSA didirikan pada September 2005 dan khusus membicarakan tentang keselamatan jalan. RSA benar-benar menarik perhatian pengendara roda dua dan roda empat yang memang antusias dengan masalah keselamatan di Jalan, hingga saat ini telah tercatat 80 klub atau komunitas yang tergabung di dalam RSA. Klub dan komunitas yang tergabung dalam RSA ini rata-rata sudah mempunyai ratusan anggota baik di darat maupun di dunia maya. Bisa diambil kesimpulan jika satu klub atau komunitas mempunyai 100 anggota saja maka relawan RSA saat ini sudah berjumlah kurang lebih 80.000 orang. Visi dari RSA Indonesia adalah Menciptakan budaya Tertib berlalulintas yang aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan. Misi dari RSA Indonesia yaitu: Melakukan advokasi dan penyadaran kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya pengguna jalan agar mengetahui, memahami dan melaksanakan aturan lalu lintas. Memberikan pemahaman terhadap keterampilan berkendara yang aman serta nyaman kepada seluruh pengguna jalan. Menghimbau dan mengajak seluruh elemen pengguna jalan agar menerapkan perilaku dan etika berkendara yang baik dan benar. Menjadi partner bagi pihak berwenang, instansi terkait, dan pihak lain dalam mereealisasikan keselamatan jalan dengan kritis, independen dan solutif. Sebagai penyedia informasi bagi masyarakat seputar : data kecelakaan, jumlah pelanggaran berlalu lintas, sarana dan prasarana jalan, visualisasi perilaku berlalu lintas dan peraturan berlalu lintas.

5 2.1.3 Teori Pendukung 2.1.3.1 Lalu Lintas & Angkutan Jalan Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. Adapun Angkutan Jalan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan 2.1.3.2 Kendaraan Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor. Adapun pengertian Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel. Sedangkan pengertian Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan. Kendaraan bermotor dibedakan dalam dua hal berdasarkan jenis dan fungsinya. Berdasarkan jenisnya, Kendaraan Bermotor terdiri dari Sepeda Motor, Mobil Penumpang, Mobil Bus, Mobil Barang dan Kendaraan Khusus.Adapun Kendaraan Bermotor berdasarkan fungsinya terbagi menjadi dua kategori, yaitu Kendaraan Bermotor Perseorangan dan Kendaraan Bermotor Umum. 2.1.4 Sekilas tentang Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ini mencabut perundangan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992. UU No. 22 Tahun 2009 ini disusun berdasarkan semangat bahwa penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang bersifat lintas sektor harus dilaksanakan secara terkoordinasi oleh para pembina beserta para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya. Untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas yang dirasakan sangat tinggi, upaya ke depan diarahkan kepada penanggulangan secara komprehensif yang mencakup upaya pembinaan, pencegahan, pengaturan dan penegakan hukum. Upaya pembinaan tersebut dilakukan melalui peningkatan intensitas pendidikan berlalu lintas dan penyuluhan hukum serta pembinaan sumber daya manusia. Upaya pencegahan dilakukan melalui peningkatan pengawasan kelaikan jalan, sarana dan prasarana jalan, serta kelaikan kendaraan, termasuk pengawasan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang lebih intensif. Untuk menangani masalah kecelakaan lalu lintas, pencegahan kecelakaan dilakukan melalui partisipasi para pemangku kepentingan,

6 pemberdayaan masyarakat, penegakan hukum dan kemitraan global. Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dimaksud, dilakukan dengan pola penahapan, yaitu program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu, untuk menyusun rogram pencegahan kecelakaan dilakukan oleh forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain sanksi pidana, dalam UU No. 22 Tahun 2009 ini juga diatur mengenai sanksi administratif yang dikenakan bagi perusahaan angkutan berupa peringatan, pembekuan izin, pecabutan izin maupun pemberian denda. Undang-undang ini pada dasarnya diatur secara komprehensif dan terperinci. Namun, untuk melengkapi secara operasional, diatur ketentuan secara teknis ke dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2.1.5 Data Kuesioner dan Survey Narasumber Penulis membuat sebuah form kuesioner yang disebarkan secara online dan mendapatkan respon sebanyak 83 responder. Beberapa dari topik pertanyaan kuesioner yang dibuat adalah sebagai berikut : Umur Pekerjaan Kendaraan sehari-hari Kecelakaan yang dialami Kelengkapan yang dibawa ketika berkendara Pendapat tentang faktor penyebab kecelakaan terbesar Saran tentang apa yang harus diperbaiki untuk mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas Hampir semua subjek menyatakan bahwa keamanan di jalan raya Jakarta saat ini masih beresiko. Sebagian besar juga menyatakan bahwa faktor yang lebih berpengaruh dalam kemanan di jalan raya adalah faktor manusia. Sebagian besar juga menyatakan pendapatnya bahwa untuk mengatasi masalah keamanan berkendara di Jakarta, harus dimulai dari kesadaran pemakai kendaraan bermotor di jalan-jalan umum di Jakarta. Sebagian kecil memberikan opini untuk memperbaiki sistem perolehan SIM (Surat Ijin Mengemudi) yang lebih ketat. Setelah melakukan diskusi dan wawancara dengan beberapa anggota dari Road Safety Association Indonesia, penulis mendapatkan insight tentang pengalaman mereka selama mereka menjalankan kampanye untuk menjaga jalanan agar tetap aman. Mereka berpendapat bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi keselamatan dalam berkendara di jalan raya, yaitu Rules, Skill

7 dan Attitude (Aturan, Keterampilan dan Sikap). Rules adalah hukum dan aturan yang berlaku di jalanan yang telah ditetapkan oleh undang-unndang dan diwujudkan dalam bentuk rambu dan marka jalan. Skill adalah keterampilan dan keahlian dari para pengemudi kendaraan bermotor dalam mengendalikan kendaraan mereka. Sedangkan Attitude adalah sikap yang ditunjukkan para pengguna kendaraan bermotor ketika berkendara di jalanan. Ketiga poin ini menjadi sebuah segitiga yang menurut RSA adalah faktor utama dari seberapa besar tingkat keselamatan di lalu lintas. Menurut mereka, masalah terbesar ada pada poin sikap. Hampir seluruh pengendara motor sebenarnya mengetahui dan menguasai keterampilan dalam mengendarai motor, dan operasi yang lebih tegas dari pihak kepolisian lalu lintas sekarang ini telah menginformasikan para pengendara motor ini tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di jalan raya. Namun, banyak dari para pengendara motor ini yang tidak bersikap bagus dalam hal menggunakan jalan raya. Kebanyakan dari mereka tidak menghormati pengguna jalan lain ataupun tanpa sadar mengganggu pengguna jalan lain. Ada juga yang tidak menghiraukan faktor keselamatan karena mereka berpikir mereka bisa mengatasinya. Banyak dari kasus kecelakaan disebabkan oleh hal ini, seperti tidak memakai helm ketika berkendara meskipun itu hanya jarak pendek, ataupun tidak berhenti ketika mereka mengantuk karena mereka berpikir mereka bisa menahan rasa kantuknya sampai tujuan. Yang paling buruk dari semua tipe pengendara motor yang melanggar peraturan ini adalah pengendara yang sebenarnya tahu hukum dan aturan yang ada, tapi memilih untuk tidak menghiraukan peraturan tersebut karena merasa mereka bisa mengatasi dan mengantisipasi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh tindakan mereka. Menurut statistik dari pihak RSA, sebagian besar kematian dalam kecelakaan motor di jalan raya dikarenakan mereka berkendara melawan arus. Para pengendara menganggap bahwa jarak yang mereka tempuh ketika melawan arus tidak terlalu banyak, padahal di situlah persentase kecelakaan terbesar yang bisa menyebabkan kematian. Para narasumber yang juga kebanyakan menggunakan kendaraan motor ini juga mengutarakan, bahwa cara yang lembut sudah mulai tidak efektif untuk bisa membuka mata para pengendara motor tentang ketidakpedulian terhadap keselamatan dalam berkendara. Untuk itu, diperlukan sebuah shock therapy, atau sebuah pesan yang keras dan tegas supaya bisa membuka mata mereka tentang bahaya yang bisa mereka dapatkan bila mereka mengabaikan keselamatan dalam berkendara motor. Contoh dari shock therapy di dunia nyata adalah ketika sang pengendara motor yang tidak mematuhi peraturan akhirnya mengalami kecelakaan. Peristiwa kecelakaan yang dialami sendiri tentu akan membekas di pikiran sang korban, apalagi bila ada cedera fisik yang permanen. Seseorang juga bisa mengalami hal ini bila ada keluarga atau saudara yang mengalaminya. Hal ini bisa memberi sebuah bentuk trauma yang halus yang kemudian bisa membuat sang pengendara untuk lebih berhati-hati di lain waktu dia berkendara.

8 2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Analisa Data Kuesioner Dari data survey yang dikumpulkan, bisa disimpulkan bahwa sebagian besar dari pengguna jalan masih menyadari bahwa faktor terbesar dalam penyebab kecelakaan adalah kurangnya kesadaran para pengguna jalan dalam hal keselamatan berkendara. Masih banyak pengendara motor yang mengabaikan keselamatan dalam berkendara karena mereka lebih percaya kepada kemampuan mereka mengendalikan berkendara daripada resiko kecelakaan yang bisa terjadi. 2.2.2 Analisa Data Survey Dari hasil wawancara dengan pihak Road Safety Association Indonesia, didapatkan kesimpulan bahwa faktor terbesar dalam keselamatan dalam berkendara motor adalah sikap dari para pengendara motor yang tidak menghiraukan keselamatan mereka ataupun pemakai jalan yang lain, dan dibutuhkan sebuah shock therapy yang agak tegas supaya mereka mengerti bahaya dari tidak menghiraukan keselamatan ketika berkendara motor. Beberapa dari penyebab kecelakaan motor yang terjadi adalah tidak mematuhi rambu dan marka jalan, berkendara melawan arus, mengantuk dan menggunakan Handphone ketika berkendara. Namun kampanye sosial ini akan lebih mengutamakan fokus ke pelanggaran dalam bentuk berkendara melawan arus lalu lintas. 2.2.3 Landasan Teori Teori Layout Layout adalah sebuah aturan dalam penempatan berbagai elemen desain (teks, heading, gambar, dll.) di dalam sebuah bidang print. Layout adalah gambaran dari skala dan dimensi dari sebuah desain yang menampilkan susunan dan pengaturan dari semua elemen desain yang digunakan di dalam bidang yang dipakai. Layout digunakan untuk mengatur semua elemen desain mulai dari gambar, heading, teks dan elemen lain yang bersangkutan untuk menciptakan hirarki dan menuntun mata dari pengamat untuk bisa menerima informasi dari desain yang dibuat. Teori Tipografi Tipografi adalah sebuah desain/susunan dari huruf, kata atau kalimat dan kombinasinya untuk mengkomunikasikan sebuah pesan untuk mencapai efek yang diinginkan.

9 Tipografi adalah satu bentuk kesenian dari desain grafis dalam penataan elemen font/type di dalam sebuah bidang.dalamaplikasinya, tipografi harus mempunyai legibilitas dan readability yang jelas supaya pesan yang ingin disampaikan kepada target audience. Sebuah teks yang berkelanjutan, Terutama dalam bentuk sebuah paragraf membutuhkan perhatian khusus dalam proses desain, karena elemen desain seperti ini mengandung banyak informasi yang harus bisa disampaikan dan mudah dimengerti oleh target audience. Teori Warna Warna adalah sebuah elemen yang dapat menambahkan dimensi dan kedalaman di komunikasi visual. Warna menjadi semacam cermin atau perlambangan dari dunia sehari-hari dan juga emosi manusia, yang kemudian dalam aplikasinya mampu menjadi alat para desainer untuk mengekspresikan mood, emosi dan signifikansi. Warna selalu bersifat relatif dan tidak bisa bekerja dengan sendirinya, karena dari mata pengamat, sebah warna akan selalu terpengaruh oleh lingkungan dan juga lighting dimana warna tersebut berada, yang kemudian akan mengubah persepsi dari bagaimana warna tersebut diartikan. Warna bisa digunakan sebagai alat identifikasi. Warna juga bisa diasosiasikan dengan sesuatu. Asosiasi warna adalah sebuah hal yang penting di dalam desain grafis, dimana sebuah warna bisa menjadi alat untuk seorang desainer untuk memberi informasi secara tidak langsung kepada targetnya.