BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL WARGA AREA WISATA PASIR PUTIH DALEGAN

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI VIRTUAL PADA KOMUNITAS WOSCA. Proses komunikasi virtual pada komunitas women online community

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Modul ke: TEORI INTERPRETIF 15FIKOM INTERAKSIONAL SIMBOLIK. Fakultas. Dr. Edison Hutapea, M.Si. Program Studi Public Relations

BAB IV ANALISA DATA. memudahkan peneliti untuk menganalisa suatu permasalahan.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT MEAD. dahulu dikemukakan oleh George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Eksistensi Budaya Komunikasi Blater Di Desa Tambuko. dan memilih melakukan aksi kriminal di luar lingkungan desa mereka.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena segala aktivitas

BAB IV INTERPRESTASI HASIL PENELITIAN. telah dipilih selama penelitian berlangsung. Selain itu juga berguna untuk

BAB II KAJIAN TEORISTIS

BAB II KAJIAN TEORITIS. kepada orang lain; berhubungan dengan orang lain. Dari kata kerja itu. pemberitahuan, dan perhubungan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada dasarnya tidak seorang pun yang ingin memiliki riwayat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperti yang dikutip penulis dalam Fadwa El Guindi (2005:30), jilbab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB II MODERNISASI DAN PERGESERAN BUDAYA SALAMAN DALAM TINJAUAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER

BAB IV ANALISIS DATA. data tersebut. Peneliti menemukan beberapa hal mengenai bahasa harian

BAB II INTERAKSIONALISME SIMBOLIK-GEORGE HERBERT MEAD. interaksi. Sebagaimana interaksi social itu sendiri dipandang sebagai tindakan

Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh dimensi kehidupan manusia dipenuhi dengan komunikasi.

BAB IV ANALISIS DATA

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S. Kom, M.Kom

ABSTRAK. Kata Kunci : Gaya Komunikasi, Karang Taruna.

BAB I PENDAHULUAN. Persada,2007), p.1 2 Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern, pendekatan praktis (Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2011), p.1.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan yang bermakna dari individu satu kepada individu lainnya

BAB II TEORI INTERAKSI SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD. Blumer sekitar tahun Dalam lingkup sosiologi, idea ini sebenarnya

BAB IV ANALISIS DATA. data dalam penelitian kualitatif, yang diperoleh dari beberapa informan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat

POLA KOMUNIKASI KELOMPOK TAHANAN DI RUMAH TAHANAN KELAS II/A MANADO

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

BAB II INTERAKSI SOSIAL DAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK. menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompokkelompok

BAB IV ANALISIS DATA. bermanfaat untuk menalaah data yang diperoleh dari beberapa informan yang. dengan proses pengumpulan data dilapangan

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

BAB IV ANALISIS DATA.

BAB II INTERAKSIONISME SIMBOLIK. teori interaksi simbolik, istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB IV ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. saling bertukar informasi baik secara langsung ataupun tidak langsung, interaksi yang paling

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB IV ANALISIS DATA. dijadikan sebagai suatu temuan penelitian yang akan mengupas

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari dan setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi. Hal ini diaplikasikan

BAB II KAJIAN TEORI. melainkan juga simbol atau lambang. Lambang atau simbol adalah. kesepakatan sekelompok orang-orang. Lambang meliputi kata-kata

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA

BAB IV ANALISA DATA. A. Temuan Penelitian. Temuan penelitian berupa data lapangan yang diperoleh melalui

BAB IV ANALISIS DATA

Komunikasi dan Etika Profesi

ILMU KOMUNIKASI Pengampu: Dr. Rulli Nasrullah, M.Si

BAB IV ANALISIS DATA. kualitatif yang berguna untuk menelaah semua data yang diperoleh. 1. Proses Komunikasi Dalam Kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

Bentuk-Bentuk Komunikasi Karyawan dalam Rapat Internal. Mingguan di Divisi Marketing Nasmoco Janti Yogyakarta

PEMAKNAAN PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GRINDR BAGI KAUM GAY DI KOTA BANDUNG MEANING OF USAGE OF SOCIAL MEDIA GRINDR AMONG GAY USER IN BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Alasan pemilihan lokasi atau tempat penelitian

KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS

Psikologi Komunikasi Antar Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari berbagai data dan fakta yang telah diperoleh dari lapangan,

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

KOMUNKASI DOSEN PENASEHAT AKADEMIK DALAM PENINGKATAN MUTU DAN KUALITAS MAHASISWA DI STAIN PONTIANAK

BAB IV ANALISIS DATA. Kedisiplinan merupakan aspek yang penting untuk mengontrol diri kita

Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan)

Manusia sebagai Makhluk Sosial

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber dan literatur, seperti wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen serta yang lainnya yang mendukung, yang selanjutnya akan dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah dilakukan pada Bab III, ada beberapa hal yang perlu dianalisis berdasarkan rumusan masalah, yakni mengenai proses komunikasi interpersonal antar anggota dan komunikasi dengan kaula remaja. Untuk menganalisis data tersebut ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan yaitu penggolongan, penyaringan kemudian penyimpulan dari data-data yang diterima. Analisis dilakukan dengan cara analisis deskriptif kualitatif dengan pola pendekatan induktif. Analisis ini berdasarkan pada data-data yang telah diuraikan pada Bab III dan menggunakan teori-teori yang telah dibahas pada Bab II. Adapun tujuan dilakukan analisis terhadap data hasil penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang proses komunikasi interpersonal antar anggota dan komunkasi dengan kaulah remaja.

A. Temuan Penelitian Dari hasil penyajian data yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diperoleh temuan-temuan yang akan diuraikan sesuai dengan hasil sumber penelitian yang banyak dilakukan serta hasil sumber pengamatan yang akan terangkum sebagai berikut : 1. Proses komunikasi interpersonal REMAS AL-Falah terjadi melalui dua tahapan yaitu perkenalan dan keikutsertaan. a. Pada tahap perkenalan Pada tahapan ini diawali dengan perkenalan anggota dengan organisasi, sehingga akan menumbuhkan rasa ketertarikan dengan organisasi tersebut. Apabila telah tumbuh rasa ketertarikan dengan organisasi maka perkenalan dengan anggotanya mengalir dengan sendirinya. Berdasarkan penyajian data diatas, pada tahap ini perkenalan yang terjadi cenderung melalui saudara, teman maupun keluarga tanpa adanya sosialisasi secara khusus baik secara langsung ataupun melalui media seperti jejaring sosial. b. Tahap keikutsertaan Hasil penelitian pada tahap ini ditemukan bahwa tingkat intensitas pertemuan antar anggota sangat kurang sehingga menjadikan proses komunikasi interpersonalnya terhambat, karena komunikasi dalam organisasi REMAS Al-Falah dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan mengadakan rapat dan lain sebagainya,

sehingga jika pertemuan atau rapat tersebut jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan sama sekali maka komunikasi yang terjadi antar anggotanya terhambat dan menjadikan komunikasi interpersonalnya tidak efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. 1) Faktor Internal a) Kesibukan anggota, hal ini adalah salah satu faktor yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi sebuah organisasi khususnya REMAS Al-Falah, karena memang menyatukan anggota itu sangat sulit terlebih lagi semua anggota telah memiliki kesibukan masing-masing sehingga waktu untuk berkomunikasi dengan anggota lain sangat minim, dan menjadikan komunikasi yang terjalin menjadi kurang efektif atau bahkan tidak efektif sama sekali. b) Kurangnya komunikasi yang terjalin antara ketua dan anggotanya, disini sang ketua lebih senang untuk bekerja sendiri tanpa melibatkan anggotanya, padahal dalam organisasi untuk meningkatkan kualitasnya, anggota juga sangat berperan penting, kemajuan sebuah organisasi selain dilihat dari program kerjanya juga dapat dilihat dari berapa banyak anggota yang masih aktif didalamnya. Karena pemikiran banyak kepala lebih berpengaruh dari pada pemikiran satu kepala.

2) Faktor Eksternal Faktor eksternal ini datang dari sesepuh desa yang kurang percaya dengan kinerja anggota organisasi REMAS Al-Falah sehingga banyak bermunculan persepsi negatif dari sesepuh desa terhadap anggota organisasi, tidak adanya dukungan ini menjadikan semagat para anggotanya turun, sehingga menjadikan berkurangnya tingkat pertemuan dan karena berkurangnya tingkat pertemuan maka berkurang pula komunikasi yang terjalin antar anggotanya sehingga komunikasi interpersonal anggota organiasasi berlangsung tidak efektif. 2. Komunikasi REMAS Al-Falah dengan kaulah remaja ini menggunakan komunikasi sebaya yang dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan ikut serta pada perkumpulan yang dilakukan oleh kaula remaja tersebut baik secara formal maupun non formal dan juga dengan cara ikut serta pada kegiatan-kegiatan positif yang diadakan oleh kaula remaja tersebut. Dalam komunikasi ini REMAS AL-Falah tidak hanya menggunakan komunikasi secara langsung (face to face) saja namun agar komunikasi yang terjalin semakin intens mereka juga menggunakan media jejaring sosial seperti account facebook untuk berkomunikasi dengan kaulah remaja. Hal ini terbukti dengan adanya account group facebook resmi milik REMAS Al-Falah yang tidak hanya digunakan untuk

berkomunikasi dengan anggota saja namun juga berkomunikasi dengan kaula remaja baik yang berada disekitar kesekretariatan maupun yang berada diluar kesekretariatan yang diberi nama young generation from ARMOS. Jadi pada hakikatnya komunikasi yang terjalin antara REMAS Al- Falah dengan kaulah remaja terjalin dengan baik dan efektif. B. Konfirmasi Temuan dengan Teori Teori interaksionisme simbolik merupakan teori yang berusaha menjelaskan bahwa interaksi antar individu melibatkan penggunaan simbolsimbol. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita berusaha mencari makna yang cocok dengan yang dimaksudkan oleh orang tersebut. Selain itu, kita juga menginterpretasikan apa yang dimaksud orang lain melalui simbolisasi yang ia bangun. Interaksi simbolik memiliki prespektif teoritik dan orientasi metodologi tertentu. Pada awal perkembangannya interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan masyarakat atau kelompok. Sehingga sementara ahli menilai bahwa interaksi simbolik hanya tepat diterapkan pada phenomena mikrososiologik atau pada prespektif psikologi sosial. Pada perkembangan seanjutnya interaksi simbolik juga mengembangkan study pada prespektif sosiologiknya, sehingga kritik tersebut menjadi tidak tepat lagi, karena pendekatan mikrososiologik juga telah diterapkan.

Proposisi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya. Mencari makna dibalik yang sensual menjadi penting dalam interaksi simbolik. 51 Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbaldan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersamaoleh semua pihak yang terlibat dalam suatu interaksi merupakan satubentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh oranglain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyaratberupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran,maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca simbol yangditampilkan oleh orang lain. Interaksionisme simbolik merupakan perspektif teoretis Amerika yang nyata dikembangkan oleh para ilmuwan psikologi sosial di Universitas Chicago, yang berakar pada filsafat pragmatis. Ini merupakan perspektif yang luas daripada teori yang spesifik dan berpendapat bahwa komunikasi manusia terjadi melalui pertukaran lambang-lambang beserta maknanya. Perilaku manusia dapat dimengerti dengan mempelajari bagaimana para individu memberi makna pada informasi simbolik yang mereka pertukarkan dengan pihak lain. Interaksionisme simbolik didasarkan pada pemikiran bahwa para individu bertindak terhadap objek atas dasar pada makna yang dimiliki objek 51 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1992), hlm. 187

itu bagi mereka, makna ini berasal dari interaksi sosial dengan seorang teman dan makna ini dimodifikasi melalui proses penafsiran (Blumer, 1986). 52 Sesuai dengan pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi simbolik adalah : 1. Mind (pikiran)kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain. 2. Self (diri pribadi)kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya. 3. Society (masyarakat)hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia Tema ini berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada 52 Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2011). Hlm 192

artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut : Manusia, bertindak, terhadap, manusia, lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, Makna dimodifikasi melalui proses interpretif. 2. Pentingnya konsep mengenai diri (self concept) Tema ini berfokus pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya dengan cara antara lain, individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri membentuk motif yang penting, untuk perilaku Mead seringkali menyatakan hal ini sebagai The particular kind of role thinking imagining how we look to another person or ability to see ourselves in the reflection of another glass. 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat. Tema ini berfokus pada dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.

Sedangkan menurut Lulyana dalam bukunya yang berjudul metode penelitian kualitatif dikatakan bahwa interaksionisme simbolik didasarkan premis-premis berikut : 1. Individu merespon seuatu situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk obyek fisik (benda) dan obyek sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. 2. Makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. 3. Makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya sendiri. 53 Menurut pemaparan definisi dan keterangandiatas bisa disimpulkan bahwa komunikasi menggunakanteoriinteraksional simbolik ini terjadi selain melalui pesan verbal juga terjadi melalui pemaknaan lambang-lambang dari komunikan kepada komunikator. Seperti halnya yang terjadi pada komunikasi interpersonal yang terjalin dalam organisasi REMAS Al-Falah,dalam organisasi ini komunikan tidak hanya mengirim pesan melalui makna verbal saja namun juga berkomunikasi dengan mengirim lambang-lambang non verbal seperti raut wajah, gerakan tubuh dan lain sebagainya. 53 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Hlm. 71-73

Berdasarkan hasil temuan diatas, dalam interaksi dilingkungan, anggota REMAS AL-Falah lebih dapat mengenali dirinya sendiri, apakah dirinya mampu untuk berkomunikasi secara baik ataupun tidak. Tidak hanya komunikasi antar anggota saja namun juga komunikasi dengan kawulah remaja, karena suatu komunikasi pastilah terdapat lambang dan makna yang secara sadar maupun tidak sadar komunikan kirimkan kepada komunikator. Apalagi pada konteks komunikasi interpersonal. Komuikasi yang deilakukan REMAS Al-Falah menggunakan teori intrasionisme simbolik tidak hanya terjadi pada saat komunikasi langsung saja, namun pengiriman lambang-lambang untuk berkomunikasi juga dilakukan melalui media jejaring sosial facebook. Mereka sering menggunakan lambang-lambang untuk menunjukkan suasana hati mereka seperti ekspresi tersenyum saat mereka gembira dan lain sebagainya.