Bab I PENDAHULUAN. suatu negara bahkan antar negara (Guidara, 2013). Pada awalnya, bank merupakan lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Dari definisi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut.

BAB I PENDAHULUAN. dibagi dua yaitu lembaga keuangan bank dan Lembaga Keuangan Bukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

I. PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia telah memberi peranan yang sangat berarti dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Selain itu fungsi bank sebagai lembaga termediasi keuangan (financial

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

I. PENDAHULUAN. moneter, meningkatkan perekonomian masyarakat maupun dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Bank menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah lembaga yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sedangkan yang lain adalah lembaga keuangan non-bank (LKBB). Bank

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan bank pada masa sekarang memegang peranan penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sistem keuangan dunia. perkembangan perekonomian dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution

BAB I PENDAHULUAN. seperti dilanggarnya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential-banking

BAB I PENDAHULUAN. negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan memegang peranan yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. berubah cepat, sistem dan subsistem organisasi menjadi semakin terbuka dan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/24/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut


BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi keuangan. Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ikhwan Al-Shafa, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya di suatu negara bahkan antar negara (Guidara, 2013). Pada awalnya, bank merupakan lembaga intermediasi antara seseorang yang kelebihan dana dengan seseorang yang kekurangan dana. Pada masa kini, peranan perbankan semakin meluas, termasuk pula memberikan jasa-jasa keuangan non-konvensional, diantaranya seperti: pengiriman uang, bank garansi, penyimpanan barang atau dokumen berharga, perantara perdagangan obligasi pemerintah, dan resi gudang (Ahmed dan Nauman, 2012). Salah satu peranan utama perbankan di Indonesia adalah menyalurkan kredit kepada individu ataupun perusahaan yang memerlukan dana baik untuk keperluan konsumsi atau untuk kegiatan usaha (Maria, 2014). Hal ini tertuang pada Undang Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, dimana Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, diantaranya kredit. Penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaannya terbagi atas 3 kategori, yaitu: kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Bank dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur kredit wajib memperhatikan prinsip kehati-hatian (Michalak dan Andre, 2012). Prinsip kehati-hatian yang dijalankan perbankan tidak terlepas dari upaya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap usaha bank mengingat kredit yang disalurkan oleh bank dananya bersumber dari simpanan masyarakat (Zuhfi, 2013). Mengingat usaha bank yang bersandar pada dana simpanan dari

masyarakat dan strategisnya peranan perbankan bagi perekonomian di Indonesia maka aktifitas perbankan setiap saat memerlukan pengaturan dan pengawasan dari lembaga yang berwewenang (Purwoko, 2013). Oleh karenanya, Bank Indonesia selaku regulator pengaturan dan pengawasan perbankan memberlakukan aturan kesehatan bank dimana bank harus mampu beroperasi secara normal dan mampu memenuhi kewajibannya dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Menurut Suteja dan Maulana (2010) krisis moneter di Indonesia secara umum dapat dikatakan merupakan imbas dari lemahnya kualitas sistem perbankan. Menurut Gasbarro (2002) dalam seminar restrukturisasi perbankan di jakarta 1998 menyimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, yaitu: a. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan. b. Dampak likuidasi bank- bank 1 Nopember 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah sehigga memicu penarikan dana secara besar- besaran. c. Banyak bank tidak mampu menutup kewajibannya terutama karena menurunnya nilai tukar rupiah. d. Modal bank atau CAR belum mencerminkan kemampuan riil untuk menyerap berbagai risiko kerugian. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) perkembangan kredit perbankan di Indonesia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada bulan Januari 2010, jumlah posisi kredit perbankan mencapai Rp 1.405 triliun yang kemudian meningkat menjadi Rp 3.319 triliun pada bulan Desember 2013, sehingga terdapat pertumbuhan sebesar Rp 1.914 triliun (136%). Pertumbuhan kredit ini juga menunjukkan adanya peningkatan kinerja bank, dimana laba/ profit yang diperoleh pada bulan Januari 2010 sebesar Rp 78.181 miliar yang kemudian meningkat menjadi Rp 134.571

miliar, sehingga terdapat pertumbuhan laba bank umum di Indonesia sebesar Rp 56.390 miliar (72%). Dengan pertumbuhan tersebut Bank Indonesia memiliki tugas menjalankan kebijakan mengatur dan mengawasi perbankan di dalam suatu sistem keuangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Apatachioae (2015) menyatakan bank sentral secara signifikan mampu mempengaruhi aktivitas pasar keuangan melalui dua jalur utama, yaitu pertama, bank sentral mempunyai otoritas untuk membuat regulasi dan mengatur tingkat suku bunga yang berpengaruh terhadap institusi perbankan. Kedua, bank sentral dapat melakukan transaksi langsung di pasar keuangan yang dapat mempengaruhi likuiditas atau uang beredar di pasar keuangan melalui perbankan. Menurut aturan Bank Indonesia, salah satu risiko yang menjadi sumber penilaian kesehatan suatu bank adalah kualitas kredit dimana suatu bank harus mempunyai rasio non performing loan (NPL) dibawah 5% (Surat Edaran nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004). Angka ini menunjukkan berapa rasio persentase kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit yang dikucurkan oleh bank. Berdasarkan Peraturan Dewan Gubernur Bank Indonesia BI No.11/8/PDG/2009 tentang Pengawasan Bank Berdasarkan Risiko, yang dimaksud dengan risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Risiko yang diterima oleh sebuah bank diakibatkan oleh terjadinya sebuah atau serangkaian peristiwa bersifat negatif dan tidak diinginkan. Risiko terkait dengan aktivitas perbankan tersebut tidak dapat dihilangkan, namun dapat dieliminir. Bank Indonesia menerapkan kebijakan yang bersifat membatasi penyaluran kredit secara langsung atau tidak langsung, hal ini untuk mengeliminir meningkatnya risiko bagi perbankan (Liapis, 2012). Non Performing Loan (NPL) adalah kredit yang telah memasuki tingkat golongan 3(kurang lancar), 4 (diragukan), 5 (macet) dalam klasifikasi kemampuan membayar (Bank Indonesia, 2001). Non Performing Loan (NPL) menurut Standar Akuntansi Keuangan no.31 tahun 2007 adalah kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga telah lewat 90

(sembilan puluh) hari atau lebih setelah jatuh tempo atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Bank yang mengalami tingkat NPL yang tinggi akan membentuk suatu cadangan biaya aktiva produktif baik berupa CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai). Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia periode 2010-2013 seiring dengan pertumbuhan kredit dan pertumbuhan kinerja bank didapati bahwa NPL pada bulan januari 2010 dengan nominal Rp 48.830 miliar sedangkan pada bulan desember 2013 meningkat menjadi Rp 60.745 miliar. Nominal NPL selama periode 2010-2013 mengalami peningkatan sebesar 24%, hal ini seiring dengan pertumbuhan kredit dan kinerja dibank umum, dimana pertumbuhan kredit sebesar 136% dan pertumbuhan kinerja sebesar 72%. Adanya pertumbuhan kredit dan pertumbuhan kinerja bank setelah adanya krisis moneter di tahun 2008 yang mengakibatkan beberapa bank umum gulung tikar. Pada bulan April 2009, BI menutup salah satu bank, yakni Bank IFI (Indonesia Finance of Investment Company). Bank yang sahamnya dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai BTN, PT Pengelola Investama Mandiri dan Group Ramako. Pada saat ditutup rasio kecukupan modal bank tersebut anjlok di bawah 8% dan modal bank merosot akibat rasio kredit bermasalah atau non performing loan yang tinggi mencapai 24%. Kasus lain terjadi pada Bank Century yang mengalami kalah kliring pada tanggal 20 November 2008 merupakan contoh nyata adanya permasalahan dalam sektor perbankan. Ekonom Fadhil Hasan mengatakan kasus gagal kliring di Bank Century bisa saja diakibatkan oleh kekurangan likuiditas, hal ini terkait dengan adanya kesulitan pendanaan yang dialami industri perbankan saat ini dan selanjutnya diambil alih oleh pemerintah (Margaret dan Pingkan, 2013). Kebangkrutan sebuah bank bisa dipicu oleh berbagai faktor, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Bank bisa bangkrut dan harus ditutup kalau kinerjanya buruk akibat naiknya kredit macet atau aset bermasalah secara signifikan (Karlo, 2012).

Adanya NPL atas kredit yang bermasalah maka bank Indonesia menetapkan peraturan mengenai pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). Peraturan ini sebagai tindakan kehati-hatian bank terhadap pencairan kredit yang bermasalah yang mempengaruhi pada kinerja bank (Siddiqui, 2008). Berdasarkan surat edaran bank Indonesia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2013 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum menyampaikan bahwa sejak berlakunya Standar Akuntansi Keuangan yang mengatur mengenai pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dalam rangka pencadangan kerugian aset, Bank diwajibkan membentuk CKPN sebagai pengganti Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) dalam laporan keuangan Bank (Rahil dan Yvonne, 2014). Peneliti terdahulu yang menguji pengaruh NPL terhadap kinerja Bank dilakukan oleh Diah dan Eka (2013) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Selain itu Penelitian yang dilakukan oleh Margaret dan Pingkan (2013) pengaruh NPL terhadap ROA dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin et al (2011) menyimpulkan bahwa NPL secara signifikan berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA), semakin besarnya Non Performing Loan (NPL) akan mengakibatkan meningkatnya Return on Asset (ROA) yang juga berarti mengakibatkan meningkatnya return suatu bank. Dengan adanya research gap dari penelitian Diah dan Eka (2013) dan Benjamin et al (2011) maka perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang NPL terhadap ROA sebagai kinerja keuangan perbankan. Peneliti Anggraita (2012) yang menguji pengaruh CKPN terhadap ROA dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CKPN berpengaruh negatif terhadap ROA, hasil penelitian oleh Emanuela (2012) menunjukkan hal yang sama. Penelitian yang dilakukan Yvonne dan Rahil (2014) menunjukkan bahwa CKPN berpengaruh positif terhadap ROA.

Dengan adanya research gap dari penelitian Anggraita (2012) dan Yvonne dan Rahil (2014) maka perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang CKPN terhadap ROA sebagai kinerja keuangan perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris pengaruh kualitas kredit dimana untuk rasio yang digunakan adalah NPL (Non Performing Loan) dan CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) terhadap kinerja keuangan perbankan yang diproksikan dengan ROA (Return On Asset). 1.2 Rumusan Masalah Kestabilan lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam lembaga perekonomian. Kestabilan ini tidak saja dilihat dari jumlah uang yang beredar namun juga dilihat dari pencairan kredit dan kolektibilitas kredit sebagai perangkat penyelenggaraan keuangan maka dapat disimpulkan terjadinya suatu kesenjangan (gap) antara teori dengan kondisi empiris kegiatan bisnis perbankan yang menunjukkan hasil yang berbeda- beda sehingga perlu dilakukan justifikasi yang lebih mendalam. Oleh karena itu perlu diuji kembali variabelvariabel yang mempengaruhi kinerja keuangan perbankan. Berdasarkan dari uraian tersebut, permasalahan yang akan diteliti adalah apakah NPL (non performing loan) berpengaruh negatif pada kinerja perusahaan. Kedua apakah CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) berpengaruh negatif pada kinerja perusahaan. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja bank yang ada di Indonesia dengan terfokus pada risiko kredit karena penyaluran kredit ini mempunyai pengaruh besar dalam kegiatan bisnis bank sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yaitu untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris

pengaruh rasio keuangan NPL dan rasio CKPN terhadap kinerja bank yang diukur dengan ROA. 1.4 Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian tersebut, penelitian juga mempunyai manfaat bagi para pembaca sebagai berikut : 1. Bagi Akademis Untuk memberikan wawasan bagi akademis dalam mengembangkan ilmu dibidang keuangan perbankan khususnya kualitas kredit dan diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur dibidang akuntansi keuangan yang ada di Indonesia. 2. Bagi Perbankan Nasional Untuk memberikan masukan bagi sektor perbankan sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan finansial guna meningkatkan kinerja perbankan sehingga dapat lebih meningkatkan nilai perbankan.