Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

PERSPEKTIF KEADILAN DALAM REDD+

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gender, Social Inclusion & Livelihood

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sektor yang paling strategis dalam. memberdayakan manusia menuju pembangunan adalah pendidikan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

B A B I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PPdan PA. Perencanaan. Penganggaran. Responsif Gender.

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengarusutamaan Gender dalam Siklus Pengelolaan Program

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 1 TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 181 TAHUN 1998 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HAM, PEREMPUAN DAN HAK KONSTITUSIONAL 1. Oleh Dian Kartikasari 2

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

BAB PERTAMA PENDAHULUAN. adanya peluang kerja di suatu badan usaha (Maitland, 1993). Tenaga kerja

LPF 1 MEMAHAMI KONSEP PERENCANAAN BERBASIS HAK (90 MENIT)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta penegasan istilah. Bab ini ini akan

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

C KONSEP PENGURUSUTAMAAN/ MAINSTREAMING GENDER

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sofware dalam hidup dan kehidupan manusia darinya manusia hidup, tumbuh

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

Penyebab dan Akar Masalah

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

1. Mengelola penyampaian bantuan

Perempuan dan UU no. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai. Dalam memahai batasan diskriminasi terhadap perempuan, maka tidak

GENDER DALAM HUKUM ADAT Oleh Ni Nyoman Sukerti Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA CIREBON

Discrimination and Equality of Employment

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

PEREMPUAN DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

Transkripsi:

Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1

Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat, dipengaruhi oleh sistem kepercayaan/agama, budaya, politik, dan sistem ekonomi. Konsep jender bisa berubah dalam kurun waktu, konteks wilayah dan budaya tertentu 1. Pembedaan perempuan dan laki-laki yang dibentuk secara sosial telah melekat dalam kurun waktu yang panjang sehingga sering dianggap sebagai sesuatu yang alamiah. Proses ini membentuk norma tersendiri yang berisi sehimpunan pemahaman dan praktek seputar gagasan ideal tentang apa artinya menjadi lakilaki atau menjadi perempuan. Norma jender tersebut mengatur perilaku, peran, dan posisi individu dalam masyarakat, menentukan perilaku mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dalam situasi-situasi tertentu, serta menentukan peran dan posisi tertentu bagi perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Di banyak tempat norma jender sangat dipengaruhi oleh budaya patriarki yakni budaya yang menempatkan laki-laki di posisi yang lebih tinggi dari perempuan. Pembedaan yang ketat antara perempuan dan laki-laki yang kemudian membentuk norma jender yang menimbulkan ketidakadilan. Ketidakadilan yang disebabkan oleh pembedaan tersebut juga dikenal sebagai ketidakadilan berbasis jender; sering pula disebut sebagai ketidakadilan jender 2. Terdapat 5 bentuk ketidakadilan jender, yakni sub-ordinasi (penomorduaan), marginalisasi (peminggiran), beban ganda (double burden), kekerasan, dan pemberian label negatif (stereotyping) 3. Di Indonesia, ketimpangan berbasis jender masih terjadi. Hal ini terbukti dari masih tingginya angka kekerasan terhadap satu jenis kelamin tertentu, yakni kelompok perempuan. Data Komnas perempuan 4 menyebutkan bahwa pada 1 Kabeer, Naila. 2005. Jender Equality and Women's Empowerment: A Critical Analysis of the Third Millennium Development Goal. Jender and Development Vol. 13, No. 1, Edition on Millennium Development Goals, pp. 13 24 dan Fakih, Mansour. 2008. Analisis Jender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Insist Press 2 Fakih, Mansour. 2008. Analisis Jender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Insist Press 3 Ibid 4 http://www.komnasperempuan.or.id/2014/11/catatan tahunan komnas perempuan 2014 kegentingankekerasan seksual lemahnya upaya penanganan negara/ 2

tahun 2014, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan berjumlah 293.220. Angka kekerasan tersebut berada di ranah personal, komunitas, maupun negara. Dalam catatan tahunan tersebut, Komnas Perempuan juga mencatat terdapat 37 kasus kekerasan terhadap Komunitas LBT (Lesbian-Biseksual-Transjender) dan 40 kasus kekerasan terhadap Perempuan dengan Disabilitas. Situasi ini semakin diperburuk dengan masih banyaknya stereotype negative untuk perempuan yang kemudian berujung pada Peraturan Daerah yang sangat diskriminatif dan membatasi ruang gerak perempuan. Sebagai contoh, diperlukannyan tes keperawanan di sekolah-sekolah dan larangan keluar malam hari bagi perempuan sebagai mekanisme pencegahan kejahatan terhadap perempuan. Terdapat 365 Perda yang dinilai diskriminatif bagi Komnas Perempuan 5. Bentuk ketidakadilan jender lain, seperti marjinalisasi, subordinasi, serta beban ganda juga masih banyak terjadi di Indonesia. Berbagai bentuk ketidakadilan jender ini juga bisa terjadi di berbagai ranah, seperti di rumah, negara, komunitas, bahkan kantor. Di dalam lingkungan kantor, bisa saja terjadi bentuk subordinasi dan marjinalisasi dalam proses rekrutmen dan promosi kenaikan jabatan. Atau stereotipi dengan melekatkan pekerjaan tertentu dengan jenis kelamin tertentu, semisal; sekretaris diidentikkan sebagai pekerjaan perempuan, supir diidentikkan dengan pekerjaan laki-laki, posisi pimpinan diidentikkan dengan laki-laki, dan lain sebagainya dan bukan pada jenis pekerjaan dan kriteria pekerja yang dibutuhkan untuk memenuhi tanggung-jawab pekerjaan tersebut. Melihat berbagai kondisi tersebut, maka Kemitraan meyakini bahwa permasalahan ketidakadilan berbasis jender harus diatasi melalui pengembangan pemahaman dan membangun perangkat yang mendukung kesetaraan dan keadilan jender. Konsep kesetaraan dan keadilan jender merupakan prinsip utama yang harus didahulukan. Tujuan 5 http://nasional.kompas.com/read/2015/03/20/11583441/komnas.perempuan.minta.presiden.jokowi.hapus.365. Perda.yang.Diskriminatif 3

Kemitraan adalah sebuah organisasi parapihak yang bekerja dengan badanbadan pemerintah dan organisasi masyarakat sipil untuk memajukan reformasi tata pemerintahan di berbagai bidang di tingkat nasional dan sub-nasional. Kemitraan membangun hubungan penting antara berbagai tingkat pemerintahan, masyarakat sipil dan sektor swasta guna meningkatkan tata pemerintahan yang baik di Indonesia secara berkelanjutan. Dalam menyikapi situasi masih banyaknya terjadi ketidakadilan berbasis jender di dunia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya, maka Kemitraan meyakini pentingnya kesetaraan dan keadilan jender menjadi salah satu prinsip utama dalam berbagai aspek pengelolaan organisasi serta perencanaan, implementasi dan evaluasi program. Hal ini sesuai dengan Konvesi tentang Penghapusan Segala Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan atau Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No 7 Tahun 1984. Hal mana menjadi landasan pengembangan visi dan misi Kemitraan. Visi organisasi mewujudkan pemerintahan yang adil, demokratis dan berkelanjutan untuk kesejahteraan warga negara Indonesia ini dipertegas dengan misinya untuk menyebarkan, memajukan dan melembagakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan bersih antara pemerintah, masyarakat sipil dan bisnis, dengan mempertimbangkan hak asasi manusia, kesetaraan jender, kelestarian lingkungan dan terpinggirkan. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tujuan kebijakan jender Kemitraan dirumuskan sebagai berikut: 1. Mendorong terciptanya good governance dengan prinsip kesetaraan dan keadilan jender 2. Memastikan program-program yang dijalankan menganut prinsip kesetaraan dan keadilan jender 3. Mendorong terciptanya suasana kerja tanpa diskriminasi, marjinalisasi, kekerasan, khususnya terhadap satu jenis kelamin tertentu. 4. Mengadvokasikan pengarusutamaan jender dalam berbagai aspek baik untuk mitra kerja maupun mitra organisasi pengelola dana hibah. 4

Komitmen Kemitraan meyakini bahwa untuk mencapai tujuan yang tertuang diatas, diperlukan komitmen yang kokoh untuk pencapaian kondisi kesetaraan dan keadilan jender dalam organisasi dan program-program yang dilakukannya. Karenanya, Kemitraan berkomitmen untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menolak segala bentuk kekerasan, khususnya terhadap satu jenis kelamin tertentu 2. Nihil toleransi terhadap segala bentuk tindakan yang mengarah pada diskriminasi berdasarkan ras, jender, agama, kapabilitas fisik maupun mental, orientasi seksual maupun suku. 3. Menghormati kultur dan adat istiadatrespect yang konsisten dengan hak asasi manusia. 4. Mempromosikan secara berkelanjutan kesetaraan dan keadilan jender sebagai bagian dari hak asasi manusia kepada berbagai pemangku kepentingan. 5. Memastikan bahwa analisa dan indikator jender selalu digunakan dalam siklus pengelolaan proyek, mulai dari desain perencanaan, implementasi hingga evaluasi sebagai bagian dari promosi untuk kesetaraan dan keadilan jender 6. Memberdayakan perempuan dan kelompok marjinal lainnya dalam rangka memastikan tercapainya kesempatan yang sama bagi parapihak. 7. Bekerja bersama laki-laki untuk mempromosikan kesetaraan dan keadilan jender 8. Menciptakan situasi kerja yang nyaman bagi laki-laki dan perempuan 9. Memastikan adanya anggaran sensitif jender untuk diterapkan dalam level program/proyek maupun organisasi. Anggaran ini akan digunakan untuk tercapainya situasi kesetaraan dan keadilan jender 10. Memastikan mitra kerjanya juga menjunjung tinggi prinsip kesetaraan dan keadilan jender Strategi untuk Pencapaian Komitmen 5

Untuk Organisasi Kemitraan menjamin terciptanya suasana kerja dengan kesempatan yang sama untuk laki-laki dan perempuan. Kemitraan menjamin tidak terjadinya diskriminasi dan kekerasan. Staf Kemitraan akan mendapatkan pelatihan pengarusutamaan dan penguatan pemahaman jender dan cara mengimplementasikannya. Manajemen Kemitraan menyediakan anggaran untuk peningkatan kapasitas staf dalam mempromosikan kesetaraan dan keadilan jender. Berbagai publikasi yang dikeluarkan oleh Kemitraan harus mendukung komitmen Kemitraan untuk prinsip kesetaraan dan keadilan jender. Manajemen Kemitraan harus menjamin adanya forum secara berkelanjutan untuk berdiskusi dan berbagi terkait dengan isu-isu jender. Untuk Program Kemitraan menjamin indikator jender dan jender analisa digunakan dalam perencanaan, implementasi proyek, serta evaluasi akhir secara konsisten. Sebagai bagian dari pengelola dana, Kemitraan juga memastikan penerapan jender kepada mitra-mitra kerja serta pengelolaan dana program. Seluruh data yang dimiliki harus dipisahkan berdasarkan jenis kelamim (disaggregate data). Seluruh program yang dijalankan oleh Kemitraan harus melibatkan sekurang-kurangnya 30% partisipasi kelompok perempuan dan kelompok marjinal. Dalam menjalankan program, Kemitraan perlu memastikan tidak adanya berbagai bentuk diskriminasi dan kekerasan, baik terhadap mitra kerja, beneficiaries maupun partner kerja. Untuk Sumber Daya Manusia Peraturan kepegawaian Kemitraan harus sesuai dengan komitmen Kemitraan dalam mempromosikan jender equality and equity. Prinsip kesempatan yang sama harus dilakukan dalam hal rekrutmen dan promosi jabatan. Kemitraan membangun mekanisme komplain untuk internal dan membangun instrumen yang memastikan penyelesaian hal-hal terkait pelanggaran berbasis jender, termasuk adanya sangsi bagi yang melanggar. Berbagai bentuk diskriminasi, kekerasan, pelecahan seksual yang dilakukan oleh karyawan harus mendapatkan teguran atau sanksi dengan tegas. Kemitraan juga harus memastikan bahwa seluruh karyawannya telah mendapatkan pelatihan jender paling kurang 1 kali dalam satu tahun dan pelatihan ini juga diintegrasikan dalam program induksi 6

karyawan baru. Pelatihan-pelatihan terkait peningkatan kemampuan karyawan untuk memastikan implementasi program yang sensitif terhadap jender juga harus dilakukan. 7