ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

Alfi Zuhriya Khoirunnisaa 1, Endah Budi Purnomowati 2, Ali Mustofa 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro Universitas Brawijaya

ANALISIS PENGARUH HANDOVER PADA MOBILE WIMAX UNTUK LAYANAN LIVE STREAMING

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Fading Lintasan Jamak Terhadap Performansi High Speed Downlink Packet Access (HSDPA)

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERBANDINGAN KINERJA ANTARA OFDM DAN OFCDM PADA TEKNOLOGI WiMAX

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

PERFORMANSI SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULIPLE ACCESS PADA TEKNOLOGI RADIO OVER FIBER

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

Perancangan dan Analisis Desain Jaringan Mobile WiMax e di daerah Sub urban (Studi Kasus di Kota Kediri)

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI KINERJA TEKNIK ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA MOBILE WiMAX MIMO-OFDM

Syailendra Dwitama Iskandar 1, Ir. Endah Budi P., MT. 2, Dwi Fadila K.. ST., MT. 3

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Presentasi Tugas Akhir

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

Perancangan dan Implementasi Prosesor FFT 256 Titik-OFDM Baseband 1 Berbasis Pengkodean VHDL pada FPGA

ANALISIS PENGARUH PERGERAKAN USER TERHADAP KUALITAS SINYAL SUARA PADA JARINGAN WIMAX IEEE

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

ESTIMASI CAKUPAN JARINGAN WIMAX DAN ANALISIS PERFORMANSINYA UNTUK DAERAH MAKASSAR, MAROS, SUNGGUMINASA, DAN TAKALAR

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA

TUGAS AKHIR. ANALISIS KINERJA MODULASI DAN PENGKODEAN ADAPTIF PADA JARINGAN WiMAX ALEX KRISTIAN SITEPU

ANALISA KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC- CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

SIMULASI PERBANDINGAN Wi-MAX DAN 3G-WCDMA DALAM MENGHADAPI MULTIPATH FADING

TUGAS AKHIR UNJUK KERJA MIMO-OFDM DENGAN ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA SISTEM KOMUNIKASI NIRKABEL DIAM DAN BERGERAK

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 3G/UMTS. Teknologi WCDMA berbeda dengan teknologi jaringan radio GSM.

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

BAB I 1.1 Latar Belakang

ALGORITMA PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK BERBASIS QOS GUARANTEED MENGGUNAKAN ANTENA MIMO 2X2 PADA SISTEM LTE UNTUK MENINGKATKAN SPECTRAL EFFICIENCY

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Analisis Pengaruh Model Propagasi dan Perubahan Tilt Antena Terhadap Coverage Area Sistem Long Term Evolution Menggunakan Software Atoll

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Penanggulangan Inter Carrier Interference di OFDM Menggunakan Zero Forcing Equalizer

Simulasi Perbandingan WiMAX dan 3G-WCDMA Dalam Menghadapi Multipath Fading

TEKNOLOGI WIMAX UNTUK LINGKUNGAN NON LINE OF SIGHT (Arni Litha)

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan metode akses kanal

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

Simulasi Dan Analisis Pengaruh Kecepatan Pengguna Terhadap Kualitas Layanan Data Dengan Menggunakan Encoder Turbo Code Pada Sistem CDMA EV-DO Rev A

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KEHANDALAN SISTEM WIMAX BERBASIS OFDM (ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING) MENGGUNAKAN TEKNIK MODULASI ADAPTIF

TUGAS AKHIR. PENGARUH PANJANG CYCLIC PREFIX TERHADAP KINERJA SISTEM OFDM PADA WiMAX MUHAMMAD FAISAL

Pengukuran Model Propagasi Outdoor dan Indoor Sistem WiMAX 2.3GHz di Lingkungan Kampus ITB

Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell

ANALISIS MODEL KANAL SUI BERDASARKAN MODULASI QAM DAN VARIASI BANDWIDTH

Perencanaan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN) Dengan Menggunakan Worldwide Interoperability For Microwave Access (WIMAX)

Analisis Model Kanal SUI Berdasarkan Modulasi QAM dan Variasi Bandwidth

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MODULASI ADAPTIF PADA SISTEM IEEE E DENGAN METODE MMSE UNTUK MEMPREDIKSI KANAL SUI DI SISI DOWNLINK

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (CDMA) CDMA merupakan singkatan dari Code Division Multiple Access yaitu teknik

C30-1. Kata Kunci OFDM, Cyclic Prefix (CP), Efek Doppler, Monte Carlo

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Simulasi Kinerja Modulasi Pada Jaringan WiMAX Dengan Menggunakan Simulator OPNET Modeller 14.0

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

Analisis Aspek-Aspek Perencanaan BTS pada Sistem Telekomunikasi Selular Berbasis CDMA

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX) Siska Dyah Susanti 1, Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. 2, M. Fauzan Edy Purnomo. ST., MT. 3 Abstrak Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX) yang menggunakan standar IEEE 802.16, sejak kemunculannya telah mengalami beberapa tahapan pengembangan yang pada akhirnya sampai ke arah mobilitas yaitu standar IEEE 802.16e (mobile WiMAX). Mobile WiMAX menggunakan air interface Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) pada sisi uplink maupun downlink. Terdapat faktor-faktor penyebab penurunan performansi sistem mobile WiMAX, diantaranya adalah fading dan kecepatan pergerakan pengguna. Pada penelitian ini teknik modulasi yang digunakan adalah QPSK, 16-QAM dan 64-QAM. Dalam perhitungan pathloss digunakan model propagasi ECC 33 yang termasuk dalam model empirik. Performansi sistem yang diamati meliputi signal to noise ratio (SNR) dan bit error rate (BER) yang mensimulasikan pergerakan pengguna dengan kecepatan 3 km/jam, 60 km/jam dan 120 km/jam serta jarak base station dan user equipment yang berubah dari 700 m 2.1 km. Nilai pathloss dalam penelitian ini adalah untuk daerah urban outdoor pada kondisi NLOS, dimana semakin jauh jarak base station dan user equipment nilai pathloss semakin besar. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kecepatan pengguna berpengaruh terhadap nilai bandwidth. Pada teknik modulasi QPSK bandwidth terbesar diperoleh ketika laju data total 4.75 Mbps untuk kecepatan pengguna 120 km/jam, yaitu 2.7185 MHz. Nilai SNR sistem dipengaruhi oleh kecepatan pengguna dan jarak base station dan user equipment. SNR sistem tertinggi diperoleh ketika menggunakan teknik modulasi 64-QAM dengan laju data 9.5 Mbps yaitu 30.8289 db pada kecepatan 3 km/jam dan pada jarak 700 m. Sedangkan nilai BER dipengaruhi oleh jarak base station dan user equipment serta teknik modulasi yang digunakan. Nilai BER terkecil dihasilkan ketika menggunakan teknik modulasi QPSK pada jarak 700 m, yaitu 0.0086 untuk laju data total 3.17 Mbps. Kata Kunci Mobile WiMAX, model propagasi, OFDMA, performansi 1 Siska Dyah Susanti adalah mahasiswa Teknik Elektro Universitas Brawijaya; email: siskadyahsusanti@gmail.com 2 Ir. Erfan Achmad Dahlan, MT. adalah staf pengajar Teknik Elektro Universitas Brawijaya 3 M. Fauzan Edy Purnomo, ST., MT. adalah staf pengajar Teknik Elektro Universitas Brawijaya K I. PENDAHULUAN ebutuhan manusia akan sebuah teknologi yang dapat memberikan kemudahan dalam aspek kehidupan di bidang komunikasi dan informasi, semakin meningkat setiap tahunnya. Keadaan masyarakat yang memiliki mobilitas yang sangat tinggi membuat sistem komunikasi nirkabel menjadi pilihan teknologi yang tepat. Hal ini membuat teknologi telekomunikasi berkembang dari tahun ke tahun. Salah satu hasil dari perkembangan tersebut adalah Worldwide Interoperability for Microwave Access (WiMAX). WiMAX merupakan bagian dari teknologi Broadband Wireless Access (BWA), yaitu teknologi yang mampu memberikan layanan data dengan kecepatan tinggi. WiMAX telah mengalami perkembangan, sampai terbentuknya standar IEEE 802.16e (mobile WiMAX). Mobile WiMAX menggunakan air interface Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) pada sisi uplink maupun downlink. OFDMA merupakan teknik multiple access dengan banyak frekuensi. Dengan menggunakan teknologi OFDMA maka setiap bit data akan dimodulasikan pada sebuah subset subcarrier. Pada mobile WiMAX teknik modulasi yang dapat digunakan adalah QPSK, 16-QAM dan 64- QAM.[1] Pada komunikasi bergerak, fading merupakan komponen utama yang dapat mengganggu performansi sistem. Hal ini dikarenakan sinyal informasi dari pemancar dikirim ke penerima menggunakan gelombang elektromagnetik. Interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan lingkungan akan mengurangi kekuatan sinyal kirim dari pemancar ke penerima, yang menyebabkan pathloss, yang tentunya akan menurunkan performansi sistem. Model propagasi berperan penting dalam perencanaan jaringan wireless untuk menghitung pathloss. Ada tiga model propagasi yang dapat digunakan, yaitu model empirik, deterministik dan stokastik, dimana model empirik merupakan model yang sering digunakan. Yang termasuk dalam model propagasi empirik adalah COST Hatta, ECC 33 dan SUI. Pada penelitian ini akan dianalisis performansi sistem berdasarkan parameter dari jaringan mobile WiMAX dengan menggunakan model propagasi ECC

2 33 untuk menghitung nilai pathloss. Model propagasi ECC 33 dirancang untuk frekuensi hingga 3000 Hz. Dengan tinggi antena base station (BS) 30-200 meter, tinggi antena user equipment (UE) 1-10 meter dan jarak BS-UE mencapai 20 km. Parameter yang akan dianalisis adalah bandwidth, signal to noise ratio (SNR) dan bit error rate (BER) terhadap kecepatan pengguna dan perubahan jarak BS dan UE pada kanal downlink dengan menggunakan teknik modulasi yang berbeda. A. Mobile WiMAX II. DASAR TEORI WiMAX adalah salah satu teknologi Broadband Wireless Access (BWA), yaitu teknologi akses yang menjanjikan bandwidth yang lebar dengan kecepatan data yang tinggi. BWA yang saat ini secara luas telah digunakan adalah standar yang dikeluarkan oleh IEEE. Standar yang digunakan WiMAX adalah IEEE 802.16, standar ini pun berkembang dari waktu ke waktu hingga WiMAX mengalami perkembangan ke arah mobilitas dengan terbentuknya standar IEEE 802.16e yang lebih dikenal dengan mobile WiMAX. Air interface mobile WiMAX adalah Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) pada sisi uplink maupun downlink. Untuk mendukung bandwidth kanal yang berkembang (scalable) dari 1.25 MHz ke 20 MHz, IEEE 802.16e mengenalkan scalable- OFDMA (SOFDMA). Mobile WiMAX release-1 memiliki standar bandwidth kanal sebesar 5 MHz hingga 10 MHz untuk alokasi spektrum yang terdaftar pada frekuensi 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz, dan 3.5 GHZ. Sedangkan subcarrier yang digunakan pada mobile WiMAX bersifat scalable. Pada standar WiMAX yang sebelumnya jumlah subcarrier bersifat tetap. [2] B. Orthogonal Frequency Division Multiple Access (OFDMA) OFDMA merupakan suatu teknologi multiple access yang dikembangkan dari teknologi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Pada OFDMA di periode waktu tertentu, kanal dapat melayani multiple user karena dalam satu subcarrier diperbolehkan diduduki oleh satu atau lebih user yang memiliki simbol OFDMA yang berbeda. [3] Meskipun OFDMA adalah hasil pengembangan dari OFDM, kedua teknik ini memiliki perbedaan. Perbedaannya adalah OFDM bukan merupakan teknik multiple access melainkan suatu teknik modulasi yang menciptakan banyak aliran data agar dapat digunakan oleh user yang berbeda, sedangkan OFDMA merupakan teknik multiple access yang memungkinkan banyak pengguna berbagi dalam bandwidth yang sama. C. Model Propagasi Propagasi adalah proses perambatan gelombang elektromagnetik dari suatu tempat ke tempat lain. Fading merupakan komponen utama yang dapat mengganggu performansi sistem. Fading menyebabkan suatu kondisi dimana sinyal yang diterima terlalu jelek untuk dilakukan pemrosesan lebih lanjut. Model propagasi gelombang dilatarbelakangi oleh konsep dari dua antena (pemancar dan penerima) pada udara bebas yang dipisahkan oleh jarak d (km). Model propagasi umumnya menjelaskan perkiraan rata-rata kuat sinyal yang diterima penerima pada jarak tertentu dari pemancar. Model propagasi secara umum dikelompokkan menjadi tiga, yaitu model empirik, deterministik dan stokastik. Pada penelitian ini, model propagasi yang digunakan adalah ECC 33 yang termasuk dalam model empirik. Dimulai dengan pengukuran prediksi redaman propagasi pada kawasan urban. Redaman dinyatakan sebagai fungsi dari tinggi efektif antena BS (h b ) dan tinggi antena pengguna (h ue ) diukur dari atas tanah. Madel propagasi ini dirancang untuk frekuensi hingga 3000 Hz, tinggi antena BS 30-200 m, tinggi antena UE 1-10 m, dan jarak BS-UE mencapai 20 km.[4] Perhitungan nilai pathloss (PL) berdasarkan kondisi NLOS dengan model propagasi ECC 33 untuk kawasan urban ditentukan dengan Persamaan (1):[4] P L (db) = P L (db) = A fs + A bm G b G r (1) PL = rugi-rugi propagasi (db) A fs = Free space attenuation (db) = 92,4 + 20 log 10 (d) + 20 log 10 (f c ) A bm = Basic medium pathloss = 20,41 + 9,83 log 10 (d) + 7,894 log 10 (f c ) + 9,56 [log 10 (f c )] 2 = Faktor gain tinggi antena User Equipment G b G r d f c = log 10 ( b ){13,958 + 5,8 [log 200 10(d)] 2 } = Faktor gain tinggi antena enb = 0,759 h ue 1,862 = jarak antara transmitter (BS) dengan receiver (UE) (km) = frekuensi operasi (GHz) D. Parameter Performansi Sistem a. Signal to Noise Ratio (SNR) SNR adalah perbandingan antara sinyal yang dikirim terhadap noise. SNR digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh redaman sinyal terhadap sinyal yang ditransmisikan. SNR dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (2): SNR = P r N o (2) SNR = signal to noise ratio (db) P r = daya yang diterima oleh receiver (dbm) N o = daya noise saluran transmisi (dbm) Daya yang diterima receiver (P r ) dipengaruhi oleh propagasi sinyal dari pemancar ke penerima. Daya terima dapat dinyatakan dalam Persamaan (3): P r = P t + G t + G r PL 10log 10 N (3) P r = daya yang diterima oleh receiver (dbm) P t = daya pancar transmitter (dbm) G t = gain transmitter (dbi) G r = gain receiver (dbi) PL = pathloss (db)

3 N = jumlah subcarrier Eb No = SNR sistem + 10 log B sistem R (8) Perhitungan nilai pathloss (PL) berdasarkan kondisi NLOS dan model propagasi ECC 33 untuk kawasan urban dapat ditentukan dengan Persamaan (1). Sedangkan untuk nilai daya noise (N o ), dihitung dengan menggunakan Persamaan (4) : [5] N 0 = 10. Log 10 k. T + 10. Log 10 B sistem + NF (4) Eb No SNR B sistem R N = rasio energi bit terhadap noise sistem (db) = signal to noise ratio sistem (db) = bandwidth sistem (Hz) = laju data total (bps) = jumlah subcarrier N o = daya noise saluran transmisi (J Hz atau watt) k = konstanta Boltzman (1,38 x 10-23 J/K) T = temperatur operasi sistem (K) B = bandwidth (Hz) NF = Noise figure (db) Bandwidth merupakan lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal OFDMA dalam media transmisi. Untuk menghitung nilai bandwidth sistem dari sejumlah subbcarrier dapat digunakan Persamaan (5):[6] B sistem = R.(2 1 α cp +N 1) (1 α cp )Nlog 2 M B sistem = bandwidth sistem (Hz) R = laju data total (bps) M = jumlah kemungkinan sinyal N = jumlah subcarrier = faktor cyclic prefix cp (5) Pada perhitungan bandwidth akan ditambahkan faktor kecepatan pengguna yang merupakan salah satu variabel yang digunakan untuk mengukur performansi sistem dalam penelitian ini. Kecepatan pengguna atau Doppler Shift ditunjukkan dalam Persamaan (6) : Dengan, f m f c v c f m = vf c c = frekuensi doppler maksimum (Hz) = frekuensi carrier (Hz) = kecepatan pergerakan relatif = kecepatan gelombang di udara (3x10 8 m/s) (6) Besarnya nilai SNR sistem yang menggunakan penambahan cyclic prefix diperoleh dari Persamaan (7) : [6] SNR sistem = (1 α CP )SNR (7) SNR sistem SNR α cp = signal to noise ratio sistem (db) = signal to noise ratio (db) = faktor cyclic prefix b. Bit Error Rate (BER) Perhitungan nilai BER sistem dipengaruhi oleh nilai E b /N o. E b /N o adalah suatu parameter yang berhubungan dengan SNR yang biasanya digunakan untuk menentukan laju data digital dan mutu standar kinerja sistem digital. Dari namanya, E b /N o dapat didefinisikan sebagai perbandingan energi sinyal per bit terhadap noise. Perhitungan nilai E b /N o dijelaskan dalam Persamaan (8) : Bit Error Rate (BER) atau probabilitas bit error merupakan nilai ukur kualitas sinyal yang diterima untuk sistem transmisi data digital. BER juga dapat didefinisikan sebagai perbandingan jumlah bit error terhadap total bit yang diterima. Pada WiMAX terdapat tiga macam teknik modulasi yang digunakan, yaitu QPSK, 16-QAM, dan 64-QAM. Besarnya nilai BER (Pb) untuk masing-masing teknik modulasi dituliskan dalam Persamaan (9), (10) dan (11) berikut : 1. QPSK P b,qpsk = 1 2 1 1 2. 16-QAM 1 1+ E b N0 P b,16 QAM = 3 8 1 1 3. 64-QAM P b,64 QAM = 7 24 1 1 5 1+ 2.(E b N0) 7 1+ E b N0 III. METODOLOGI PENELITIAN (9) (10) (11) Kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian yang bersifat kualitatif dan kuantitatif, yang didasarkan pada studi literatur. Analisis dilakukan terhadap performansi sistem berdasarkan parameter mobile WiMAX, dimana akan dilakukan perhitungan nilai SNR dan BER dengan menggunakan model propagasi ECC 33 untuk mendapatkan nilai pathloss. Transmisi data dilakukan pada sisi downlink. Susunan langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini, yaitu studi literatur, pengambilan data, perhitungan dan analisis data, serta pengambilan kesimpulan dan saran. Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan pembahasan dari rumusan masalah mengenai model propagasi serta pengaruh kecepatan pengguna, dan pengaruh perubahan jarak BS-UE pada performansi sistem berdasarkan parameter jaringan mobile WiMAX. Data yang diperlukan terdiri dari data sekunder yang bersumber dari buku referensi, jurnal, skripsi, internet, dan forum-forum resmi mengenai mobile WiMAX, model propagasi dan OFDMA. Metode perhitungan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan beberapa nilai parameter dari data sekunder sesuai dengan standar IEEE 802.16e yang kemudian diolah dalam rumus-rumus menggunakan bantuan software matlab 7.0.0.19920 (R14). Parameter dari jaringan mobile WiMAX yang dibahas meliputi SNR dan BER. Berikut langkah-langkah perhitungan untuk mendapatkan kinerja yang diinginkan :

Bandwidth Sistem (MHz) Bandwidth Sistem (MHz) 4 TABEL 1 PARAMETER LAJU DATA MOBILE WIMAX Modulasi Laju Data (Mbps) pada Bandwidth Kanal 5 MHz QPSK 3.17 4.75 16-QAM 6.34 9.5 64-QAM 9.5 14.26 Data sekunder yang digunakan dalam pembahasan dari rumusan masalah berupa spesifikasi mobile WiMAX meliputi sebagai berikut : [1] TABEL 2 SPESIFIKASI MOBILE WIMAX Parameter Value Gambar 1. Diagram Alir Perhitungan Kinerja Sistem IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas dan menganalisis perhitungan mengenai pengaruh kecepatan pengguna dan perubahan jarak antara BS-UE pada performansi sistem berdasarkan parameter jaringan mobile WiMAX pada sisi downlink dengan model propagasi ECC 33 untuk menghitung nilai pathloss. Analisis yang akan dilakukan meliputi parameter Signal to Noise Ratio (SNR), dan Bit Error Rate (BER). Teknik modulasi yang digunakan adalah QPSK, 16-QAM, dan 64-QAM serta menggunakan model propagasi ECC 33 untuk menghitung pathloss dengan kanal noise AWGN dan Rayleigh Fading. Operating Frequency Duplex Bandwidth Sistem Teknik Modulasi Tinggi BS Tinggi MS BS Maximum Power - Amplifier Power Mobile Terminal - Maximum PA Power BS Antenna Gain MS Antenna Gain MS Noise Figure BS Noise Figure Operating Temperature 2500 MHz TDD 5 MHz QPSK, 16-QAM, 64-QAM 32 meter 1.5 meter 43 dbm 23 dbm 15 dbi -1 dbi 7 db 4 db 0 C-40 C Hasil perhitungan, analisis, dan pembahasan diuraikan sebagai berikut : A. Analisis Bandwidth Sistem Mobile WiMAX dengan Teknik Modulasi yang Berbeda Bandwidth merupakan lebar cakupan frekuensi yang digunakan oleh sinyal OFDMA dalam media transmisi. Sebelum melakukan perhitungan bandwidth harus ditentukan terlebih dahulu faktor kecepatan pengguna berdasarkan Persamaan (6) yang akan ditambahkan pada perhitungan bandwidth yang menggunakan Persamaan (5). Hubungan bandwidth dan kecepatan pengguna dengan menggunakan teknik modulasi QPSK ditunjukkan pada Gambar 3. Berdasarkan perhitungan didapat semakin cepat pergerakan pengguna, maka semakin besar nilai bandwidth sistem. 1.8144 x 106 Bandwidth Sistem QPSK 3.17Mbps 2.7186 x 106 Bandwidth Sistem QPSK 4.75Mbps 1.8143 2.7185 Gambar 2. Blok Diagram Sistem Transmisi Data Arah Downlink pada Mobile WiMAX dengan Pengaruh Kecepatan Pengguna dan Jarak BS-UE yang Berubah 1.8143 1.8142 1.8142 2.7184 2.7184 Mobile WiMAX telah menggunakan Scalable Orthogonal Frequency Division Multiple Access (SOFDMA). Pada penelitian ini, transmisi data dilakukan pada sisi downlink, dan pada kanal bandwidth 5 MHz. Laju data total untuk transmisi downlink pada kanal bandwidth 5 MHz sesuai dengan teknik modulasi yang digunakan ditunjukkan Tabel 1. [1] 1.8141 1.8141 1.814 0 20 40 60 80 100 120 Kecepatan Pengguna (km/jam) 2.7184 2.7183 2.7182 0 20 40 60 80 100 120 Kecepatan Pengguna (km/jam) Gambar 3. Grafik Pengaruh Kecepatan Pengguna terhadap Bandwidth Sistem untuk Modulasi QPSK dengan Dua Laju Data Berbeda

SNR Sistem (db) SNR Sistem (db) SNR Sistem (db) 5 Kecepatan pengguna yang disimulasikan dalam skripsi ini adalah 3 km/jam, 60 km/jam dan 120 km/jam. Nilai bandwidth sistem terbesar terjadi ketika kecepatan pengguna 120 km/jam. Sedangkan penggunaan modulasi berpengaruh terhadap total laju data yang digunakan dan banyaknya jumlah bit dalam satu simbol. Semakin rendah total laju data yang digunakan akan menyebabkan kecilnya penggunaan bandwidth. Pada modulasi QPSK yang menggunakan total laju data sebesar 3.17 Mbps dan 4.75 Mbps dimana banyaknya bit dalam satu simbol adalah 2 bit pada kecepatan pengguna 3 km/jam, dihasilkan bandwidth sistem sebesar 1.8141 MHz untuk total laju data 3.17 Mbps dan 2.7183 MHz untuk total laju data 4.75 Mbps. Sedangkan pada kecepatan pengguna 120 km/jam, nilai bandwidth sistem adalah 1.8144 MHz untuk total laju data 3.17 Mbps dan 2.7185 MHz untuk total laju data 4.75 Mbps. Pola yang sama juga terjadi pada nilai bandwidth sistem yang menggunakan teknik modulasi 16-QAM dan 64-QAM, yaitu nilai terbesar terjadi ketika kecepatan pengguna 120 km/jam dan pada total laju data terbesar. B. Analisis Signal to Noise Ratio (SNR) Mobile WiMAX SNR adalah perbandingan antara sinyal yang dikirim terhadap noise. SNR digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh redaman sinyal terhadap sinyal yang ditransmisikan. Pada perhitungan nilai SNR sistem ini akan digunakan tiga teknik modulasi yaitu QPSK, 16-QAM dan 64-QAM dengan dua laju data total yang berbeda pada masing-masing teknik modulasi. Sebelum melakukan perhitungan SNR, ada beberapa nilai yang harus dimiliki, diantaranya yaitu nilai redaman propagasi (P L ), daya terima (P r ), dan daya noise (N o ). Untuk mencari nilai tersebut, dilakukan perhitungan menggunakan Persamaan (1), (3), dan (4). Setelah itu dilanjutkan dengan perhitungan SNR menggunakan Persamaan (2) dan untuk mendapatkan nilai SNR sistem setelah penambahan CP menggunakan Persamaan (7). 32 30 28 26 24 22 20 18 16 Grafik SNR Sistem Terhadap Jarak laju data 3.17Mbps laju data 4.75Mbps 14 Jarak antara BS dan UE (m) Gambar 4. Grafik Pengaruh Jarak BS dan UE Terhadap Nilai SNR Sistem dengan Laju Data Total yang Berbeda untuk Kecepatan Pengguna 3 km/jam Menggunakan Teknik Modulasi QPSK 32 30 28 26 24 22 20 18 16 Grafik SNR Sistem Terhadap Jarak laju data 6.34Mbps laju data 9.5Mbps 14 Jarak antara BS dan UE (m) Gambar 5. Grafik Pengaruh Jarak BS dan UE Terhadap Nilai SNR Sistem dengan Laju Data Total yang Berbeda untuk Kecepatan Pengguna 3 km/jam Menggunakan Teknik Modulasi 16-QAM 32 30 28 26 24 22 20 18 16 Grafik SNR Sistem Terhadap Jarak laju data 9.5Mbps laju data 14.26Mbps 14 Jarak antara BS dan UE (m) Gambar 6. Grafik Pengaruh Jarak BS dan UE Terhadap Nilai SNR Sistem dengan Laju Data Total yang Berbeda untuk Kecepatan Pengguna 3 km/jam Menggunakan Teknik Modulasi 64-QAM Gambar 4, 5 dan 6 menunjukan bahwa pada kecepatan yang sama, semakin jauh jarak antara BS dan UE akan menyebabkan nilai SNR semakin kecil. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6 yang menggunakan teknik modulasi QPSK, pada jarak 700 m untuk laju data total 3.17 Mbps nilai SNR sistem sebesar 30.8243 db dan pada jarak 2100 m nilainya 16.2233 db. Sedangkan kecepatan pengguna berpengaruh terhadap nilai SNR, dimana nilai SNR semakin kecil seiring bertambahnya kecepatan pengguna. Selain itu, pada penggunaan masing-masing teknik modulasi, semakin besar laju data total, nilai SNR sistem semakin kecil. Contohnya pada teknik modulasi QPSK untuk jarak 700 m, pada laju data total 3.17 Mbps nilai SNR sistem 30.8243 db, sedangkan pada laju data total 4.75 Mbps bernilai 29.0680 db. C. Analisis Bit Error Rate (BER) Mobile WiMAX BER atau probabilitas bit error adalah banyaknya bit yang salah ketika sejumlah bit ditransmisikan dari titik asal ke titik tujuan. Pada analisis ini akan dihitung nilai BER pada perangkat UE dengan menggunakan teknik modulasi QPSK, 16-QAM, dan 64-QAM. Perhitungan BER membutuhkan parameter bandwidth sistem, redaman propagasi, SNR sistem, dan E b /N o. E b /N o dapat didefinisikan sebagai perbandingan energi sinyal per bit terhadap noise dan digunakan sebagai ukuran mutu standar untuk kinerja sistem

BER BER BER 6 komunikasi digital. Perhitungan E b /N o dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan (8). Setelah didapatkannya nilai Eb/No, maka perhitungan BER dapat dilakukan sesuai dengan Persamaan (9), (10) dan (11). Hubungan BER dengan jarak BS-UE untuk teknik modulasi yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 7, 8 dan 9. 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 Gambar 7. Grafik Pengaruh Jarak BS dan UE serta Pengaruh Kecepatan Pengguna yang Berbeda Terhadap Nilai BER dengan Laju Data Total Berbeda Menggunakan Teknik Modulasi QPSK 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 (6.34Mbps)3km/jam (6.34Mbps)60km/jam (6.34Mbps)120km/jam (9.5Mbps)3km/jam (9.5Mbps)60km/jam (9.5Mbps)120km/jam Grafik BER Terhadap Jarak 0.01 Jarak antara BS dan UE(m) Gambar 8. Grafik Pengaruh Jarak BS dan UE serta Pengaruh Kecepatan Pengguna yang Berbeda Terhadap Nilai BER dengan Laju Data Total Berbeda Menggunakan Teknik Modulasi 16-QAM 0.08 0.07 0.06 0.05 0.04 (3.17Mbps)3km/jam (3.17Mbps)60km/jam (3.17Mbps)120km/jam (4.75Mbps)3km/jam (4.75Mbps)60km/jam (4.75Mbps)120km/jam Grafik BER Terhadap Jarak Jarak antara BS dan UE(m) Grafik BER Terhadap Jarak (9.5Mbps)3km/jam 0.03 (9.5Mbps)60km/jam (9.5Mbps)120km/jam 0.02 (14.26Mbps)3km/jam (14.26Mbps)60km/jam (14.26Mbps)120km/jam 0.01 Jarak antara BS dan UE(m) Gambar 9. Grafik Pengaruh Jarak BS dan UE serta Pengaruh Kecepatan Pengguna yang Berbeda Terhadap Nilai BER dengan Laju Data Total Berbeda Menggunakan Teknik Modulasi 64-QAM Gambar 7, 8 dan 9 menunjukkan bahwa teknik modulasi berpengaruh terhadap nilai BER. Hal ini dikarenakan perbedaan teknik modulasi yang digunakan menyebabkan laju data total juga berbeda. Penggunaan teknik modulasi 64-QAM akan menghasilkan laju data paling tinggi dibandingkan dengan QPSK dan 16-QAM. Nilai BER akan mengalami kenaikan seiring bertambahnya laju data. Hal ini dikarenakan semakin besar laju data, maka bit error yang dihasilkan akan semakin banyak. Sehingga nilai BER sistem yang diperoleh akan semakin besar pula. Nilai BER paling besar adalah pada teknik modulasi 64-QAM dengan laju data total 14.26 Mbps, yaitu 0.0835, sedangkan yang paling kecil pada teknik modulasi QPSK dengan laju data total 3.17 Mbps yaitu 0.0086. Jarak BS dengan UE yang semakin jauh akan membuat nilai E b /N o semakin kecil, dan membuat nilai BER semakin besar. V. KESIMPULAN Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada mobile WiMAX penggunaan teknik modulasi yang berbeda akan berpengaruh pada laju data total yang digunakan serta pada banyaknya bit pada satu simbol. Nilai bandwidth sistem dipengaruhi oleh kecepatan pengguna, dimana semakin cepat pergerakan pengguna maka bandwidth sistem semakin besar. Nilai bandwidth sistem terbesar adalah pada laju data total 14.26 Mbps pada kecepatan 120 km/jam, yaitu 2.7205 MHz. Pada nilai SNR, semakin jauh jarak BS-UE maka SNR akan semakin kecil. Begitu pula dengan kecepatan pengguna, semakin tinggi kecepatan pengguna nilai SNR juga semakin kecil. Pada masing-masing teknik modulasi yang digunakan, semakin besar laju data total, nilai SNR semakin kecil. Seperti pada modulasi QPSK, pada jarak 700 m, kecepatan 3 km/jam untuk laju data total 3.17 Mbps nilai SNR sebesar 30.8243 db, sedangkan pada laju data total 4.75 Mbps nilai SNR sebesar 29.0680 db. Nilai SNR terbesar didapat ketika menggunakan modulasi 64-QAM pada laju data total 9.5 Mbps untuk kecepatan 3 km/jam dan jarak 700 m yaitu 30.8289 db. Sedangkan nilai BER dipengaruhi oleh laju data total yang akan merujuk pada penggunaan teknik modulasi, serta jarak BS-UE. Nilai BER terkecil diperoleh ketika menggunakan modulasi QPSK untuk laju data total 3.17 Mbps pada jarak 700 m, yaitu 0.0086. Nilai BER terbesar terjadi pada penggunaan modulasi 64-QAM, untuk laju data total 14.26 Mbps pada jarak 2100 m, yaitu 0.0835. DAFTAR PUSTAKA [1] WIMAX Forum, 2006. Mobile WiMAX Part I : A Technical Overview and Performance Evaluation. WIMAX Forum. [2] Kumar, Amitabh. 2008. Mobile Broadcasting with WiMAX :Principles, Technology, and Applications. Oxford : Elsevier Inc. [3] Srikanth, Kumaran V., Manikandan C., Murugesapandian. 2007. Orthogonal Frequency Division Multiple Access. Anna University Press, Chennai, India. [4] Hes-Shafi, A. Q. M. Abdulla and M. Shahajahan. 2009. Analysis of Propagation Models for WiMAX at 3.5 GHz. Blekinge Institute of Technology, Swedia. [5] Diggelen, Frank Van. 2009. A-GPS : Assisted GPS,GNSS, and SBAS. London : Artech House. [6] Hara, Shisuke and Ramjee Prasaad. 2003. Multicarrier Technique for 4G Mobile Communications. London : Artech House.