BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil

BAB V PEMBAHASAN. perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma mur (2014) memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

kenaikan tekanan darah atau hipertensi. [1]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DINASTI TUNGGAL DEWI J

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK PT. SUYUTI SIDOMAJU CEPER KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gangguan kesehatan berupa ganngguan pendengaran (auditory) dan extrauditory

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB III METODE PENELITIAN

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB V PEMBAHASAN. sampel penelitian adalah perempuan, sehingga data karakteristik jenis. responden tidak memberikan pengaruh terhadap kelelahan.

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

Karakteristik Umum Responden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR TEKANAN PANAS DI INDUSTRI MEBEL CV.GION & RAHAYU KARTASURA, SUKOHARJO JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatann.

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

Bab 1: Mengenal Hipertensi. Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Stres Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado.

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN DI UNIT FERMENTASI PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki kontribusi yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan tekanan darah pada manusia. Menurut Vita (2006) Umur termasuk faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh manusia. Semakin bertambahnya usia, itu berarti manusia atau dalam hal ini pekerja menjadi rentan untuk dapat mengalami peningkatan tekanan darah. Tekanan darah akan lebih mudah meningkat di umur > 55 tahun. Setelah melewati usia 55 tahun sistem sirkulasi darah akan terganggu, karena pembuluh darah sering mengalami penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal serta berkurang elastisitasnya pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi sering mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mardin, peningkatan tekanan darah lebih rentan dialami oleh seseorang yang memiliki usia 40 45 tahun. Di usia 40 45 tahun seseorang memiliki risiko sebesar 3,36 kali untuk mengalami peningkatan 81

82 tekanan darah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki usia 25 39 tahun. Hasil analisis bivariat dalam penelitian dengan menggunakan uji statistik Correlation Spearman umur dengan tekanan darah didapatkan nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara umur dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anang Kurniawan (2009) menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan peningkatan tekanan darah pada Industri Mebel CV. Gion dan Rahayu Kartasura. Dalam penelitian ini umur bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah akibat bising. Variabel umur dalam penelitian ini tidak memiliki hubungan dengan peningkatan tekanan darah akibat bising pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile disebabkan karena pekerja yang mengalami peningkatan tekanan darah mayoritas tenaga kerja yang berumur 55 tahun dengan terpajan bising > 85 db selama 8 jam. 2. Masa Kerja Masa kerja merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan non auditory (peningkatan tekanan darah). Semakin lama masa kerja seseorang (> 5 tahun) di dalam lingkungan kebisingan

83 yang di atas NAB maka akan semakin berbahaya pula bagi kesehatannya dibandingkan seseorang yang bekerja 5 tahun. Hasil uji statistik Correlation Spearman masa kerja dengan tekanan darah nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. Akan tetapi, Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti. Hastuti melakukan penelitian kepada pekerja yang terpajan kebisingan di bandara Ahmad Yani Semarang. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah. Dari 38 orang yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun, ada 27 orang (77,1%) yang mengalami peningkatan tekanan darah. Pada penelitian ini diketahui nilai rasio prevalens sebesar 0,654 dengan interval kepercayaan 95%, 0,436 sampai dengan 1,041. Ini menunjukkan bahwa masa kerja bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah pada operator di pabrik ammonia IB PT. PUSRI Palembang. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah subyek yang diteliti kurang banyak dan karena operator yang memiliki masa kerja 5 tahun merupakan operator lapangan yang masih berusia muda ( 40 tahun) sehingga mereka ditempatkan di

84 area bising yang melebihi NAB. Dalam satu kali shift, operator lapangan melakukan pemeriksaan ke area plant setiap 2 jam sekali (4 kali dalam satu shift) sehingga mereka lebih banyak terpapar bising di atas NAB dan lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah. 3. Beban Kerja Menurut Tarwaka, dkk (2004), menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Untuk penelitian ini yang digunakan adalah perhitungan nadi kerja pekerja unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. dalam penelitian ini didapatkan 100%cdari 60 sampel penelitian memiliki denyut antara > 75 hingga < 100 denyut/menit. Hasil uji statistik Correlation Spearman beban kerja dengan tekanan darah nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara beban kerja dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. 4. Jenis Kelamin Sampel pada penelitian ini dibatasi pada tenaga kerja wanita, dimaksudkan memenuhi persayaratan tidak merokok dan minum alkohol. Pemilihan Sampel berjenis kelamin yaitu perempuan, dimaksudkan untuk

85 memperoleh karakteristik sampel yang hampir sama. Berdasarkan teori yang ada perbedaan aklimatisasi antara laki-laki dengan wanita dikarenakan kapasitas kardiovaskuler wanita lebih kecil. Pada wanita tekanan darah sebelum menepouse adalah 5-10 mmhg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menepouse tekanan darahnya lebih meningkat (Evelyn, 2007). 5. Lama Paparan Lama kerja dari keseluruhan tenaga kerja unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta selama 8 jam sehari dengan 1 jam istirahat, termasuk juga pekerja yang merupakan sampel penelitian. 6. Riwayat Penyakit Dalam penelitian ini dari 60 sampel didapatkan rata-rata penyakit asam urat dan tekanan darah rendah dengan rata-rata 1.57 tidak ditemukan penyakit obesitas atau hipertensi yang dapat mengganggu hasil dari penelitian. Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan sehingga berat badan telah melebihi batas ambang normal dan dapat membahayakan kesehatan (Taufik, 2007). Timbunan lemak dalam tubuh memicu tekanan darah tinggi dan meningkatkan kadar kolesterol darah dan insulin. Kondisi kegemukan yang dialami anaka-anak sejak kecil jelas meningkatkan resiko kematian dini (Taufiq, 2007).

86 Hasil uji statistik Correlation Spearman riwayat penyakit dengan tekanan darah nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Anang Kurniawan (2009) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan tekanan darah pada Industri Mebel CV. Gion dan Rahayu Kartasura dan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. B. Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan alat sound level meter di unit compressor didapatkan hasil rata-rata kebisingan sebesar 90.3 db. Sehingga kebisingan yang ada di unit Weaving melebihi NAB yaitu sebesar 90,3 db. Berdasarkan Kepmenaker No. Kep.51/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Faktor Fisika di Tempat Kerja, untuk waktu pemajanan 8 jam perhari intensitas kebisingan yang dapat diterima tanpa menggunakan APD adalah maksimal 90.3 db. Sedangkan untuk waktu pemajanan kebisingan sebesar 90.3 db lebih dominan ke intensitas sebesar 91 db adalah kurang dari 2 jam perhari artinya tenaga kerja maksimal berada di area tersebut selama 2 jam secara terus menerus tanpa menggunakan APD. Selama penelitian diketahui kebisingan disebabkan karena suara mesin Weaving yang berjumlah 75

87 mesin yang sedang operasi. Pekerja berada selama 8 jam di dalam ruangan tersebut dengan keadaan mesin yang selalu menyala sedangkan mekanik berada sekitar 2 jam berada di dalam ruangan tersebut untuk memperbaiki mesin-mesin yang rusak. Dari hasil pengujian statistik Correlation Spearman pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0,000, sehingga p 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif (+) sempurna jika kebisingan mengalami peningkatan maka tekanan darah juga akan meningkat, sehingga ada hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.933 dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah diastolik sebesar 0.840 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0.76 1.00), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. C. Tekanan Panas Hasil pengukuran tekanan panas pada unit Weaving diperoleh ISBB terendah 26.4 o C dan tertinggi 34.8 o C. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.51/MEN/2011 tentang NAB faktor fisik tempat kerja untuk variasi kerja 75% istirahat 25% dengan beban kerja ringan

88 Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB) atau WBGT in yang diperkenankan sebesar 30.6 C (Kepmenaker No. Kep.51/MEN/2011). Hasil pengukuran tekanan panas yang telah dilakukan peneliti yaitu pengukuran dilakukan di unit Weaving dengan 6 titik. Titik yang melebihi NAB ada 4 titik yaitu pada titik III 30.9 C, pada titik IV 34.8 C, pada titik V 30.5 C dan pada titik VI 34.3 C, hal tersebut dikarenakan mesin yang digunakan adalah mesin yang membutuhkan suhu tinggi,, tempat kerja yang banyak terdapat mesin-mesin berukuran besar, mesin mengeluarkan uap panas, suhu sekitar tempat kerja yang panas dan cuaca pada saat pengukuran sangat panas sehingga dapat menambah tekanan panas di dalam ruangan karena tempat kerja tersebut juga tertutup. Untuk 2 titik lainnya menunjukkan suhunya dibawah NAB tekanan panas yang diperkenankan, yaitu pada titik I 24.6 C dan pada titik II 29.9 C. Hal ini dikarenakan kedua titik tersebut tersebut berdekatan dengan alat pendingin ruangan berupa kipas angin yang masih berfungsi dengan baik, dekat dengan ventilasi dan dekat dengan pintu masuk sehingga pekerja yang berada diititik tersebut dapat sirkulasi udara yang baik sehingga tidak terlalu panas. Hal ini dikarenakan, tempat tersebut memiliki ventilasi yang cukup banyak sehingga panas dari tempat tersebut dapat dialirkan ke luar dengan lancar. Keadaan panas lingkungan kerja juga dipengaruhi cuaca lingkungan yang mana saat pengambilan data penelitian suhu udara lingkungan tidak menentu dikarenakan musim (Suma mur, 2009).

89 Menurut Suma mur (2009), sumber panas radiasi adalah berasal dari permukaan matahari yang panas dan memancarkan sinar dari permukaan itu sendiri. Suhu udara (tekanan panas) selalu dipengaruhi oleh cuaca lingkungan. Menurut Heru dan Haryono (2008), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang terjadi seperti Weaving. Sumber-sumber panas yang berada di bagian Weaving yaitu dari mesin Weaving yang digunakan untuk pembentukan benang menjadi kain mentah. D. Tekanan Darah Dari hasil pengukuran tekanan darah responden didapatkan ratarata sistolik 137.6 mmhg dan rata-rata diastolik 83.15 mmhg. Tekanan darah sistolik berkisar antara tekanan 108-175 mmhg, untuk tekanan darah diastolik berkisar antara 63-100 mmhg. Berdasarkan teori Joint National Committe-VII (2004) dari tekanan darah responden didapatkan 45 responden termasuk dalam golongan tekanan darah tinggi dan 15 responden termasuk dalam golongan tekanan darah normal. Dari hasil uji statistik Correlation Spearman tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas diketahui bahwa diperoleh hasil p value = 0.000 sehingga p 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. dan Hasil uji statistik Correlation Spearman tekanan

90 darah diastolik pada paparan tekanan panas bahwa nilai r tekanan panas dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.721 dan r untuk tekanan panas dengan tekanan darah diastolik sebesar 0.718 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara (0.51 0.75), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang kuat. Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0.000, sehingga p 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.933 dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah diastolik sebesar 0.840 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0.76 1.00), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. E. Hubungan Kebisingan dan Tekanan Darah Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0.000, sehingga p 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada

91 hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.933 ke arah positif (+) artinya adalah jika kebisingan meningkat maka tekanan darah sistolik pun akan meningkat dan memiliki hubungan yang sangat kuat dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah distolik sebesar 0.840 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0.76 1.00) ke arah positif (+) sehingga jika kebisingan meningkat maka tekanan darah distolik pun akan meningkat serta menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. Hal tersebut didukung dengan hasil pengukuran intensitas kebisingan yang menunjukan hasil untuk rata-rata kebisingan adalah 90.3 db melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisik tempat kerja menurut Kepmenaker RI No. Kep.51/MEN/2011 sebesar 85 db, sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukan hasil penggolongan tekanan darah tinggi lebih banyak dibanding dengan penggolongan tekanan darah normal, yaitu untuk golongan tekanan darah tinggi didapatkan 40 responden dan golongan tekanan darah normal didapatkan 15 responden. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi kebisingan, semakin tinggi pula tekanan darah. Hal tersebut telah membuktikan bahwa bising yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai teori Sasongko (2000) mengenai pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain kerusakan

92 pada indera pendengaran, kebisingan juga menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung. Melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler. Tarwaka, dkk (2004) juga menyatakan bahwa selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara fisiologis yaitu terganggunya kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat dan gangguan pencernaan. Hasil penelitian sama dengan penelitian sebelumnya dengan terhadap 46 responden yang dilakukan oleh Suparyati (2011) yang berjudul Hubungan Kebisingan Terhadap Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi Pada Pekerja Tekstile Di PT. X Pekalongan, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan tekanan darah yang cenderung mengalami peningkatan tekanan darah.

93 F. Hubungan Tekanan Panas dan Tekanan Darah Berdasarkan hasil uji statistik Correlation Spearman maka diperoleh hasill p value = 0.000 sehingga p 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r tekanan panas dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.721 dan r untuk tekanan panas dengan tekanan darah diastolik sebesar 0.718 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara (0.51 0.75) ke arah positif (+) sehingga jika tekanan panas semakin tinggi maka tekanan darah akan mengalami peningkatan dan menunjukan tingkat hubungan yang kuat. Ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pada tenaga kerja di unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta, yaitu semakin tinggi tekanan panas maka semakin tinggi pula tekanan darah sistolik dan diastolik. Hal di atas didukung dengan hasil pengukuran tekanan panas di unit Weaving yang menunjukkan hasil untuk tekanan panas tertinggi sebesar 34.8 C melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/2011 yaitu sebesar 34.8 C untuk beban kerja ringan, sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukan hasil penggolongan tekanan darah tinggi lebih banyak

94 dibanding dengan penggolongan tekanan darah normal, yaitu untuk golongan tekanan darah tinggi didapatkan 45 responden dan golongan tekanan darah normal didapatkan 15 responden. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi tekanan panas, semakin tinggi pula tekanan darah. Hal tersebut telah membuktikan bahwa tekanan panas yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai dengan teori Grandjean (1988) yang menyatakan jika suhu lingkungan meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi adalah : peningkatan kelelahan, peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi aktivitas organ pencernaan, sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari 32 C ke 36-37 C), peningkatan aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi keringat yang menjadi berlebihan jika suhu kulit mencapai 34 C atau lebih. Hasil penelitian sama dengan penelitian sebelumnya dengan terhadap 30 responden yang dilakukan oleh Havidz Al Resya (2010) yang berjudul Perbedaan Tekanan Darah Pada Paparan Tekanan Panas di Atas dan di Bawah NAB Pada Pekerja Cor Cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas melebihi NAB yang cenderung mengalami peningkatan.

95 G. Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Dari hasil akhir uji Regresi Linear Ganda dengan metode enter, ternyata variabel kebisingan dan tekanan panas berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Dapat dilihat dari nilai probabilitas (< 0,05). Hal ini terlihat bahwa variabel kebisingan dan tekanan panas menunjukkan nilai p < dari nilai (0,05) maka variabel tersebut berperan atau berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Variabel yang paling besar peranannya atau dominan hubungannya terhadap tekanan darah sistolik adalah variabel tekanan panas dengan koefisian 0,968 ke arah positif (+) yang artinya adalah jika tekanan panas meningkat atau tinggi maka tekanan darah sistolik juga akan meningkat. Dari hasil akhir uji Regresi Linear Ganda dengan metode enter, ternyata variabel kebisingan dan tekanan panas berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Dapat dilihat dari nilai probabilitas (< 0,05). Hal ini terlihat bahwa variabel kebisingan dan tekanan panas menunjukkan nilai p < dari nilai (0,05) maka variabel tersebut berperan atau berhubungan terhadap tekanan darah diastolik. Variabel yang paling besar peranannya atau dominan hubungannya terhadap tekanan darah diastolik adalah variabel tekanan panas dengan koefisian 0.607 ke arah positif (+) yang artinya adalah jika tekanan panas meningkat atau tinggi maka tekanan darah diastolik juga akan meningkat. Hasil tersebut didapatkan bawah tekanan panas yang lebih dominan dalam peningkatan tekanan darah sistolik dan distolik. Hal tersebut didukung dengan adanya keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan pekerja. Tempat

96 kerja pekerja di unit Weaving berada di dalam ruangan yang terbatas dengan kapasitas 150 orang. Ruangan Weaving tersebut tidak memiliki ventilasi yang cukup hanya disediakan 1 Exhaust untuk pekerja dan letaknya hanya di dekat pintu masuk saja. Kemudian panas tersebut juga ditimbulkan karena adanya mesin Weaving yang menimbulkan panas. Mesin-mesin Weaving tersebut dioperasikan setiap harinya selama 24 jam dan pekerja terpapar panas dalam waktu 8 jam selama bekerja. Selain itu panas yang ditimbulkan juga karena pekerjanya sendiri. Jumlah pekerja yang banyak dan dengan ruangan terbatas mengakibatkan suhu menjadi panas. Pekerja menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida secara terbatas. Karena proses metabolisme ini berlangsung terus-menerus dan terjadi di ruangan terbatas terjadi penumpukan panas yang menyebabkan peningkatan temperatur sehingga mengakibatkan peningkatan penguapan keringat. Tubuh manusia selalu akan menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat-zat makanan dengan oksigen. Bila proses pengeluaran panas oleh tubuh terganggu, maka suhu tubuh akan pertukaran panas dan proses pertukaran panas ini tergantung dari suhu lingkungannnya. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu lingkungan, makin banyak pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan.

97 Selama pertukaran ini seimbang dan serasi, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja. H. Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi : 1. Penggunaan alat tensi meter digital yang hasilnya kurang valid jika dibandingkan dengan tensi meter manual karena tensi meter digital alatnya bersifat sensitif terhadap suara dan gerakan dari responden yang sedang diukur tekanan darahnya. 2. Peneliti tidak bisa menggunakan alat tensi meter manual karena tempat penelitian yang agak bising jadi mengurangi kepekaan pendengaran peneliti pada saat pengukuran tekanan darah. 3. Karena keterbatasan waktu dan biaya maka faktor yang lain seperti tekanan panas, beban kerja, olahraga, emosi dan stres fisik, obesitas, merokok, konsumsi alkohol dan minum kopi tidak diteliti. 4. Penulis tidak mengetahui bahwa penggunaan adaptor untuk alat tensi meter digital lebih akurat dalam pengukuran daripada penggunaan baterai.