BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PERSETUJUAN HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASIEN STROKE NON-HEMORAGIK DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. (Misbach, 2011). Stroke merupakan salah satu sumber penyebab. gangguan otak pada usia puncak produktif dan menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada orang dewasa (Hudak & Gallo, 2010). Hampir sekitar tiga perempat stroke

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. ini dituangkan menjadi 4 misi yaitu Meningkatkan derajat kesehatan. tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH) DI RUANG SINDORO RSUD BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku Patofisiologi bahwa individu yang paling beresiko mengalami stroke yaitu lansia yang menderita tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, hiperkolestrolemia, maupun penyakit jantung. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Stroke adalah masalah neurologi primer di AS dan di dunia. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir. Stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian. Terdapat kirakira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan. Dari angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Smeltzer and Bare, 2013). Begitupun di negara-negara maju, penyebab kematian tersering adalah penyakit jantung, kanker, serta stroke berada diurutan ketiga 1

(Goldszmidt MD dan Caplan MD, 2013). Rata-rata satu kejadian stroke terjadi setiap 40 detik dan setiap 4 menit seseorang meninggal karena stroke. Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas (2007) stroke merupakan penyebab kematian utama untuk semua umur dengan proporsi kematian 15,4%. Pada Riskesdas (2013) prevalensi penderita stroke sebesar 7,0. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 dengan prevalensi sebesar 6,0. Sedangkan prevalensi stroke di Provinsi Gorontalo tahun 2013 sebesar 8,3, dan wilayah Kota Gorontalo menempati urutan pertama prevalensi stroke di Provinsi Gorontalo, yakni sebesar 15,0. Stroke secara luas diklasifikasikan ke dalam stroke non-hemoragik dan hemoragik (Goldszmidt MD dan Caplan MD, 2013). Dimana persentase kejadian stroke non-hemoragik sekitar 85%, lebih besar dari stroke hemoragik yang kejadiannya hanya sekitar 15% (Wirawan, 2009). Laju mortalitas kejadian stroke yaitu 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 62% untuk stroke berulang (Siswanto, 2005). Stroke non-hemoragik dapat mengakibatkan kerusakan bahkan sampai kematian sel otak (Yudawijaya, dkk. 2011). Kerusakan sel-sel otak dapat menyebabkan kecacatan fungsi sensorik, motorik maupun kognitif (Harsono, 2008). American Heart Association (AHA) menyatakan gangguan fungsi kognitif merupakan gangguan fungsi luhur otak berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya ingat dan bahasa, serta fungsi intelektual yang diperlihatkan dengan adanya gangguan dalam berhitung, bahasa, daya ingat semantic (katakata) dan pemecahan masalah (dalam Rahayu, dkk. 2014). Risiko terjadinya 2

gangguan kognitif pada pasien post stroke akan semakin meningkat bila pasien tersebut juga memiliki beberapa faktor risiko yang salah satunya pernah mengalami stroke sebelumnya dan stroke pertama kali saat usia lebih dari 50 tahun (Arfa, 2013). Stroke berulang adalah terjadinya defisit neurologi fokal mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam, dan terjadi setiap saat setelah 1 minggu dari serangan stroke sebelumnya (Ratnasari, 2010). Stroke berulang sering terjadi karena penderita masih belum serius mengelola faktor resiko dan mengubah gaya hidupnya. Stroke berulang sering kali lebih berat daripada stroke pertama, baik cara serangan maupun akibatnya. Disamping kerusakan pada stroke pertama belum benar-benar pulih, faktor resiko terjadinya kecacatan dan kematian akan terus meningkat setiap stroke berulang terjadi. Salah satu akibat dari stroke berulang adalah penderita mengalami gangguan kognitif yang parah, misalnya benar-benar banyak lupa tentang hidupnya, dan hal ini jarang pulih sempurna bahkan justru bisa bertambah buruk seiring dengan waktu (Damayanti, 2011). Pada penelitian yang dilakukan Hasra, dkk (2014) mengenai prevalensi gangguan fungsi kognitif dan depresi pada pasien stroke di Irina F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado diketahui bahwa hasil pemeriksaan fungsi kognitif pada 37 responden didapatkan 32,4% masih dalam rentang normal, dan 67,5% mengalami gangguan fungsi kognitif, dengan 27% gangguan kognitif ringan, 40,5% gangguan kognitif sedang serta tidak terdapat gangguan kognitif berat. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2010) tentang perbedaan skor fungsi kognitif stroke iskemik pertama dengan iskemik berulang 3

dengan lesi hemisfer kiri didapatkan ada perbedaan bermakna skor fungsi kognitif stroke iskemik pertama dan stroke iskemik berulang dengan lesi hemisfer kiri, dimana skor stroke iskemik berulang lebih rendah daripada skor stroke iskemik pertama (p value = 0,004). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk (2014) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru tentang hubungan frekuensi stroke dengan fungsi kognitif didapatkan hasil bahwa dari 33 responden, sebanyak 9 responden yang memiliki frekuensi stroke berulang, dengan 5 responden (55,6%) mengalami demensia dan 4 responden (44,4%) tidak mengalami demensia. Sedangkan sisanya 24 responden yang mengalami stroke pertama, 3 responden (12,5%) mengalami demensia serta 21 responden lainnya (87,5%) tidak mengalami demensia. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara frekuensi stroke dengan fungsi kognitif pasien stroke di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo merupakan rumah sakit terbesar di Provinsi Gorontalo. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B, yang dijadikan sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Gorontalo. Dalam rumah sakit ini terdapat berbagai macam fasilitas pelayanan kesehatan, mulai dari instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap dan lain sebagainya. Salah satu ruang rawat inap yang ada di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota gorontalo adalah G2 Neurologi, yang merupakan ruang rawat inap khusus untuk pasien-pasien dengan masalah neurologi. Di ruangan ini tercatat jumlah pasien stroke yang cukup banyak. Pada tahun 2014 tercatat ±223 pasien stroke, dimana 92,38% adalah 4

stroke non-hemoragik. Sedangkan pada tahun 2015, periode Januari - Februari sudah tercatat 42 pasien stroke, dengan 90.5% adalah stroke non-hemoragik. Berdasarkan survey awal dan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 26-27 Februari 2015 pada salah satu perawat di ruang G2 Neurologi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dikatakan bahwa pengkajian yang dilakukan pada pasien-pasien stroke adalah pengkajian yang dilakukan secara menyeluruh termasuk pengkajian fungsi kognitif. Akan tetapi pengkajian fungsi kognitif tersebut tidak dilakukan secara mendetail. Dari pengkajian tersebut diketahui ada pasien stroke mengalami disorientasi dan gangguan fungsi bahasa seperti dapat berbicara namun kalimatnya tidak jelas atau tidak dapat dimengerti. Gangguangangguan yang dialami tersebut adalah komponen-komponen dari fungsi kognitif. Berkaitan dengan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Frekuensi Stroke dengan Gangguan Kognitif Pasien Stroke Non-Hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Prevalensi stroke di Provinsi Gorontalo sebesar 8,3, dan wilayah Kota Gorontalo menempati urutan pertama prevalensi stroke di Provinsi gorontalo, yakni sebesar 15,0 (RISKESDAS, 2013). 2. Hasil survey awal di ruang G2 Neurologi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota gorontalo tercatat jumlah pasien stroke pada tahun 2014 yaitu ±223 pasien stroke, dengan 92,38% adalah pasien stroke non hemoragik. Dan pada tahun 2015, periode Januari - Februari sudah tercatat 42 pasien stroke, dengan 90.5% adalah stroke non hemoragik. 5

3. Pengkajian yang dilakukan pada pasien-pasien stroke adalah pengkajian yang dilakukan secara menyeluruh termasuk pengkajian fungsi kognitif. Tetapi pengkajian fungsi kognitif tersebut tidak dilakukan secara mendetail. 4. Terdapat pasien stroke yang mengalami disorientasi dan gangguan fungsi bahasa seperti dapat berbicara namun kalimatnya tidak jelas atau tidak dapat dimengerti. Gangguan-gangguan yang dialami tersebut adalah komponenkomponen dari fungsi kognitif. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana frekuensi stroke pada pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo? 2. Bagaimana fungsi kognitif pada pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo? 3. Apakah terdapat hubungan antara frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi frekuensi stroke pada pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 6

2. Mengidentifikasi gangguan kognitif pada pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 3. Menganalisis hubungan frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah serta mendukung perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Medikal Bedah (Neurologi). 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi institusi pendidikan Sebagai referensi atau bahan pustaka yang dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta pembaca pada umumnya tentang gangguan dan evaluasi fungsi kognitif pada pasien stroke. 2. Bagi instansi rumah sakit Sebagai masukan dan pertimbangan bagi rumah sakit dalam meningkatkan penyediaan layanan pemeriksaan fungsi kognitif bagi pasien stroke dan pemberian asuhan keperawatan yang tepat. 3. Bagi perawat Sebagai bahan pustaka atau sumbangan ilmiah bagi tenaga keperawatan demi peningkatan ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan gangguan dan evaluasi fungsi kognitif pada pasien stroke. 7

4. Bagi Responden Sebagai bahan informasi tentang gangguan fungsi kognitif dan penilaian fungsi kognitif pada pasien stroke. 5. Bagi peneliti Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti untuk mengetahui tentang gangguan fungsi kognitif serta pentingnya melakukan evaluasi fungsi kognitif pada pasien stroke. 8