LEMBAR PERSETUJUAN HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASIEN STROKE NON-HEMORAGIK DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEMBAR PERSETUJUAN HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASIEN STROKE NON-HEMORAGIK DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO"

Transkripsi

1 LEMBAR PERSETUJUAN HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASIEN STROKE NON-HEMORAGIK DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO JURNAL Oleh SRI WAHYUNITA ISMAIL NIM:

2 LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASIEN STROKE NON-HEMORAGIK DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO JURNAL Oleh SRI WAHYUNITA ISMAIL NIM: Hari/Tanggal : Senin, 06 Juli 2015 Waktu : WITA

3 ABSTRAK Sri Wahyunita Ismail, Hubungan Frekuensi Stroke Dengan Gangguan Kognitif Pasien Stroke Non-Hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini F. Zees, S.Kep. Ns., M.Kep dan Pembimbing II dr. Sitti Rahma, M.Kes. Stroke Non-Hemoragik merupakan stroke yang terjadi akibat obstruksi pada arteri besar di otak, sehingga mengakibatkan kerusakan hingga kematian sel otak dan menimbulkan kecacatan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Penelitian ini bersifat analisis observasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tanggal 19 Mei 09 Juni 2015, yang berjumlah 26 orang. Jumlah sampel penelitian sebanyak 23 responden yang diperoleh dengan menggunakan teknik accidental sampling. Untuk analisa univariat dan bivariat menggunakan uji fisher s exact test dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65.2% mengalami stroke pertama, 56.5% tidak mengalami gangguan kognitif, serta terdapat hubungan antara frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo (p value = 0,039 < α = 0,05). Saran kepada pihak RS untuk meningkatkan penyediaan layanan pemeriksaan fungsi kognitif bagi pasien stroke dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan fungsi kognitif pasien. Kata Kunci : Frekuensi Stroke, Gangguan Kognitif, Stroke Non-hemoragik Daftar Pustaka : 38 referensi ( )

4

5 HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN GANGGUAN KOGNITIF PASIEN STROKE NON-HEMORAGIK DI RSUD PROF. DR. H. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO Sri Wahyunita Ismail NIM Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak Stroke Non-Hemoragik merupakan stroke yang terjadi akibat obstruksi pada arteri besar di otak, sehingga mengakibatkan kerusakan hingga kematian sel otak dan menimbulkan kecacatan fungsi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Penelitian ini bersifat analisis observasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tanggal 19 Mei 09 Juni 2015, yang berjumlah 26 orang. Jumlah sampel penelitian sebanyak 23 responden yang diperoleh dengan menggunakan teknik accidental sampling. Untuk analisa univariat dan bivariat menggunakan uji fisher s exact test dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65.2% mengalami stroke pertama, 56.5% tidak mengalami gangguan kognitif, serta terdapat hubungan antara frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo (p value = 0,039 < α = 0,05). Saran kepada pihak RS untuk meningkatkan penyediaan layanan pemeriksaan fungsi kognitif bagi pasien stroke dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan fungsi kognitif pasien. Kata Kunci : Frekuensi Stroke, Gangguan Kognitif, Stroke Non-hemoragik 1

6 PENDAHULUAN Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008) 1. Di negara-negara maju, penyebab kematian tersering adalah penyakit jantung, kanker, serta stroke berada diurutan ketiga (Goldszmidt MD dan Caplan MD, 2013) 2. Rata-rata satu kejadian stroke terjadi setiap 40 detik dan setiap 4 menit seseorang meninggal karena stroke. Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas (2007) 3 stroke merupakan penyebab kematian utama untuk semua umur dengan proporsi kematian 15,4%. Pada Riskesdas (2013) 4 prevalensi penderita stroke sebesar 7,0. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 dengan prevalensi sebesar 6,0. Sedangkan prevalensi stroke di Provinsi Gorontalo (2013) 5 sebesar 8,3, dan wilayah Kota Gorontalo menempati urutan pertama prevalensi stroke di Provinsi Gorontalo, yakni sebesar 15,0. Stroke non-hemoragik dapat mengakibatkan kerusakan bahkan sampai kematian sel otak (Yudawijaya, dkk. 2011) 6. Kerusakan sel-sel otak dapat menyebabkan kecacatan fungsi sensorik, motorik maupun kognitif (Harsono, 2008) 7. American Heart Association (AHA) menyatakan gangguan fungsi kognitif merupakan gangguan fungsi luhur otak berupa gangguan orientasi, perhatian, konsentrasi, daya ingat dan bahasa, serta fungsi intelektual yang diperlihatkan dengan adanya gangguan dalam berhitung, bahasa, daya ingat semantic (kata-kata) dan pemecahan masalah (dalam Rahayu, dkk. 2014) 8. Risiko terjadinya gangguan kognitif pada pasien post stroke akan semakin meningkat bila pasien tersebut juga memiliki beberapa faktor risiko yang salah 1 Arif Muttaqin, Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta, Salemba Medika, Goldszmidt MD dan Caplan MD, Stroke Esensial, Edisi Kedua, Jakarta, PT Indeks, Depkes RI, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes, Depkes RI, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, Jakarta, Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes, Depkes RI, Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Gorontalo 2013, Jakarta, Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes, Agus Yudawijaya. dkk., Homosistein Plasma dan Perubahan Skor Fungsi Kognitif pada Pasien Pasca Stroke Iskemik, Media Medika Indonesiana 45(1): 8-15, Harsono, Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, Sri Rahayu. dkk., Hubungan Frekuensi Stroke Dengan Fungsi Kognitif Di RSUD Arifin Achmad. JOM PSIK 1(2): 1-10,

7 satunya pernah mengalami stroke sebelumnya dan stroke pertama kali saat usia lebih dari 50 tahun (Arfa, 2013) 9. Stroke berulang adalah terjadinya defisit neurologi fokal mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam, dan terjadi setiap saat setelah 1 minggu dari serangan stroke sebelumnya (Ratnasari, 2010) 10. Stroke berulang sering terjadi karena penderita masih belum serius mengelola faktor resiko dan mengubah gaya hidupnya. Stroke berulang sering kali lebih berat daripada stroke pertama, baik cara serangan maupun akibatnya. Disamping kerusakan pada stroke pertama belum benar-benar pulih, faktor resiko terjadinya kecacatan dan kematian akan terus meningkat setiap stroke berulang terjadi. Salah satu akibat dari stroke berulang adalah penderita mengalami gangguan kognitif yang parah, misalnya benar-benar banyak lupa tentang hidupnya, dan hal ini jarang pulih sempurna bahkan justru bisa bertambah buruk seiring dengan waktu (Damayanti, 2011) 11. Pada penelitian yang dilakukan Hasra, dkk (2014) 12 mengenai prevalensi gangguan fungsi kognitif dan depresi pada pasien stroke di Irina F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado diketahui bahwa hasil pemeriksaan fungsi kognitif pada 37 responden didapatkan 32,4% masih dalam rentang normal, dan 67,5% mengalami gangguan fungsi kognitif, dengan 27% gangguan kognitif ringan, 40,5% gangguan kognitif sedang serta tidak terdapat gangguan kognitif berat. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2010) 13 tentang perbedaan skor fungsi kognitif stroke iskemik pertama dengan iskemik berulang dengan lesi hemisfer kiri didapatkan ada perbedaan bermakna skor fungsi kognitif stroke iskemik pertama dan stroke iskemik berulang dengan lesi hemisfer kiri, dimana skor stroke iskemik berulang lebih rendah daripada skor stroke iskemik pertama (p value = 0,004). RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo merupakan rumah sakit terbesar di Provinsi Gorontalo. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe B, yang dijadikan sebagai rumah sakit rujukan di Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2014 tercatat ±223 pasien stroke, dimana 92,38% adalah stroke non-hemoragik. Sedangkan pada tahun 2015, periode Januari - Februari sudah tercatat 42 pasien stroke, dengan 90.5% adalah stroke non-hemoragik. 9 Ratih Kusuma Dewi Arfa, Gangguan Fungsi Luhur Pada Stroke, Pada-Stroke#scribd, 22 April 2015 (16:30), Dewi Ratnasari, Perbedaan Skor Fungsi Kognitif Stroke Iskemik Pertama Dengan Iskemik Berulang Dengan Lesi Hemisfer Kiri, Surakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Christie Damayanti, Bagaimana Aku Mengatasi Kesulitan Berpikir (Kognitif) Sebagai Penderita Pasca Stroke?, 01 Mei 2015 (16.51), Indha Wardhani P.L Hasra. dkk., Prevalensi Gangguan Fungsi Kognitif dan Depresi Pada Pasien Stroke Di Irina F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Manado, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Dewi Ratnasari, Perbedaan Skor Fungsi Kognitif Stroke Iskemik Pertama Dengan Iskemik Berulang Dengan Lesi Hemisfer Kiri, Surakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,

8 Berdasarkan survey awal dan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal Februari 2015 pada salah satu perawat di ruang G2 Neurologi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo dikatakan bahwa pengkajian yang dilakukan pada pasien-pasien stroke adalah pengkajian yang dilakukan secara menyeluruh termasuk pengkajian fungsi kognitif. Akan tetapi pengkajian fungsi kognitif tersebut tidak dilakukan secara mendetail. Dari pengkajian tersebut diketahui terdapat pasien stroke yang mengalami disorientasi dan gangguan fungsi bahasa seperti dapat berbicara namun kalimatnya tidak jelas atau tidak dapat dimengerti. Berkaitan dengan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Frekuensi Stroke dengan Gangguan Kognitif Pasien Stroke Non-Hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. aloei Saboe Kota Gorontalo. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tanggal 19 Mei 09 Juni 2015, dengan menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo selama waktu penelitian yang berjumlah 26 orang. Dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 23 orang, yang diambil dengan teknik accidental sampling dan telah memenuhi kriteria sampel, yang meliputi pasien dengan perawatan hari ke 4-7, mampu membaca dan menulis, bersedia menjadi responden, serta pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui frekuensi stroke adalah lembar observasi, dan untuk menilai gangguan kognitif responden menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE) versi Ginsberg (2007) 14. Penelitian ini dilakukan analisis univariat untuk mengetahui frekuensi dan distribusi karakteristik responden, frekuensi stroke dan gangguan kognitif, serta analisis bivariat dengan menggunakan uji statistic Fisher s exact test dengan α = 0,05. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 14 Lionel Ginsberg, Lecture Notes Neurologi, Edisi Kedelapan, Jakarta, Erlangga,

9 Tabel 1: Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur (Tahun) Jumlah N % > Total Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 23 responden yang diteliti distribusi tertinggi terdapat pada kelompok umur tahun sebanyak 10 responden (43.5%). Tabel 2: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah N % Laki-laki Perempuan Total Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 23 responden yang diteliti responden yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki. Tabel 3: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Jumlah N % Perguruan Tinggi SMA SMP SD Total Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 23 responden untuk tingkat pendidikan distribusi tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 8 responden (34.8%). Tabel 4: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Jumlah n % Tidak Bekerja/IRT PNS/TNI/POLRI Pegawai Swasta Pedagang Wiraswasta Total Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 23 responden distribusi tertinggi terdapat pada kelompok yang tidak bekerja/irt yaitu sebanyak 11 responden (47.8%) 5

10 . Tabel 5: Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Stroke Frekuensi Stroke Jumlah N % Stroke Pertama Stroke Berulang Total Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 23 responden, jumlah responden yang mengalami stroke pertama lebih besar dari responden yang mengalami stroke berulang. Tabel 6: Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Kognitif Gangguan Kognitif Jumlah N % Tidak ada gangguan Ada gangguan Total Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis didapatkan bahwa dari 23 responden yang tidak ada gangguan kognitif lebih banyak daripada yang ada gangguan kognitif. Tabel 7: Hubungan frekuensi stroke dengan gangguan kognitif Frekuensi Stroke Stroke Pertama Stroke Berulang Gangguan Kognitif Gangguan Total Normal kognitif n % n % n % Total Sumber : Data Primer p value ,039 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Fisher s exact test diperoleh p value = 0,039 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 sehingga Ho ditolak dan dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. PEMBAHASAN 1. Frekuensi Stroke Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 23 orang responden didapatkan bahwa jumlah responden yang mengalami stroke pertama lebih banyak daripada stroke berulang, yaitu sebanyak 15 responden (65.2%). Hal ini menunjukkan bahwa ternyata selama waktu penelitian banyak penderita stroke baru. 6

11 Banyaknya responden yang mengalami stroke pertama atau sebagai penderita stroke baru terjadi karena adanya faktor risiko yang tidak dapat di kontrol pada diri seseorang seperti faktor usia antara tahun, serta faktor risiko yang dapat dikontrol seperti merokok, riwayat hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia dan obesitas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya stroke. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian ini dimana sebagian besar responden berusia antara tahun, dengan distribusi tertinggi berada pada kelompok umur tahun. Selain dari itu berdasarkan hasil observasi serta wawancara pada responden dan keluarga, terdapat beberapa responden yang memiliki kebiasaan merokok, memiliki riwayat diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, hipertensi, serta obesitas. Hal ini pun tidak jauh berbeda untuk stroke berulang. Adanya faktor-faktor risiko tersebut pada orang yang memiliki riwayat stroke sebelumnya yang tidak dikontrol dengan baik akan meningkatkan terjadinya stroke berulang. Selain dari faktor-faktor resiko tersebut, stroke berulang terjadi akibat dari tidak taatnya responden dalam menjalani pengobatan setelah keluar dari rumah sakit. Stroke tidak mempunyai penyebab tunggal, melainkan banyak penyebab (multifactorial causes) sehingga seseorang dapat mengalami stroke. Faktor risiko terjadinya stroke terdiri atas faktor risiko yang tidak dapat dikontrol (Iskandar dalam Hernanta, 2013) 15, dan faktor yang dapat dikontrol (Smeltzer and Bare, 2013) 16. Dari hasil penelitian Rau dan Koto (2011) 17 tentang faktor risiko stroke di RSUD Undata Palu tahun 2011 menunjukkan bahwa hiperkolestrolemia, hipertensi dan penyakit jantung merupakan faktor risiko stroke. Hasil penelitian lain yang dilakukan Siswanto (2005) 18 tentang beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stroke berulang (studi kasus di RS Dr. Kariadi Semarang) menunjukkan bahwa faktor risiko yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian stroke berulang adalah tekanan darah sistolik 140 mmhg, kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl, kelainan jantung, dan ketidak teraturan berobat. Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa terjadinya stroke pertama dan stroke berulang dikarenakan adanya faktor resiko yang tidak dapat dikontrol seperti usia antara tahun, dan faktor yang dapat dikontrol seperti merokok, hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, dan ketidak teraturan dalam berobat. 15 Iyan Hernanta, Ilmu Kedokteran Lengkap Tentang Neurosains, Jogjakarta, D-Medika, Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Jakarta, EGC, Muhammad Jusman Rau dan Firdaus Koto, Faktor Risiko Kejadian Stroke di RSUD Undata Palu Tahun 2011, Palu, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako, Yuliaji Siswanto, Beberapa Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Berulang (Studi Kasus di RS Dr. Kariadi Semarang), Semarang, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,

12 2. Gangguan Kognitif Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 23 orang responden didapatkan bahwa sebagian besar tidak ada gangguan kognitif (normal), yaitu sebanyak 13 responden (56.5%) dan 10 responden (43.5%) ada gangguan kognitif. Peneliti berasumsi hal ini dikarenakan masih banyaknya penderita stroke pertama, sehingga hasil yang didapatkan sebagian besar responden tidak ada gangguan kognitif (normal). Akan tetapi responden-responden yang dikategorikan tidak ada gangguan kognitif (normal) tersebut tidak normal secara sempurna, melainkan sudah terdapat gejala dimana responden tersebut mengalami penurunan fungsi kognitif. Selain itu, gangguan kognitif yang dialami responden dapat disebabkan karena adanya beberapa kondisi fisik maupun penyakit yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya gangguan kognitif. Misalnya seperti usia, adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, dan merokok. Gangguan kognitif yang dialami responden bervariasi, baik dalam domain orientasi, registrasi, atensi, mengingat kembali, bahasa maupun meniru. Gangguan kognitif adalah suatu gangguan fungsi luhur otak berupa gangguan orientasi, konsentrasi, daya ingat dan bahasa serta fungsi intelektual (Hikmah, 2008) 19. Gangguan fungsi kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak karena kemampuan untuk berpikir akan dipengaruhi oleh otak (Hasra. dkk, 2014) 20. Menurut Wreksoatmodjo (2014) 21 ada beberapa kondisi fisik dan penyakit yang merupakan faktor resiko gangguan fungsi kognitif, yaitu usia, jenis kelamin, ras, genetik, tekanan darah, penyakit jantung, diabetes mellitus, kadar lipid dan kolesterol, obesitas, nutrisi, alkohol, merokok dan trauma. Stroke meningkatkan risiko untuk mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 3 kali (Arfa, 2013) 22. Sehingga penurunan atau gangguan kognitif merupakan efek yang biasa terjadi pada stroke. Gangguan kognitif yang umum timbul pada stroke adalah gangguan perhatian, bahasa, masalah memori, persepsi, pembuatan keputusan, disfungsi eksekutif sehingga mempengaruhi kemampuan untuk menganalisis, menafsirkan, merencanakan, mengatur dan melaksanakan informasi yang kompleks (Hasra, dkk., 2014) Nur Hikmah, Pengaruh Masa Pemberian Terapi Terhadap Perubahan Skor Mini Mental State Examination Pada Pemderita Stroke Iskemik Akut, Makassar, Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin, Indha Wardhani P.L.Hasra, dkk., Prevalensi Gangguan Fungsi Kognitif dan Depresi Pada Pasien Stroke Di Irina F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Manado, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Budi Riyanto Wreksoatmodjo, Beberapa Kondisi Fisik dan Penyakit yang Merupakan Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif, CDK (1): 25-32, Ratih Kusuma Dewi Arfa, Gangguan Fungsi Luhur Pada Stroke, Pada-Stroke#scribd, 22 April 2015 (16:30), Indha Wardhani P.L.Hasra, dkk., Prevalensi Gangguan Fungsi Kognitif dan Depresi Pada Pasien Stroke Di Irina F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Manado, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,

13 Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, dkk (2014) 24 yang mendapatkan hasil dari 33 responden yang diteliti, 25 orang responden (75,8%) tidak mengalami demensia (normal). Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa stroke dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kognitif, seperti gangguan orientasi, atensi, memori dan bahasa. Oleh karenanya untuk mengetahui adanya gangguan kognitif pasca stroke, perawat perlu melakukan tes fungsi kognitif pada pasien stroke dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan fungsi kognitif pasien. 3. Hubungan Frekuensi Stroke dengan Gangguan Kognitif Pasien Stroke Non-Hemoragik Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Fisher s exact test diperoleh p value = 0,039 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke nonhemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Dari 23 responden yang diteliti, didapatkan 15 responden dengan stroke pertama sebagian besar tidak ada gangguan kognitif (normal), yaitu sebanyak 11 responden (47.8%), dan sisanya 4 responden (17.4%) ada gangguan kognitif. Peneliti berasumsi adanya 4 responden yang mengalami gangguan kognitif pada stroke pertama dikarenakan adanya kerusakan sel-sel otak akibat stroke. Letak dan luas area kerusakan/infark turut berpengaruh terhadap gangguan kognitif ini, akan tetapi 2 hal tersebut tidak menjadi variabel dalam penelitian ini. Selain karena kerusakan sel-sel otak akibat stroke itu sendiri, adanya beberapa faktor resiko pada pasien dapat meningkatkan terjadi gangguan kognitif. Misalnya seperti faktor usia, adanya 4 responden dengan riwayat hipertensi, 1 responden dengan diabetes mellitus, dan 2 responden dengan kebiasaan merokok. Ratnasari (2010) 25 menyatakan bahwa penurunan atau gangguan kognitif merupakan efek yang biasa terjadi pada stroke. Gangguan fungsi kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak karena kemampuan untuk berpikir akan dipengaruhi oleh otak (Hasra. dkk, 2014) 26. Kerusakan sel-sel otak pasca stroke menyebabkan kecacatan fungsi kognitif, sensorik, maupun motorik (Arfa, 24 Sri Rahayu. Dkk., Hubungan Frekuensi Stroke Dengan Fungsi Kognitif Di RSUD Arifin Achmad. JOM PSIK 1(2): 1-10, Dewi Ratnasari, Perbedaan Skor Fungsi Kognitif Stroke Iskemik Pertama Dengan Iskemik Berulang Dengan Lesi Hemisfer Kiri, Surakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Indha Wardhani P.L.Hasra, dkk., Prevalensi Gangguan Fungsi Kognitif dan Depresi Pada Pasien Stroke Di Irina F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Manado, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi,

14 2013) 27. Selain karena kerusakan sel otak akibat stroke, ada beberapa kondisi fisik maupun penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif. Selain itu terdapat 8 responden dengan stroke berulang yang sebagian besar responden mengalami gangguan kognitif, yaitu sebanyak 6 responden (26.1%), dan 2 responden (8.7%) tidak mengalami gangguan kognitif (normal). Peneliti berasumsi banyaknya responden stroke berulang yang mengalami gangguan kognitif dikarenakan adanya kerusakan sel-sel otak terutama pada area fungsi kognitif akibat serangan stroke sebelumnya dan bertambah akibat stroke yang berulang. Selain itu faktor usia, hipertensi, obesitas dan kurangnya aktifitas dapat mempengaruhi dan meningkatkan terjadinya gangguan kognitif. Frekuensi serangan ulang pada area vaskuler yang berbeda karena oklusi mendadak pada pembuluh darah yang sebelumnya normal pada serangan pertama, menyebabkan manifestasi klinis stroke semakin memburuk (Arfa, 2013). Disamping kerusakan pada stroke pertama belum benar-benar pulih, faktor resiko terjadinya kecacatan dan kematian akan terus meningkat setiap stroke berulang terjadi. Salah satu akibat dari stroke berulang adalah penderita mengalami gangguan kognitif yang parah, misalnya benar-benar banyak lupa tentang hidupnya,dan hal ini jarang pulih sempurna bahkan justru bisa bertambah buruk seiring dengan waktu (Damayanti, 2011) 28. Risiko terjadinya gangguan kognitif pada pasien post stroke akan semakin meningkat bila pasien tersebut juga dibarengi risiko seperti hipertensi, hiperlipidemia, aterosklerosis, homosisteinemia, diabetes mellitus, sakit jantung, hipotensi, inaktivitas fisik, obesitas, koagulopati, riwayat merokok, konsumsi alkohol, serta pernah mengalami stroke sebelumnya dan stroke pertama kali saat usia lebih dari 50 tahun (Arfa, 2013). SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 23 responden tentang hubungan frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Frekuensi stroke pada pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebagian besar merupakan stroke pertama yaitu sebesar 65.2%. 27 Ratih Kusuma Dewi Arfa, Gangguan Fungsi Luhur Pada Stroke, Pada-Stroke#scribd, 22 April 2015 (16:30), Christie Damayanti, Bagaimana Aku Mengatasi Kesulitan Berpikir (Kognitif) Sebagai Penderita Pasca Stroke?, 01 Mei 2015 (16.51),

15 2) Gangguan kognitif pada pasien stroke non-hemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebagian besar adalah yang tidak mengalami gangguan kognitif yaitu sebesar 56.5%. 3) Terdapat hubungan antara frekuensi stroke dengan gangguan kognitif pasien stroke nonhemoragik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 2. Saran 1) Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memasukan pengkajian atau evaluasi fungsi kognitif ke dalam kurikulum pembelajaran mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan dan mahasiswa tentang gangguan serta evaluasi fungsi kognitif. 2) Untuk pihak RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, guna meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan penyediaan layanan pemeriksaan fungsi kognitif bagi pasien stroke. 3) Untuk perawat, guna untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan diharapkan dapat melakukan pengkajian fungsi kognitif pada pasien stroke agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat disesuaikan dengan fungsi kognitif pasien. 4) Bagi responden diharapakan dapat memperhatikan serta mengontrol faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan terjadinya stroke berulang serta gangguan kognitif atau demensia pasca stroke. 5) Untuk peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat melakukan penelitian dengan sampel yang lebih besar dan dapat menambahkan variabel lain seperti letak lesi, luas area lesi, serta faktorfaktor lain yang mempengaruhi fungsi kognitif. DAFTAR PUSTAKA Arfa, Ratih Kusuma Dewi Gangguan Fungsi Luhur Pada Stroke April 2015 (16:30) Damayanti, Christie Bagaimana Aku Mengatasi Kesulitan Berpikir (Kognitif) Sebagai Penderita Pasca Stroke? Mei 2015 (16.51) Depkes RI Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Gorontalo Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes. Jakarta Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia 11

16 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes. Jakarta Ginsberg, Lionel Lecture Notes Neurologi, Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta Goldszmidt MD dan Caplan MD Stroke Esensial, Edisi Kedua. PT Indeks. Jakarta Harsono Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Hasra, Indha Wardhani P.L. dkk Prevalensi Gangguan Fungsi Kognitif dan Depresi Pada Pasien Stroke Di Irina F BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado Hernanta, Iyan Ilmu Kedokteran Lengkap Tentang Neurosains. D-Medika. Jogjakarta Hikmah, Nur Pengaruh Masa Pemberian Terapi Terhadap Perubahan Skor Mini Mental State Examination Pada Pemderita Stroke Iskemik Akut. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin. Makassar Muttaqin, Arif Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika. Jakarta Rahayu, Sri. dkk Hubungan Frekuensi Stroke Dengan Fungsi Kognitif Di RSUD Arifin Achmad. JOM PSIK 1(2): 1-10 Ratnasari, Dewi Perbedaan Skor Fungsi Kognitif Stroke Iskemik Pertama Dengan Iskemik Berulang Dengan Lesi Hemisfer Kiri. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta Rau, Muhammad Jusman. Koto, Firdaus Faktor Risiko Kejadian Stroke di RSUD Undata Palu Tahun _. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako. Palu Siswanto, Yuliaji Beberapa Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Berulang (Studi Kasus di RS Dr. Kariadi Semarang). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang Smeltzer, Suzanne C. Bare, Brenda G Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC. Jakarta Wreksoatmodjo, Budi Riyanto Beberapa Kondisi Fisik dan Penyakit yang Merupakan Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. CDK (1): Yudawijaya, Agus. dkk Homosistein Plasma dan Perubahan Skor Fungsi Kognitif pada Pasien Pasca Stroke Iskemik. Media Medika Indonesiana 45(1):

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke bukan lagi penyakit yang asing bagi masyarakat luas belakangan ini. Sudah banyak orang yang mengalaminya, mulai dari usia produktif sampai usia tua dan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran darah otak. Terdapat dua macam stroke yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah suatu gangguan fungsional otak dengan tanda dan gejala fokal maupun global, yang terjadi secara mendadak, berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi bidang ilmu penyakit dalam dengan sub bidang geriatri dan endokrinologi serta bidang ilmu saraf dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian utama di dunia. Stroke membunuh lebih dari 137.000 orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang dimanfaatkan sehingga menyebabkan hiperglikemia,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena terdapat gangguan aliran darah ke otak, sehingga mengakibatkan munculnya gejala defisi neurologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu keadaan akut yang disebabkan oleh terhentinya aliran darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011). Lebih ringkas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kematian di Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit yang disebabkan karena terhambatnya aliran darah ke otak, biasanya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi 51 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian R0 K1 R0 K2 R1 K1 R1 K2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan kerusakan neurologis. Kerusakan neurologis tersebut dapat disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang terjadi akibat penyakit kardiovaskular. Kelainan terjadi pada pembuluh darah di otak dan bersifat fokal. Stroke merupakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional) terhadap 46 orang responden pasca stroke iskemik dengan diabetes mellitus terhadap retinopati diabetika dan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hipertensi merupakan peningkatan dari tekanan darah systolik diatas standar. Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (angka prevalensi) yang cukup tinggi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (581-592) TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR Rini Suharni, Indarwati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah hilangnya fungsi otak secara cepat akibat gangguan pada pembuluh darah dalam mengalirkan darah ke otak. Ini bisa disebabkan oleh adanya iskemi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan di bidang perekonomian sebagai dampak dari pembangunan menyebabkan perubahan gaya hidup seluruh etnis masyarakat dunia. Perubahan gaya hidup menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi jalannya suatu penyakit dan status

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012 Muh. Anwar Hafid Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Stroke... HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012 Muh. Anwar Hafid* *Program Studi

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Jurnal Kesehatan Kartika 7 HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemasalahan kesehatan yang berkaitan dengan penyakit degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi di dunia. Stroke merupakan penyakit neurologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Fadhil Al Mahdi STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin *korespondensi

Lebih terperinci

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang) BAB. 3. METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Jenis Penelitian Desain Penelitian : Observational : Cross sectional (belah lintang) Rancang Bangun Penelitian N K+ K- R+ R- R+ R- N : Penderita

Lebih terperinci

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). BAB IV MEDOTE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi). 4.2 Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMF Neurologi RSUP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI ABSTRAK FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program Studi Ilmu Keperawatan Tekanan darah tinggi biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan tantangan besar di Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi

BAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menyebabkan gangguan neurologis berdasar berat ringannya gangguan pembuluh darah. Pada stroke, gejala utama yang timbul adalah defisit neurologis mendadak, didahului

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik 74 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik dengan hipertensi terhadap retinopati hipertensi dan gangguan kognitif yang datang berobat ke poli penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut American Heart

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tidak Menular (PTM), merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Empat jenis PTM utama menurut WHO adalah penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada sebagian besar kasus, tidak menunjukkan gejala apa pun hingga pada suatu hari hipertensi menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah koroner.

Lebih terperinci

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sehat secara jasmani dan rohani adalah keinginan setiap manusia moderen, di era pembangunan di segala bidang yang kini sedang digalakkan pemerintah dituntut sosok manusia

Lebih terperinci

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai dengan Desember 2011 di instalasi rawat jalan Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Pengambilan subyek penelitian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN Dinamika Kesehatan, Vol. 7 No.1 Juli 2016 Basit, e.t al., Hubungan Lama Kerja dan Pola Istirahat HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Data epidemiologis menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan penyakit cerebrovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup akibat meningkatnya pelayanan kesehatan dapat diperkirakan bahwa pada masa depan akan terjadi perubahan pola penyakit. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang Analisis Faktor Risiko Kejadian di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang Leny Sukmawati 1 M. Naharuddin Jenie 2 Hema Dewi Anggraheny 3 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut definisi WHO tahun 2005, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN FUNGSI KOGNITIF DI RSUD ARIFIN ACHMAD

HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN FUNGSI KOGNITIF DI RSUD ARIFIN ACHMAD HUBUNGAN FREKUENSI STROKE DENGAN FUNGSI KOGNITIF DI RSUD ARIFIN ACHMAD Sri Rahayu 1,Wasisto Utomo 2, Sri Utami 3 Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Email: aiupsikur@gmail.com Abstract The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit yang utama menyebabkan cacat dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia, sehingga stroke menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting saat ini. Dua pertiga stroke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon perubahan yang terjadi di dalam atau luar tubuh atau lingkungan. Sistem saraf juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah penyakit neurologis terbanyak yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan sensorik. Kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stroke merupakan masalah medis yang serius karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat, kecacatan dan biaya yang dikeluarkan sangat besar. Kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Stroke adalah salah satu sindrom neurologi yang merupakan masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan penyebab utama angka mortalitas di seluruh dunia.

Lebih terperinci

Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Jurnal e-clinic (ecl), Volume, Nomor, Juli 0 GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK MENGGUNAKAN MINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK BLU RSUP PROF. DR.

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI Annisa Yuliana Salim, Anjar Nurrohmah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan; Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah di atas 140/90 mmhg (Depkes, 2006a). Hipertensi juga disebut sebagai the sillent killer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah besar di bidang kesehatan masyarakat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak. Stroke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang saat ini dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga menghadapi dampak perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan gangguan mood yang ditandai dengan penderita terlihat sedih, murung, kehilangan semangat, mengalami distorsi kognitif misalnya kepercayaan diri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) berdasarkan yang pernah didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen, dan berdasarkan diagnosis dokter atau gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk biopsikososial dan spiritual yang utuh dalam arti merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Lebih terperinci