BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bahan dasar campuran antara enceng gondok dan kotoran sapi serta air sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ESTIMASI ENERGI KALOR BIOGAS DARI CAMPURAN ECENG GONDOK DAN KOTORAN SAPI

BAB II KAJIAN TEORI. volume gas dalam suatu wadah tertutup, dimana temperatur dijaga konstan. Adapun

III. METODE PENELITIAN

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI DAN KOTORAN SAPI DALAM PEMBUATAN BIOGAS MENGGUNAKAN ALAT ANAEROBIC BIODIEGESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F

PEMBUATAN ENERGI ALTERNATIF BIOGAS DENGAN BAHAN BAKU SAMPAH SAYURAN KUBIS

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PERBEDAAN STATER TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DENGAN BAHAN BAKU ECENG GONDOK

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

Chrisnanda Anggradiar NRP

BAB TEORI KINETIK GAS

BAB I PENDAHULUAN. terjamah oleh fasilitas pelayanan energi listrik, dikarenakan terbatasnya pelayanan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2015 dan bertempat di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

JURNAL PENGEMBANGAN BIODIGESTER BERKAPASITAS 200 LITER UNTUK PEMBUATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

PENGARUH EM4 (EFFECTIVE MICROORGANISME) TERHADAP PRODUKSI BIOGAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKU KOTORAN SAPI

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

BAB 14 TEORI KINETIK GAS

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

BAB III PERANCANGAN ALAT

PENGARUH EFFECTIVE MICRO ORGANISM 4 (EM 4 ) PADA TEKANAN PRODUKSI GAS METHANA BIODIGESTER CONTINOUS MODEL FIXED DRUM TERHADAP LAMA GAS MAMPU TERBAKAR

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

Q = ΔU + W.. (9 9) Perjanjian tanda yang berlaku untuk Persamaan (9-9) tersebut adalah sebagai berikut.

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas

PEMBUATAN INSTALASI UNTUK BIOGAS DARI ENCENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES ) YANG EFISIEN UNTUK LAHAN KECIL

PERENCANAAN ANAEROBIC DIGESTER SKALA RUMAH TANGGA UNTUK MENGOLAH LIMBAH DOMESTIK DAN KOTORAN SAPI DALAM UPAYA MENDAPATKAN ENERGI ALTERNATIF

RANCANG BANGUN REAKTOR BIOGAS TIPE PORTABLE DARI LIMBAH KOTORAN TERNAK SAPI Design of Portable Biogas Reactor Type for Cow Dung Waste

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE, PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kaya akan sumber daya alam dan terbatas ilmu. fosil mendapat perhatian lebih banyak dari kalangan ilmuan dan para

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

POTENSI BIOGAS SAMPAH SISA MAKANAN DARI RUMAH MAKAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

PEMANFAATAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah perlunya usaha untuk mengendalikan akibat dari peningkatan timbulan

EFISIENSI PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS TERHADAP PENAMBAHAN EFFECTIVITAS MICROORGANISME

maupun buah yang busuk yang berasal dari pasar atau pertanian. Sehingga energi

III. METODOLOGI. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

LAMPIRAN I DATA PENELITIAN. Tabel 12. Data Harian Digester No.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

III. METODE PENELITIAN

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan

sifat-sifat gas ideal Hukum tentang gas 3. Menerapkan konsep termodinamika dalam mesin kalor

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

Teori Kinetik Gas. C = o C K K = K 273 o C. Keterangan : P2 = tekanan gas akhir (N/m 2 atau Pa) V1 = volume gas awal (m3)

I. PENDAHULUAN. perantara jamu gendong (Muslimin dkk., 2009).

LABORATORIUM ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

Teori Kinetik Gas Teori Kinetik Gas Sifat makroskopis Sifat mikroskopis Pengertian Gas Ideal Persamaan Umum Gas Ideal

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

Pilihan ganda soal dan jawaban teori kinetik gas 20 butir. 5 uraian soal dan jawaban teori kinetik gas.

Presentasi Tugas Akhir. Hubungan antara Hydraulic Retention Time (HRT) dan Solid Retention Time (SRT) pada Reaktor Anaerob dari Limbah sayuran.

FIsika TEORI KINETIK GAS

4 m 3 atau 4000 liter Masukan bahan kering perhari. 6Kg Volume digester yang terisi kotoran. 1,4 m 3 Volume Kebutuhan digester total

Panas dan Hukum Termodinamika I

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX

BAB I PENDAHULUAN. liternya. Sehingga 95% masyarakat beralih ke gas elpiji. Konsumsi elpiji pada

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. permukiman dimana manusia beraktifitas di dalamnya.

Tata Cara penelitian

WUJUD ZAT (GAS) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kecil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

SNTMUT ISBN:

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 11. ENERGI DAN JENISNYA LATIHAN SOAL BAB 11

SNTMUT ISBN:

BAB TEEORI KINETIK GAS

Transkripsi:

29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berikut adalah tabel hasil penelitian mengenai Biogas dengan menggunakan bahan dasar campuran antara enceng gondok dan kotoran sapi serta air sebagai pegencer yakni dengan perbandingan campuran 1:1:1. Karena yang digunakan adalah bahan yang basah. Dalam penelitian ini yang divariasikan adalah waktu fermentasi yakni dengan melakukan penambahan waktu fermentasi 2 hari, 4 hari, 6 hari, 8 hari, 10 hari, dan 12 hari setelah proses fermentasi 21 hari berakhir. Variasi waktu fermentasi ini berakhir pada hari ke 12 karena pada hari ke 12 produksi telah berhenti yang ditandai dengan air pada manometer yang tidak naik lagi. Hal ini diakibatkan oleh bahan baku yang terdapat dalam digester telah mengendap, sehingga aliran gas terhambat (Karki, et al, 2005). Tabel 5. Hasil Pengamatan Temperatur dan Ketinggian Pada Manometer. Massa Campuran Eceng Gondok : kotoran sapi : Air (kg) Hari Temperatur ( 0 C) h (cm) 32 : 32 : 32 Ke 2 33 4 32 : 32 : 32 Ke 4 34 5 32 : 32 : 32 Ke 6 33 7 32 : 32 : 32 Ke 8 33 9 32 : 32 : 32 Ke 10 34 11 32 : 32 : 32 Ke 12 33 15 Pada dasarnya jika berpatokan pada teori kinetik gas yaitu pada alat pengukur tekanan berupa manometer yang berisi zat cair, nilai ketinggian zat cait sudah dapat

30 mewakili atau dapat kita jadikan sebagai nilai tekanan. Akan tetapi untuk mendistribusi data tersebut kedalam persamaan PV nrt (2.1) yaitu untuk menentukan jumlah mol gas membutuhkan nilai tekanan dengan satuan pa, sedangkan pada nilai ketinggian terukur hanya memilki satuan cm. Untuk mendapatkan nilai tekanan dengan satuan pa, maka nilai ketinggian pada manometer h, terlebih dahulu didistribusi kedalam persamaan P merupakan perbedaan ketinggian pada manometer. gh (2.10) dimana h Dari hasil pengamatan pada tabel 5 diatas, terlihat bahwa nilai temperatur hampir konstan yaitu 33 0 C dan 34 0 C, dan nilai ketinggian air pada manometer meningkat. Hal ini disebabkan karena biogas diproduksi pada temperatur optimum yaitu 35 0 C, diatas 35 0 C produksi biogas akan berhenti karena bakteri akan mati, dibawah 20 0 C produksi gas akan menurun, dan dibawah 10 0 C produksi gas akan berhenti karena bakteri tidak akan bekerja pada suhu dingin (Karki, 2005). Oleh karena nilai temperatur hasil penelitian mendekati nilai temperatur optimum produksi biogas, maka gas metan diproduksi dengan baik oleh bakteri metanogen, sehingga produksi gas meningkat. Dari hasil pengamatan pada tabel 5, dengan menggunakan nilai temperatur, dapat ditentukan besarnya energi kinetik translasi secara analitik dengan menggunakan persamaan EK 3 kt (2.8), hasil yang diperoleh adalah seperti yang 2 terdapat dalam tabel 6. Untuk menentukan besarnya tekanan gas, digunakan nilai h pada tabel 5. Besarnya tekanan gas dapat ditentukan secara analitik dengan

31 menggunakan persamaan P seperti terdapat dalam tabel 6. gh (2.10), dengan hasil yang diperoleh adalah Tabel 6. Hasil Perhitungan Tekanan dan Energi Kinetik Translasi Rata-Rata No Hari h (cm) Tekanan (pa) Temperatur ( 0 C) Energi Kinetik (J) 1 2 4 392 33 633,42 x 10-23 2 4 5 490 34 635,49 x 10-23 3 6 7 686 33 633,42 x 10-23 4 8 9 882 33 633,42 x 10-23 5 10 11 1078 34 635,49 x 10-23 6 12 15 1470 33 633,42 x 10-23 Tabel diatas merupakan tabel hasil perhitungan tekanan dan energi kinetik translasi rata-rata biogas yang dihasilkan dari campuran 1:1:1 antara eceng gondok, kotoran sapi dan air. Pada variasi penambahan waktu fermentasi hari ke 2, Tekanan gas meningkat hingga variasi penambahan waktu fermentasi hari ke 12 dan berhenti pada hari ke 12 tersebut. 1600 1400 Grafik Perubahan Tekanan Per Hari 1200 Tekanan (N/m 2 ) 1000 800 600 400 2 4 6 8 10 12 Hari ke Gambar 6. Grafik peningkatan Tekanan gas setiap selang waktu 2 hari

32 Dari grafik diatas merupakan grafik peningkatan tekanan gas setiap selang waktu 2 hari setelah proses fermentasi selama 21 hari. Terlihat pada grafik, tekanan gas meningkat secara perlahan di hari ke 2 hingga hari ke 12. Dari grafik ini juga dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan tekanan gas pada selang waktu 2 hari setelah fermentasi juga merupakan proses dimana waktu fermentasi biogas bertambah. Begitu pula dengan hari ke 4, hari ke 6, hari ke 8, hari ke 10, dan hari ke 12. Jadi grafik tersebut juga menyatakan hubungan antara tekanan dengan waktu fermentasi, dimana semakin lama waktu fermentasi, maka tekanan gas yang dihasilkan semakin meningkat. Untuk menentukan besarnya energi dalam gas, terlebih dahulu yang dilakukan adalah menentukan nilai mol gas (n) dengan mendistribusi nilai tekanan (P), nilai temperatur (T), dan nilai volume gas kedalam persamaan PV nrt (2.1). Volume gas dalam penelitian ini adalah volume gas yang dihasilkan per kg bahan baku, dimana produksi biogas dengan bahan baku kotoran sapi adalah 0.023-0.040 m 3 /kg bahan, sedangkan untuk bahan baku kotoran sapi dengan campuran bahan organik lainnya produksi biogas adalah 0.028 m 3 /kg bahan (Karki, 2005). Dalam penelitian ini digunakan 32 kg campuran bahan kotoran sapi dengan eceng gondok, sehingga volume gas yang dihasilkan adalah 0.896 m 3. Hasil yang diperoleh adalah seperti yang terdapat dalam tabel 7. Setelah nilai mol diperoleh, dari nilai tersebut dapat ditentukan nilai energi dalam gas (U) dengan menggunakan persamaan U 5 NkT (2.13). Persamaan ini 2 merujuk pada gambar gambar 2 pada kajian teori. Hasil yang diperoleh adalah

33 seperti terdapat dalam tabel 7. Untuk menentukan energi kalor, digunakan persamaan (2.14) yaitu U Q W. Karena tidak ada kerja (penekanan gas) yang dilakukan sehingga W 0, maka Q U. Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai Q seperti terdapat dalam tabel 7. Untuk menentukan besarnya energi dalam gas CH 4, yang dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan nilai mol gas CH 4 yaitu dengan mendistribusi nilai temperatur (T), nilai tekanan (P), dan nilai volume gas CH 4 kedalam persamaan PV nrt (2.1). Dengan merujuk pada tabel 1, yaitu tabel komponen penyusun biogas, gas metan (CH 4 ) memiliki komposisi 55-75% (Al Seadi,et al, 2008). Komposisi yang diambil adalah 65%, dari volume gas total, sehingga volume gas CH 4 adalah 0.582 m 3. Dari hasil perhitungan, maka didapatkan jumlah mol gas metan (CH 4 ) seperti yang terdapat dalam tabel 7. Setelah nilai mol diperoleh, dari nilai tersebut dapat ditentukan nilai energi dalam gas (U) dari gas metan (CH 4 ) dengan menggunakan persamaan U 5 2 NkT (2.13). Persamaan ini merujuk pada gambar gambar 2 pada kajian teori. Hasil yang diperoleh adalah seperti terdapat dalam tabel 7. Untuk menentukan energi kalor gas metan (CH 4 ), digunakan persamaan (2.14) yaitu U Q W. Karena tidak ada kerja (penekanan gas) yang dilakukan sehingga W 0, maka Q U. Dari hasil perhitungan tersebut, diperoleh nilai Q gas metan (CH 4 ) seperti terdapat dalam tabel 7.

34 Tabel 7. Tabel Hasil Perhitungan Jumlah Mol, Energi Dalam dan Energi Kalor Gas No P (pa) n (mol) U (Joule) Q (kal) n CH 4 (mol) U CH 4 (Joule) Q CH 4 (kal) 1 392 0,138 877,03 208,81 0,089 569,85 135,67 2 490 0,171 1096,62 261,1 0,111 712,3 169,59 3 686 0,241 1535,27 365,54 0,156 997,24 237,43 4 882 0,31 1973,92 469,98 0,201 1282,16 305,27 5 1078 0,378 2412,5 574,42 0,245 1567,09 373,11 6 1470 0,517 3289,86 783,3 0,34 2166,02 515,71 Gambar 7 dan gambar 8 berikut merupakan grafik hubungan jumlah mol gas dengan nilai kalor gas total dan nilai kalor gas CH 4. 800 700 Q Gas Total Nilai Kalor (kal) 600 500 400 300 200 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 Nilai Mol (mol) Gambar 7. Grafik Hubungan Jumlah Mol dengan Nilai Kalor Gas Total Dari gambar 7 diatas diketahui bahwa nilai kalor gas total meningkat seiring dengan jumlah mol gas yang juga meningkat.

35 550 500 450 Q Gas CH 4 400 Nilai Kalor (kal) 350 300 250 200 150 100 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 Nilai Mol (mol) Gambar 9. Grafik Hubungan Jumlah Mol dengan Nilai Kalor Gas CH 4 Dari gambar diatas menunjukkan bahwa nilai kalor gas CH 4 meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah mol gas CH 4. 800 700 Q total Q CH 4 600 Nilai Mol (mol) 500 400 300 200 100 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Tekanan (N/m 2 ) Gambar 10. Grafik Hubungan Tekanan Dengan Nilai Kalor Dari gambar 10 diatas, dapat dilihat bahwa semakin besar tekanan gas, maka nilai kalor gas juga semakin besar.

36 4.2 Pembahasan Pada dasarnya proses pembuatan biogas untuk skala penelitian atau individu membutuhkan waktu fermentasi selama 18-21 hari dengan perbandingan campuran bahan baku adalah 1:1 (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008). Penelitian ini dilakukan dalam 2 kali proses fermentasi yaitu dalam waktu 21 hari pertama dan 21 hari kedua, hal ini dikarenakan pada proses fermentasi 21 hari pertama gas tidak terbentuk karena pengisian bahan baku yang tidak sesuai dengan standar teknik pengisian digester biogas. Dalam proses fermentasi 21 hari pertama, digunakan bahan dengan campuran masing-masing untuk eceng gondok 15 kg, kotoran sapi 15 kg dan air 15 kg. Setelah itu kembali dilakukan pengisian sesuai standar teknik pengisian digester biogas. Bahan baku yang digunakan masing-masing untuk eceng gondok 32 kg, lotoran sapi 32 kg, dan air 32 kg. Sehingga total bahan dalam digester biogas adalah 96 kg campuran antara eceng gondok, kotoran sapi, dan air. Setelah proses pengisian dilakukan, dalam waktu 21 hari berikutnya gas sudah terbentuk yang ditandai dengan naiknya permukaan zat cair pada manometer. Penggunaan bahan baku dengan campuran 32:32:32 masing-masing eceng gondok : kotoran sapi : air, dilakukan sesuai dengan standar pengisian digester biogas, dimana pengisian dilakukan memenuhi 2/3 bagian dari digester, hal ini dilakukan agar gas yang dihasilkan tertampung pada bagian paling atas dari digester dan tidak keluar melalui lubang masukan maupun lubang keluaran (Karki, 2005). Apabila pengisian bahan dibawah atau mendekati lubang keluaran maupun lubang masukan, maka gas akan mudah keluar.

37 Berikut ini adalah gambar standar pengisian bahan pada digester biogas, Lubang masukan Ruang penampung bahan Ruang penampung gas Lubang keluaran Gambar 10. Standar pengisian digester biogas. Sumber: Dokumen Pribadi Setelah pengisian bahan baku dilakukan sesuai dengan standar pengisian bahan baku biogas, pada fermentasi 21 hari berikutnya gas sudah terbentuk yang ditandai dengan naiknya posisi ketinggian air pada manometer. Sebelum dilakukan pengambilan data perubahan ketinggian air, terlebih dahulu dilakukan variasi pada waktu fermentasi yaitu dengan melakukan penambahan waktu 2 hari, 4 hari, 6 hari, dan seterusnya hingga produksi biogas berhenti. Pada variasi penambahan waktu fermentasi hari ke 12 gas sudah berhenti diproduksi yang ditandai dengan air pada manometer yang tidak naik lagi. Data hasil percobaaan, hasil perhitungan, dan grafik perbandingan dapat dilihat pada poin (4.1) yaitu hasil penelitian. Berdasarkan variasi penambahan waktu fermentasi 2 hari, 4 hari, 6 hari 8 hari, 10 hari, dan 12 hari dalam penelitian ini, dapat diketahui pada hari keberapa biogas dihasilkan dengan tekanan yang maksimum yaitu pada hari ke 12, akan tetapi tidak bisa diketahui pada hari keberapa setelah hari ke 12 tekanan gas konstan dan kemudian menurun. Hal ini disebabkan karena pengambilan data hanya sampai pada keadaan dimana gas berproduksi dengan maksimum, tidak sampai pada keadaan

38 dimana produksi gas menurun. Dalam penelitian ini juga tidak dapat diketahui pada perbandingan campuran bahan manakah biogas diproduksi dengan baik karena dalam penelitian ini perbandingan campuran masing-masing eceng gondok, kotoran sapi dan air adalah 1:1:1. Karena itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yaitu dengan menggunakan bahan yang sama tetapi dengan memvariasikan perbandingan campuran masing-masing eceng gondok, kotoran sapi, dan air 1:2:1, 2:2:1, dan perbandingan lainnya. Salah satu penelitian tentang biogas yang pernah dilakukan sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Joko Sutrisno yaitu pembutan biogas dari bahan sampah sayuran (kubis, kangkung, dan bayam). Pada penelitiannya, Joko Sutrisno menggunakan sampah sayuran seperti kubis, kangkung, dan bayam, sebagai bahan baku pembuatan biogas untuk ditentukan bahan manakah dari ketiga bahan tersebut yang menghasilkan tekanan gas tertinggi dan juga berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh masing-masing bahan untuk memproduksi gas. Dalam penelitiannya, Joko Sutrisno menggunakan masing-masing 30 kg bahan sampah sayuran dengan perbandingan campuran bahan dengan air adalah 1:1, serta penggunaan 500 ml cairan EM4 pada setiap sampel bahan. Cairan EM4 atau Effective Mikroorganisme yang digunakan merupakan cairan fermentasi yang sering digunakan untuk mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan yang dapat meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktifitas serangga hama dan mikroorganisme pathogen (Nugroho, 2005). Pembacaan tekanan gas yang dihasilkan, dilakukan selama 7 hari dengan menggunakan manometer pipa U, sedangkan lama waktu fermentasi untuk setiap sampel bahan tidak diketahui.

39 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa tekanan gas tertinggi masing-masing untuk bahan sayuran kubis adalah 52 mm, kangkung 55 mm, dan bayam 58 mm. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa bahan sayuran bayam menghasilkan tekanan gas tertinggi diantara bahan kubis dan kangkung. Untuk lama produksi gas, didapatkan bahwa untuk bahan sayuran kubis gas diproduksi selama 80 jam, untuk bahan sayuran kangkung selama 152 jam, dan sayuran bayam selama 127 jam. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan gas, bahan sayuran kangkung membutuhkan waktu paling lama diantara bahan sayuran yang lainnya yaitu 152 jam. Penelitian yang dilakukan oleh Joko Sutrisno dengan penelitian ini memiliki hasil yang berbeda, karena bila ditinjau dari waktu produksi gas, dalam penelitian Joko Sutrisno gas berproduksi maksimum yaitu pada 152 jam atau sekitar 6 hari, sedangkan dalam penelitian ini gas berproduksi maksimum pada hari ke 12 setelah proses fermentasi atau pada variasi waktu fermentasi hari ke 12. Hal ini disebabkan karena dalam penelitiannya, Joko Sutrisno menggunakan cairan EM4 untuk mempercepat proses fermentasi sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi gas lebih sedikit. Implementasi dari hasil penelitian ini adalah, seperti yang telah disebutkan pada latar belakang masalah, biogas merupakan sumber energi alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar terutama untuk memasak seperti minyak tanah karena saat ini minyak tanah sudah menjadi bahan bakar yang langka. Hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia membuktikan bahwa satu keluarga petani dengan anggota keluarga 4 orang membutuhkan minyak tanah rata-

40 rata 0.75 liter per hari, sedangkan 1 m 3 biogas setara dengan 0.50-0.60 liter minyak tanah. Artinya dibutuhkan minimal 2 m 3 biogas untuk memenuhi kebutuhan minyak tanah dalam sehari. Menurut (Karki, 2005) produksi biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi adalah 0.023-0.040 m 3 /kg bahan baku, sedangkan produksi biogas dari kotoran sapi dengan campuran bahan organik lainnya adalah 0.028 m 3 /kg bahan baku. Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah sebanyak 32 kg bahan campuran kotoran sapi dengan eceng gondok, sehingga didapatkan volume biogas yang dihasilkan adalah 3 3 32 kg 0.028 m 0.896 m. Karena setiap 1 m 3 biogas setara dengan 0.50-0.60 liter minyak tanah, maka 3 0.896 m 0.50 0.448 liter. Artinya volume biogas yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebanyak 0.896 m 3 setara dengan 0.448 liter minyak tanah. Hasil ini belum memenuhi kebutuhan rata-rata penggunaan minyak tanah dalam sehari, dimana rata-rata penggunaan minyak tanah adalah 0,75 liter. Untuk meningkatkan hasil ini, dapat digunakan bahan baku pembuatan biogas dalam jumlah yang lebih banyak. Energi kalor yang dihasilkan biogas adalah 252 kkal/0.028 m 3 (Tuti, 2006). Karena volume biogas yang dihasilkan dari 32 kg bahan baku campuran kotoran sapi dengan eceng gondok adalah 0.896 m 3, maka energi kalor yang dihasilkan adalah sebanyak 3 0,896 m 252 kkal 225, 792 kkal. Artinya dengan volume biogas yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sebanyak 0,896 m 3 setara dengan 225,792 kkal.