Endah Subekti Pengaruh Kombinasi Suplementasi..

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C PADA PAKAN NON KOMERSIAL TERHADAP EFISIENSI PAKAN PUYUH PETELUR

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN E PADA RANSUM TERHADAP FERTILITAS PUYUH. Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD DAN ASAM AMINO SINTETIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN, DAN PRODUKSI TELUR

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN A DAN E DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT TELUR DAN MORTALITAS EMBRIO AYAM KEDU HITAM

PENGARUH PENAMBAHAN FITASE DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BURUNG PUYUH PETELUR (Coturnix coturnix japonica)

IMBANGAN JANTAN- BETINA TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN KEMATIAN EMBRIO PADA BURUNG PUYUH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO METIONIN DAN LISIN DALAM RANSUM TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN MORTALITAS TELUR BURUNG PUYUH

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM RENDAH METIONIN TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) Jurusan/Program Studi Peternakan

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO DL-METIONIN DAN L-LISIN KADALUARSA DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

Ade Trisna*), Nuraini**)

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENGGUNAAN POLLARD DENGAN ASAM AMINO SINTESIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS FISIK TELUR

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN LEMURU DAN L-KARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN LEMAK KASAR ITIK LOKAL JANTAN (Anas plathyrynchos)

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

Efektivitas Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap Performa Puyuh Petelur Umur 7-14 Minggu

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

PENGARUH SUPLEMENTASI BETAIN DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Pengaruh Pemberian Mikrokapsul Minyak Ikan dalam Ransum Puyuh terhadap Performa Produksi

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

Irawati Bachari, Roeswandy, dan Agustina Nasution. Departemen Perternakan, Fakultas Pertanian USU

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

PENGARUH PENAMBAHAN BAKTERI ASAM LAKTAT DAN VITAMIN E DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN PROTEIN, RETENSI KALSIUM DAN FOSFOR PADA AYAM KEDU

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) TERHADAP KUALITAS TELUR PUYUH

Roesdiyanto, Rosidi dan Imam Suswoyo Fakultas Peternakan, Unsoed

Performans produksi burung puyuh (Coturnixcoturnix japonica) dengan perlakuan tepung limbah penetasan telur puyuh

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

pkecernaan NUTRIEN DAN PERSENTASE KARKAS PUYUH (Coturnix coturnix japonica) JANTAN YANG DIBERI AMPAS TAHU FERMENTASI DALAM RANSUM BASAL

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

PENGARUH JUMLAH TELUR TERHADAP BOBOT TELUR, LAMA MENGERAM, FERTILITAS SERTA DAYA TETAS TELUR BURUNG KENARI

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Substitusi Ransum Jadi dengan Roti Afkir Terhadap Performa Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Umur Starter Sampai Awal Bertelur

Pengaruh Pemberian Tepung Daun Teh Tua dalam Ransum terhadap Performan dan Persentase Lemak Abdominal Ayam Broiler

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 28 April 2016 di CV.

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

PEMANFAATAN TEPUNG PUPA ULAT SUTRERA (Bombyx mori) UNTUK PAKAN PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) JANTAN

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

PENGARUH SUBTITUSI MINYAK SAWIT OLEH MINYAK IKAN LEMURU DAN SUPLEMENTASI VITAMIN E DALAM RANSUM AYAM BROILER TERHADAP PERFORMANS.

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Denny Rusmana Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PEMANFAATAN TEPUNG CANGKANG TELUR AYAM RAS DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) SKRIPSI OLEH:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN YANG DISUPLEMENTASI EKSTRAK KULIT MANGGIS DALAM RANSUM

III. MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

Transkripsi:

PENGARUH KOMBINASI SUPLEMENTASI VITAMIN C DAN VITAMIN E SINTETIS TERHADAP PRODUKSI DAN DAYA TETAS TELUR PUYUH EFFECT OF COMBINATION BETWEEN VITAMINE C AND VITAMINE E SYNTHETIC SUPPLEMENTED TO PRODUCTION AND EGG HATCHABILITY OF QUAIL Endah Subekti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Abstract The experiment was conducted to determine the effect of vitamine C and vitamine E supplementation in quail diet on production, and egg hatchability. Two hundred and fourty three of female quails of one month old and eighty one of male quails of two month old were devided into nine dietary treatments. Each treatments was replicated three times with nine female quails and three male quails per replication. The nine dietary treatments were there of R0 (diet with CP 21 % and ME 2600 kcal/kg), R1 (R0 + 150 mg/kg vitamine C ), R2 (R0 + 300 mg/kg vitamine C), R3 ( R0 + 25 I.U/kg vitamine E ), R4 ( R0 + 50 I.U/kg vitamine E ), R5 ( R0 + 150mg/kg vitamine C + 25 I.U/kg vitamine E ), R6 ( R0 + 150 mg/kg vitamine C + E 50 I.U/kg vitamine E ), R7 ( R0 + 300 mg/kg vitamine C + 25 I.U/kg vitamine E ), R8 ( R0 + 300 mg/kg vitamine C + 50 I.U/kg vitamine E ). All dietary treatments and drinking water were given adlibitum. The measured variables were feed consumption, eggs production, fertility, and hatchability. The collected data were analysed using analysis of variance following a Completely Randomized Design and continued by Contrast Test if the result indicated significant differences. The result showed that vitamine C supplementation in quail diet was very significantly (P<0.01) increased feed consumption and eggs production. It showed significantly (P<0.05) increase on fertility and hatchability.vitamine E supplementation in quail diet caused very significant (P<0.01) increase on fertility, hatchability, but it did not significantly increase feed consumption and eggs production. Combination between vitamine C and vitamine E supplementation in quail diet caused very significant (P<0.01) increase on feed consumption, eggs production, fertility and hatchability. Diet combination between 300 mg/kg vitamine C and 50 IU/kg vitamine E (R8) resulted the best eggs production and hatchabilityof quail. Key word : Quail, Vitamine C, Vitamine E, Production, Hatchability MEDIARGO 45 VOL.1 NO. 2, 2005 : HAL : 45-57

PENDAHULUAN Puyuh merupakan jenis ternak yang mudah mengalami stres. Stressor ini dapat berupa cekaman panas, pergantian pakan secara moncolok, suara keras yang tiba-tiba dan tidak kontinyu. Stressor tersebut kadang tidak mudah untuk dihindari sehingga menyebabkan produksi telur puyuh turun atau bahkan tidak berproduksi sama sekali. Meskipun puyuh mampu mensintesis vitamin C dari dalam tubuhnya, namun pada kondisi tidak normal, seperti adanya tekanan dari lingkungan, gangguan nutrisi atau terkena penyakit, maka kebutuhan vitamin C meningkat melampaui batas kemampuan biosintesis puyuh tersebut. Untuk itu perlu suplementasi vitamin C dalam ransum puyuh, karena apabila terdapat stressor dari luar maka hormon corticosteroid dari glandula adrenal yang naik aktivitasnya dapat dihambat oleh vitamin C, sehingga vitamin C dapat digunakan sebagai anti stres, dengan demikian pengaruh buruk dari stressor dapat ditanggulangi. Komponen ransum puyuh yang sering mengandung lemak tidak jenuh seperti minyak jagung, minyak kelapa, minyak kedelai, minyak biji matahari, semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E, apalagi jika minyak-minyak tersebut dibiarkan mengalami ketengikan, maka dapat menyebabkan kerusakan vitamin E, sehingga dapat menyebabkan puyuh mengalami defisiensi vitamin E yang berakibat rendahnya daya tetas telur. Untuk itu perlu suplementasi vitamin E dalam ransum puyuh, karena vitamin E ini mempunyai peranan penting dalam proses reproduksi, diantaranya yaitu mencegah degenerasi epitel germinalis pada testis, sehingga produksi spermatozoa dan fertilitasnya dapat dipertahankan.vitamin C dan vitamin E merupakan antioksidan yang saling mendukung. Vitamin E sebagai antioksidan mampu memindahkan hidrogen fenolat kepada radikal bebas peroksil dari asam lemak tak jenuh ganda yang mengalami peroksidasi. Radikal bebas peroksil yang terbentuk dapat bereaksi dengan vitamin C menghasilkan kembali vitamin E (tokoferol) atau bereaksi dengan radikal bebas peroksil berikutnya sehingga cincin kromona dan rantai samping akan teroksidasi menjadi produk baru yang bukan radikal bebas. Sedang vitamin E dapat berperan sebagai kofaktor dalam sintesis vitamin C. Dengan demikian suplementasi vitamin C dan vitamin E dalam ransum puyuh dapat meningkatkan ketersediaan vitamin C dan vitamin E dalam tubuh sehingga menghasilkan produksi dan daya tetas telur yang lebih baik. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 46

MATERI DAN METODE Materi Penelitian Puyuh yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 243 ekor puyuh betina umur satu bulan dan 81 ekor puyuh jantan umur 2 bulan. Puyuh tersebut ditempatkan dalam kandang baterei yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta kode sesuai perlakuan. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan non komersial, dengan kadar protein kasar 20,5% dan energi termetabolis 2600 kcal/kg, dan diberi suplementasi vitamin C dan vitamin E sesuai dengan perlakuan. Susunan bahan baku dan komposisi kimia ransum dasar sebelum mendapat suplementasi vitamin C dan vitamin E dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Susunan bahan baku dan komposisi kimia ransum dasar (R0) Bahan Pakan Komp osisi (%) PK (%) LK (%) SK (%) Ca (%) P (%) ME (kcal/kg) Jagung 49,65 4,50 1,94 1,12 0,01 0,02 1596,00 kuning giling Bungkil 21 9,26 0,16 1,46 0,07 0,14 468,62 kedelai Tepung ikan 6 3,00 0,41 0,24 0,46 0,21 104,05 Meat bone 5 2,51 0,51 0,10 0,51 0,26 154,85 meal Bekatul 11 1,24 1,44 1,46 0,01 0,15 278,49 CaCO3 6 2,16 DL-Metionin 0,25 L-Lysin 0,30 NaCl 0,22 Premix B 0,50 Cholin 0,08 Jumlah 100,0 20,51 4,48 4,39 3,16 0,78 2602,28 Hasil analisis Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM,Yogyakarta Sembilan macam ransum perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berkut : RO = Ransum dasar dengan kandungan PK 21% dan ME 2600 kcal/kg R1 = RO + vitamin C 150 mg/kg R2 = RO + vitamin C 300 mg/kg Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 47

R3 = RO + vitamin E 25 IU/kg R4 = RO + vitamin E 50 IU/kg R5 = RO + vitamin C 150 mg/kg + vitamin E 25 IU/kg R6 = RO + vitamin C 150 mg/kg + vitamin E 50 IU/kg R7 = RO + vitamin C 300 mg/kg + vitamin E 25 IU/kg R8 = RO + vitamin C 300mg/kg + vitamin E 50 IU/kg Peralatan yang digunakan antara lain seperangkat untuk analisis proksimat beserta bahan kimianya, seperangkat untuk analisis kadar vitamin E, dan Mesin tetas kapasitas 300 butir telur ayam, timbangan merk Ohaus kapasitas maksimal 10 kg dengan kepekaan 1 gram, dan timbangan digital kapasitas maksimal 400 gram dengan kepekaan 0,001 gram. Jalannya Penelitian Kandang yang akan dipakai untuk penelitian, dilakukan pembersihan dan pembenahan. Kandang, peralatan dan mesin tetas disucihamakan. Puyuh sebanyak 243 ekor betina dan 81 ekor jantan masing-masing dibagi secara acak menjadi 9 perlakuan ransum dengan tiga kali ulangan. Setiap unit kandang ditempatkan secara acak sembilan ekor puyuh betina dan tiga ekor puyuh jantan.ransum dan air minum diberikan secara adlibitum dua kali sehari. Pengambilan data untuk konsumsi pakan, produksi telur, dimulai pada saat puyuh berumur 50 hari sampai puyuh umur 110 hari. Pengambilan data untuk pengukuran fertilitas dan daya tetas dilakukan pada akhir penelitian. Semua data yang diperoleh dianalisis variansi dengan menggunakan uji statistik Rancangan Acak Lengkap Pola Searah menurut Steel dan Torrie (1994), dan apabila ada perbedaan diteruskan dengan uji kontras. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Rerata konsumsi pakan puyuh per ekor per hari dari setiap perlakuan selama penelitian (60 hari), dimulai sejak puyuh berumur 50 hari dapat dilihat pada Tabel 2. Uji antar kelompok perlakuan dalam uji kontras terlihat bahwa pengaruh suplementasi vitamin C pada ransum puyuh menunjukkan peningkatan konsumsi pakan sangat signifikan (P<0,01) terhadap kelompok kontrol (kontras 2). Tabel 2. Rerata konsumsi pakan (gram/ ekor/ hari) Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 48

Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 1 21,59 23,87 24,57 21,75 21,97 24,31 23,26 24,87 24,83 2 21,40 23,91 24,68 21,97 20,87 23,78 24,50 24,60 24,70 3 21,28 24,03 24,61 20,68 21,70 24,00 24,67 24,60 24,74 Rerata 21,42 23,94 24,62 21,47 21,51 24,03 24,14 24,69 24,76 No. Kontras Kontras Antar Perlakuan Keterangan 1 R0 VS R1-R8 ** 2 R0 VS R1, R2 ** 3 R0 VS R3, R4 ns 4 R1 VS R5-R8 ** 5 R1, R2 VS R5-R8 ns 6 R1 VS R2 ns 7 R3, R4 VS R5 R8 ** 8 R3 VS R4 ns ns = not signifikan (P>0,05), ** = sangat signifikan (P<0,01) Meningkatnya konsumsi pakan akibat suplementasi vitamin C ini berkaitan erat dengan tingginya temperatur kandang selama penelitian yaitu rata-rata temperatur maksimum mencapai 32,5 C, sedangkan temperatur optimal untuk pertumbuhan puyuh adalah 25-28 C. Tingginya temperatur kandang tersebut dapat menjadi faktor cekaman/ stressor bagi puyuh. Pengaruh temperatur kandang yang tinggi selama penelitian, yang dapat menyebabkan stres pada puyuh, ternyata dapat ditanggulangi dengan pemberian vitamin C yang berfungsi sebagai anti stres, sehingga konsumsi pakan puyuh tidak mengalami gangguan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawirokusumo (1991b) yang menyatakan bahwa vitamin C berperan dalam melawan pengaruh stressor. Bila terdapat stressor dari luar maka hormon corticosteroid dari glandula adrenal yang naik aktivitasnya dapat dihambat oleh vitamin C, sehingga vitamin C dapat digunakan sebagai anti stres. Meskipun puyuh mampu mensintesis vitamin C dalam tubuhnya, namun dalam kondisi tertentu suplementasi vitanin C tetap dibutuhkan, hal ini sesuai dengan pendapat Keshavarz (1996) yang menyatakan bahwa pada kondisi tidak normal seperti adanya tekanan dari lingkungan, nutrisi ataupun penyakit, maka kebutuhan unggas terhadap vitamin C meningkat melampaui batas kemampuan biosintesis dari ternak tersebut. Pada keadaan seperti itu Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 49

penambahan vitamin C di dalam ransum ternak dapat berpengaruh positif terhadap performannya. Ayam yang dipelihara pada temperatur tinggi bila diberi vitamin C dalam ransumnya maka dapat memelihara temperatur badan, sehingga terjadi perbedaan temperatur badan yang lebih rendah di banding kontrol, dengan demikian memungkinkan ternak untuk menkonsumsi pakan lebih banyak (Thornton, 1962) disitasi oleh (Daghir, 1998) Suplementasi vitamin E pada ransum puyuh tidak menunjukkan kenaikan konsumsi pakan yang signifikan terhadap kontrol ( kontras 3). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena puyuh yang hanya mendapat suplementasi vitamin E saja tidak mampu mengatasi stres yang salah satunya disebabkan oleh tingginya temperatur kandang. Kombinasi suplementasi vitamin E dengan vitamin C dapat meningkatkan konsumsi pakan secara sangat signifikan (P < 0,01) terhadap kontrol (kontras 4) maupun terhadap kelompok yang hanya mendapat suplementasi vitamin E saja (kontras 7), juga menunjukkan konsumsi pakan yang lebih tanggi terhadap kelompok yang hanya mendapat suplementasi vitamin C saja, walaupun tidak secara signifikan (kontras 5). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena dengan suplementasi vitamin C bersama dengan vitamin E maka akan meningkatkan ketersediaan vitamin C dalam tubuh. Dengan meningkatnya ketersediaan vitamin C dalam tubuh ini, maka puyuh lebih mampu mengatasi stressor, sehingga gangguan terhadap konsumsi pakan dapat diatasi. Produksi Telur Rerata produksi telur per hari dari setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Uji antar kelompok perlakuan dalam uji kontras terlihat bahwa dengan suplementasi vitamin C pada ransum puyuh menunjukkan peningkatan rerata produksi telur per hari (%HDA) yang sangat signifikan (P<0,01) terhadap kontrol (kontras 2). Hal ini disebabkan oleh karena dengan suplementasi vitamin C, maka puyuh dapat mengatasi pengaruh buruk dari stressor, sehingga gangguan terhadap konsumsi pakan dapat diatasi. Hal ini terlihat bahwa dengan suplementasi vitamin C, puyuh dapat meningkatkan konsumsi pakan. Dengan meningkatnya konsumsi pakan ini maka memungkinkan puyuh untuk meningkatkan produksi telurnya Tabel 3. Rata-rata produksi telur per hari ( % HDA ) Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 50

Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 1 70,92 81,02 85,86 72,84 71,96 82,45 80,70 86,76 86,50 2 70,95 81,56 85,82 73,03 69,87 82,00 83,35 84,99 86,30 3 69,06 81,07 84,93 67,67 72,20 81,70 83,60 85,83 86,36 Rerata 70,31 81,22 85,54 71,18 71,34 82,05 82,55 85,86 86,39 No. Kontras Kontras Antar Perlakuan Keterangan 1 R0 VS R1-R8 ** 2 R0 VS R1, R2 ** 3 R0 VS R3, R4 ns 4 R1 VS R5-R8 ** 5 R1, R2 VS R5-R8 ns 6 R1 VS R2 ** 7 R3, R4 VS R5 R8 ** 8 R3 VS R4 ns ns = not signifikan (P>0,05), ** = sangat signifikan (P<0,01). Prawirokusumo (1991b) menyatakan bahwa biosintesis atau metabolisme vitamin C sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Pada temperatur yang tinggi biosintesisnya berkurang, maka perlu suplementasi vitamin C dalam ransum atau secara oral sehingga tidak mengganggu performan produksi. Vitamin C juga dapat menstimulir sistem enzim yang diperlukan guna mengkonversi vitamin D menjadi bentuk yang aktif dalam ginjal serta dapat meningkatkan suplai protein kuning telur sehingga pembentukan kuning telur dan ovulasi lebih cepat (Volker dan Fenster, 1991). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E pada ransum tidak menunjukkan peningkatan produksi telur yang signifikan terhadap ransum kontrol (kontras 3). Rendahnya produksi telur pada ransum kontrol maupun pada ransum yang hanya mendapat suplementasi vitamin E saja dibanding ransum yang mendapat suplementasi vitamin C, kemungkinan disebabkan puyuh tidak mampu mengatasi stres, yang salah satunya disebabkan oleh temperatur kandang yang cukup tinggi diatas temperatur yang dibutuhkan puyuh untuk kehidupan yang optimal. Hal ini Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 51

sesuai dengan pendapat Mench et al. (1986) yang menjelaskan bahwa stres pada unggas dapat meningkatkan sirkulasi corticosteron, menekan kekebalan tubuh, menurunkan pertunbuhan dan produksi telur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kombinasi suplementasi vitamin C dan vitamin E dapat meningkatkan produksi telur yang sangat signifikan (P<0,01) terhadap kontrol (kontras 4 ), maupun terhadap kelompok yang hanya mendapat suplementasi vitamin E saja (kontras 7) dan menunjukkan produksi telur yang lebih tinggi dibanding kelompok yang hanya mendapat suplementasi vitamin C saja (kontras 5), walaupun tidak signifikan). Hal ini disebabkan oleh karena pengaruh suplementasi vitamin E pada ransum dapat meningkatkan sintesis vitamin C dalam tubuh, sehingga ketersediaan vitamin C dalam tubuh meningkat dibanding ransum yang hanya mendapat suplementasi vitamin C saja tanpa suplementasi vitamin E. Sedangkan suplementasi vitamin C pada ransum yang telah mendapat suplementasi vitamin E akan menyebabkan puyuh mampu mengatasi stressor, sehingga kombinasi suplementasi vitamin C dan vitamin E pada ransum akan meningkatkan konsumsi pakan dan akhirnya produksi telur juga meningkat. Tabel 4. Rerata fertilitas telur (%) Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 1 66,67 71,43 71,43 76,19 80,95 76,19 80,95 80,95 80,95 2 71,43 76,19 76,19 71,43 80,95 80,95 80,95 85,71 80,95 3 66,67 71,43 76,19 80,95 76,19 76,19 80,95 76,19 85,71 Rerata 68,26 73,02 74,60 76,19 79,36 77,78 80,95 80,95 82,54 No. Kontras Kontras Antar Perlakuan Keterangan 1 R0 VS R1-R8 ** 2 R0 VS R1, R2 * 3 R0 VS R3, R4 ** 4 R1 VS R5-R8 ** 5 R1, R2 VS R5-R8 ** 6 R1 VS R2 ns 7 R3, R4 VS R5 R8 ns 8 R3 VS R4 ns Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 52

ns = not signifikan (P>0,05), * = signifikan (P<0,05), ** = sangat signifikan (P<0,01) Uji antar kelompok perlakuan dalam uji kontras terlihat bahwa suplementasi vitamin C berpengaruh terhadap peningkatan fertilitas telur sangat signifikan (P<0,05) terhadap kelompok kontrol (kontras 2). Hal ini disebabkan oleh karena dengan suplementasi vitamin C ini, maka konsumsi pakan meningkat sehingga zat-zat nutrien yang berpengaruh terhadap peningkatan fertilitas lebih tercukupi dibanding kelompok kontrol yang konsumsi pakannya lebih rendah. Vitamin C juga mempengaruhi sistem reproduksi jantan, sebagai bahan yang terlibat dalam pembentukan hormon steroid, pemeliharaan epitel tubulus seminiferus, sel-sel leydig dan kualitas sperma. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Luck et al. (1995) yang menyatakan bahwa vitamin C dapat meningkatkan kadar hormon testosteron, karena vitamin C dapat berperan dalam produksi hormon steroid, sebagai agen pereduksi yang penting dalam biosintesis hormon steroid. Sebagai agen pereduksi, vitamin C terlibat dalam biosintesis testosteron melalui reaksi hidroksilasi (Basu and Schorah, 1982). Vitamin C juga dapat memelihara dan mencegah degenerasi sel-sel Leydig (Wun et al., 1994), karena vitamin C dapat melindungi sel-sel Leydig dari radikal bebas sehingga oksidasi merugikan dapat dicegah. Pencegahan oksidasi yang merugikan ini dilakukan vitamin C dengan mereduksi radikal bebas (Luck, et al., 1995), jika sel-sel Leydig dipelihara dan dicegah dari degenerasi sel, maka aktivitas sel-sel Leydig dapat berjalan dengan baik sehingga produksi testosteron dapat ditingkatkan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E berpengaruh sangat signifikan (P<0,01) terhadap peningkatan fertilitas telur pada ransum kontrol (kontras 3). Hal ini disebabkan oleh karena dengan suplementasi vitamin E yang cukup dapat mencegah degenerasi epitel germinalis peda testis, sehingga produksi spermatozoa dan fertilitasnya dapat dipertahankan. Hal ini sesuai dengan pendapat Guyton dan Hall (1996) yang menyatakan bahwa peningkatan fertilitas ditentukan juga oleh pakan yang cukup mengandung vitamin E, karena defisiensi vitamin E dapat menyebabkan degenerasi epitel germinalis pada testis, yang mengakibatkan penurunan fertilitas. Sastroamidjoyo (1968) menyatakan bahwa vitamin E juga dapat memperlancar fungsi alat kelamin yang diduga diatur oleh susunan syaraf pusat melalui kelenjar hypophysis sehingga produksi hormon gonadotropin meningkat atau sebagai perangsang untuk menggiatkan ovarium, karena fungsi utama hormon gonadotropin ini adalah pengatur ovulasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 53

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kombinasi suplementasi vitamin C dan vitamin E menunjukkan peningkatan fertilitas yang sangat signifikan (P<0,01) terhadap kelompok kontrol (kontras 4) maupun terhadap kelompok ransum yang hanya mendapat suplementasi vitamin C saja (kontras 5). Hal ini disebabkan oleh karena ransum dengan suplementasi vitamin C dan vitamin E mampu mengkonsumsi pakan yang lebih tinggi, sehingga kebutuhan nutrien yang bermanfaat dalam peningkatan fertilitas lebih tercukupi, sehingga menghasilkan fertilitas yang lebih tinggi. Data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata fertilitas terendah terdapat pada kelompok kontrol, hal ini kemungkinan disebabkan oleh defisiensi vitamin E, karena berdasarkan hasil analisis laboratorium kandungan vitamin E pada ransum kontrol adalah 14,09 IU/kg ransum, sedangkan kebutuhan vitamin E yang direkomendasikan untuk puyuh bibit adalah 40 IU/kg ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Price (1968) yang disitasi oleh Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa puyuh yang mengalami defisiensi vitamin E dapat mengalami kemandulan Lebih lanjut dijelaskan bahwa defisiensi vitamin E di dalam ransum setengah murni yang mengandung protein kacang kedelai dan tapioka akan mempengaruhi fertilitas puyuh jantan dari pada puyuh betina, hal tersebut dapat dicegah dengan penambahan 40 IU vitamin E/kg ransum. Daya tetas telur pada penelitian ini berkisar antara 66,67 88,23%. Sabine et al. (1991)menyatakan bahwa daya tetas telur mencapai 83% pada perbandingan jantan dan betina 1 : 3. Uji antar kelompok perlakuan dalam uji kontras terlihat bahwa suplementasi vitamin C pada ransum menunjukkan peningkatan daya tetas telur yang signifikan (P<0,05) terhadap kelompok kontrol (kontras 2), sedangkan suplementasi vitamin E pada ransum menunjukkan peningkatan daya tetas telur yang sangat signifikan (P<0,01) terhadap kelompok kontrol (kontras 3). Kombinasi suplementasi vitamin C dan vitamin E pada ransum puyuh meningkatkan daya tetas telur secara sangat signifikan (P<0,01) terhadap kelompok kontrol (kontras 4), maupun kelompok yang hanya mendapat suplementasi vitamin C saja (kontras 5) dan menunjukkan peningkatan daya tetas telur yang tidak signifikan terhadap kelompok yang telah mendapat suplementasi vitamin E (kontras 7). Sarwono (1994) menyatakan bahwa kekurangan vitamin E dalam ransum dapat mengakibatkan kematian embrio ketika telur dalam proses penetasan. Rendahnya daya tetas pada kelompok ransum kontrol kemungkinan disebabkan oleh karena defisiensi vitamin E. Vohra (1971) menyatakan bahwa untuk kebutuhan burung puyuh yang sedang bertelur, terutama untuk pembibitan, vitamin E yang dibutuhkan adalah sebesar 40 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 54

IU/kg ransum, sedang kandungan vitamin E pada ransum kontrol berdasarkan hasil analisis laboratorium adalah 14,09 IU/kg ransum. Daya Tetas Telur Tabel 5. Rerata daya tetas telur (%) Ulangan Perlakuan R0 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 1 71,43 73,33 73,33 81,25 88,23 87,50 88,23 88,23 88,23 2 66,67 75,00 75,00 86,67 82,35 82,35 82,35 83,33 88,23 3 71,43 73,33 75,00 82,35 87,50 81,25 88,23 81,25 83,33 Rerata 69,84 73,89 74,44 83,42 86,03 83,70 86,27 84,27 86,60 No. Kontras Kontras Antar Perlakuan Keterangan 1 R0 VS R1-R8 ** 2 R0 VS R1, R2 * 3 R0 VS R3, R4 ** 4 R1 VS R5-R8 ** 5 R1, R2 VS R5-R8 ** 6 R1 VS R2 ns 7 R3, R4 VS R5 R8 ns 8 R3 VS R4 ns ns = not signifikan (P>0,05), * = signifikan (P<0,05), ** = sangat signifikan (P<0,01) Defisiensi vitamin E ini akan menyebabkan rendahnya daya tetas telur dari telur-telur yang fertil (Rasyaf, 1985). Sedang ransum yang mendapat suplementasi vitamin C meskipun dapat meningkatkan konsumsi pakan, tetapi belum mampu mencukupi kebutuhan vitamin E puyuh pembibit, sehingga daya tetas telur masih rendah dibanding kelompok yang mendapat suplementasi vitamin E, meskipun relatif lebih tinggi dibanding ransum kontrol. Kombinasi suplementasi vitamin C dan vitamin E pada ransum puyuh menghasilkan daya tetas yang paling tinggi dibanding kelompok kontrol maupun kelompok yang hanya mendapat suplentasi vitamin C dan vitamin E saja, hal ini disebabkan oleh karena dengan suplementasi vitamin C maka konsumsi pakan meningkat dan dengan Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 55

penambahan vitamin E maka kebutuhan vitamin E puyuh dapat lebih tercukupi, sehingga dapat menghasilkan daya tetas yang lebih baik. KESIMPULAN Suplementasi vitamin C pada ransum puyuh dapat meningkatkan konsumsi pakan dan produksi telur sangat signifikan, dan meningkatkan fertilitas dan daya tetas secara signifikan. Suplementasi vitamin E dapat meningkatkan fertilitas dan daya tetas telur sangat signifikan, tetapi tidak meningkatkan konsumsi pakan dan produksi telur. Kombinasi suplementasi vitamin C dan vitamin E pada ransum puyuh dapat meningkatkan konsumsi pakan, produksi telur, fertilitas dan daya tetas telur. DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI Press, Jakarta. Anggorodi, H.R 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Basu, T.K. and C.J. Schorah. 1982. Vitamin C in Health and Discease. The Avi Publishing Co., Inc. Connecticut. Carlson, J.R., C.N. Coon, and J.A. Froseth. 1982. Animal Nutrition.Washington State University Courses By Corespondence, Pulman, Washington. Daghir, N. J. 1998. Poultry Production in Hot Climates.University Press, Cambridge, New York. Keshavarz, K. 1996. The Effect of Different Level of Vitamin C and Cholecalciferol With Adequate or Marginal Levels of Dietary Calcium on performance and Egg Shell Quality of laying Hens. Poultry Science, 75 : 1227 1235. Kratzer, F.H., H.J. Alinquist and P. Vohra. 1996. Effect of Diet on Growth and Plasma Ascorbic Acrd in Chicks. Poultry Science, 75 : 82 89. Listiyowati, E dan K Roospitasari. 2003. Tata Laksana Budidaya Puyuh Secara Komersial. Penerbit Swadaya, Jakarta. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 56

Luck, M. R., J. Jeyascelan and R. A. Scoles. 1995. Ascorbic Acid and Fertility. Biology of Reproduction. 52 : 262-266. Mench, J.A. A. Van Tienhoven, J.A. Marsh, C.C. Mc Cormick, D.L. Cunningham and R.C, Baker. 1986. Effect of Cage and Floor Pen Management on Behavior, Production, and Physiological Stress Responses of Laying Hens. Poultry Science, 65 : 1058 1069. Nugroho dan I.G.K Mayun. 1990. Beternak Burung Puyuh. Cetakan keempat Eka Offset, Semarang. Orten, J. M., Neuhaus O.W. 1970. Biochemistry. 8 th ed. Toppan Company Ldt. Tokyo, Japan. PP : 786 801. Prawiro Kusumo, S. 1991a. Biokimia Nutrisi (Vitamin) BPFE, Yogyakarta. Prawirokusumo, S. 1991b. Peranan Vitamin C dan Zat Non Gizi Dalam Pakan.Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rasyaf, M. 1985. Memelihara Burung Puyuh. Cetakan Kesebelas Yayasan Kanisius, Yogyakarta. Sarwono, B. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur, Penerbit Swadaya, Jakarta. Sastroamidjoyo. 1968. Ikhtisar Vitamin dan Hormon. Cetakan ketiga PT. Pembangunan, Jakarta. Volker, L. and R. Fenster. 1991. Ascorbic Acid Helps Beat Stress. World Poultry Science, 27 : 263. Wun, Wan Song, P. Cisneros, R. Dunn, and G.M Grunert. 1994. Vitamin Supplement Improse The Fertility Potensial of A Subfertil Mat with Macrocytic Anemia A case study. Journal of Assisted Reproduction and Genetics. 7 : 375 378. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 57