Jurnal Analis Kesehatan klinikal Sains ISSN : 2338-4921 Volume : 1 No. 1 Juni 2013 Halaman 1-7 PERSENTASE LIMFOSIT PADA PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT ARIFIN ACHMAD PEKANBARU Sri Herawati ABSTRAK Tuberculosis adalah salah satu jenis penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman berbentuk basil yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis. Tuberculosis dapat menyebabkan limfositosis karna limfosit berfungsi untuk berinteraksi dengan antigen dan menimbulkan respon imun.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persentase Limfosit pada penderita Tuberculosis paru. Metode yang digunakan adalah cross sectional study dan metode pemeriksaannya dengan metode differential counting. Dari hasil penelitian yang dilakukan 30 sampel dari penderita Tuberculosis paru didapatkan hasil sebagai berikut : jumlah Limfosit > 40% sebanyak 19 responden (63%). Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah Limfosit pada penderita Tuberculosis paru 63% mengalami peningkatan. ABSTRACT Tuberculosis is one type of contagious infectious disease caused by a bacillusshaped bacteria known as Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis can cause lymphocytosis because lymphocyte function is to interact with antigen and induced immune responses. The purpose of this study was to determine the percentage of lymphocytes in patients with an overview of lung tuberculosis. The method used is a cross sectional study and the methods of examination by the method of differential counting. From the results of research conducted 30 samples from patients with pulmonary tuberculosis obtained the following results: the number of lymphocytes > 40% were 19 respondents (63%). It can be concluded that the number of lymphocytes in patients with pulmonary tuberculosis have increased 63%. 1
Latar Belakang Indonesia mencapai 450 ribu kasus baru (Dini, 2011). Tuberculosis adalah salah satu jenis penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Persentase Tuberculosis (TBC) Halim, 2009 di dalam bukunya yang berjudul buku saku ilmu penyakit paru menyatakan bahwa diagnosis TB paru secara teoritis didasarkan atas Anamnesis dilaporkan banyak meningkat di seluruh (keluhan-keluhan seorang penderita), dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini Pemeriksaan fisik, Tes tuberculin dengan biasanya banyak terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah dengan masalah yang berkaitan dengan kesehatan. (Jawetz, 2005). Persentase Jumlah penderita tuberculosis dibeberapa negara diantaranya antigen derivat protein tuberculin yang dimurnikan yaitu purified protein derivative (PPD), Foto rontgen paru, pemeriksaan bakteriologi dengan pewarnaan Ziehl Neelson, pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan hitung jenis Leukosit/diff count. Afrika 26%, Amerika 4%, Mediterania Pemeriksaan laboratorium Timur 7%, Eropa 5%, Asia Tenggara 33%, dibutuhkan dalam mendiagnosis penyakit dan Pasifik Barat 24%. Di Pekanbaru TBC ini. Salah satu pemeriksaan terdapat 136 penderita yang 86 diantaranya positif. Indonesia menduduki urutan ke tiga setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. TB paru di laboratorium di bidang hematologi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hitung jenis Leukosit. Pada pemeriksaan ini dilihat kelainan sel darah, baik morfologi maupun jumlahnya ( Tangendjaja, 1987) 2
Persentase sel Leukosit pada pemeriksaan hitung jenis Leukosit sediaan hapus darah tepi, biasanya infeksi atau peradangan mengakibatkan Limfositosis. Keadaan ini hanya terjadi pada penyakit yang terbukti secara klinis ( Rahajoe,1987). Limfosit berfungsi untuk berinteraksi dengan antigen dan menimbulkan respon Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru. sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Tuberculosis Paru yang dirawat, diambil sebanyak 30 sampel secara acak di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru. 1. Pasang torniquet, kemudian tangan imun. Limfositosis sering terjadi pada dikepal, raba vena dengan jari penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti batuk rejan, tuberculosis, sifilis sekunder dan bisa juga disebabkan oleh virus seperti hepatitis (Ronald, 2004). telunjuk dan jari tengah untuk melihat vena. 2. Bersihkan tempat pengambilan dengan kapas alcohol biarkan kering. 3. Tusuklah daerah pengambilan METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah Deskriptif sedangkan desain penelitian yang dilakukan adalah Cross Sectional Study, yaitu suatu penelitian dengan pendekatan dan pengumpulan data sekaligus, yang pengukurannya dilakukan terhadap status karakter pada saat pemeriksaan. dengan spuit hingga ujung jarum spuit masuk ke dalam lumen vena. 4. Lepaskan tourniquet dengan perlahan-lahan tarik spuit sampai jumlah darah yang dikehendaki didapatkan. 5. Taruhlah kapas kering di atas jarum dan cabut spuit secara perlahan- 3
lahan. 6. Alirkan darah ke dalam wadah atau tabung yang sudah diberi label. Pembuatan sediaan darah tipis a. Prinsip kerja Darah diteteskan pada kaca objek dan dengan bantuan kaca penghapus yang sebelumnya diletakkan didepan tetesan darah dengan sudut 30-45 derajat ( agar darah tersebar merata )dibuat hapusan darah dengan menggeser kaca penghapus secepat mungkin. b. Cara kerja pembuatan sediaan darah tipis 1. Setetes darah diletakkan pada kaca objek yang diletakkan sebelah kanan. 2. Ambil kaca penggeser dengan tangan kanan letakkan kaca objek penggeser di sebelah kiri dan digerakkan kekanan hingga mengenai tetesan darah. 3. Tetesan darah akan menyebar pada sisi kaca penggeser. 4. Segeralah geserkan kaca penggeser itu kekiri dengan kemiringan 30 0 sampai 45 0. 5. Biarkan sediaan itu mengering (Gandasoebrata, 2004). Pewarnaaan sediaan darah tipis a. Larutan giemsa terdiri dari : 1. Azur II eosin 3.0 gr 2. Azur II 0.8 gr 3. Gliserin 250 ml 4. Metil alcohol 250 ml b. Cara pewarnaan giemsa 1. Letakkan sediaan pada rak pewarna, tetesi dengan methanol hingga rata biarkan selama 5 menit. 2. Lalu tetesi dengan giemsa (sudah diencerkan dengan buffer ph 6.4 perbandingan 1 : 9) biarkan selama 15 sampai 30 menit. 3. Bilas dengan air mengalir hingga pewarna giemsa luntur. 4. Biarkan kering pada suhu udara dan periksa dibawah mikroskop 4
dengan perbesaran 100 X (Gandasoebrata, 2004). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru dilakukan di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru yang berjudul Persentase Limfosit pada Penderita Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru, maka diperoleh hasil sebagai berikut. Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Sampel Berdasarkan Umur pada Penderita Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 22 orang dengan persentase 73%, dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang dengan persentase 27%. Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Sampel Berdasarkan Jumlah Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat pada responden yang berumur <30 tahun berjumlah 9 orang dengan persentase Limfosit Pada Penderita Tuberculosis Paru di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru 30%, responden yang berumur 30 sampai 60 tahun berjumlah 19 orang dengan persentase 63%, dan responden yang berumur >60 tahun berjumlah 2 orang dengan persentase 7%. Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat jumlah limfosit < 20% tidak 5
ditemukan pada responden, jumlah Limfosit 20 sampai 40% 11 orang dengan persentase 37%, dan jumlah Limfosit > 40% 19 orang dengan persentase 63%. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian didapatkan hasil meningkat pada Limfosit sebanyak 63%. Hal ini sesuai dengan pendapat Halim, 2009 yang menjelaskan bahwa pada saat basil bertambah banyak di dalam tubuh, Limfosit T akan mulai berkenalan dengan basil Tuberculosis untuk pertama kalinya, dan akan menjadi Limfosit yang tersensitisasi. Basil yang berkembang bebas membuat Limfosit T yang tersensitisasi ini akan mengeluarkan berbagai jenis limfokin yang mempunyai fungsi untuk merangsang Limfosit dan makrofag untuk membunuh basil Tuberculosis. Selanjutnya Ronald, 2004 yang menjelaskan limfosit berfungsi untuk menimbulkan respon imun. Adanya infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis pada penderita Tuberculosis paru maka tubuh akan melakukan upaya pertahanan dengan terjadinya Limfositosis. Pemeriksaan hitung jenis leukosit pada sediaan darah tepi dapat dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan jumlah Limfosit pada penderita Tuberculosis paru. Biasanya infeksi atau peradangan mengakibatkan Limfositosis. Keadaan ini hanya terjadi pada penyakit yang terbukti secara klinis (Rahajoe,1987). Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian yang berjudul Persentase Limfosit Pada Penderita Tuberculosis paru di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru, maka dapat diketahui jumlah penderita Tuberculosis paru dengan persentase Limfosit >40% sebanyak 19 responden (63%). berinteraksi dengan antigen dan 6
DAFTAR PUSTAKA Ahira. 2009. Penggunaan BCG Sebagaai Pencegahan Tuberculosis. www.asianbrain.com[5januari 2012] Amaylia. 2009. Aspek Hematologi pada Penyakit Tuberculosis. www. blogspot.com/html.[3januari 2012] Anggraeni, Dini siti. 2011. Stop Tuberkulosis. Bogor Publishing House. Jakarta Albert L.J. 2005. Hematologi. Edisi 4. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Darwin, E. 2006. Imunologi dan Infeksi. Jakarta Gandasoebrata. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat.Jakarta Hartono. 2009. Tuberculosis (TBC) Paru. www. medis. web.id/ tuberculosisparu.html. [8Januari 2012] penyakit dalam/ Irianto. 2005. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Para Medis. Yrama Widya. Bandung Jawetz. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.Edisi 1. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Notoatmodjo. Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian. PT. Asdi Mahasatya Purnamawati. 2005. TBC Pada Anak. www.dinkes-dki.go.id/tbc1.html. [7 Januari 2012] Rahajoe N. 1987. Beberapa Masalah Penanggulangan Tuberkulosis Anak Dalam Praktek Sehari-hari. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Tangendjaja. 1987. Patologi Klinik. Universitas Tarumanegara. Jakarta 7