PERBEDAAN GAYA MENULIS CERITA PENDEK SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI SMA ISLAM TERPADU (IT) BINAUL UMMAH KELAS XI TAHUN AJARAN 2013/2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

Oleh: Puji Watmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum. Saat ini sempat diterapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

ANALISIS TINDAK TUTUR DAN GAYA BAHASA PADA DIALOG-DIALOG NASKAH DRAMA REPUBLIK BAGONG KARYA N. RINATIARNO

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

ANALISIS SK DAN KD PADA STANDAR ISI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA BERDASARKAN KETERAMPILAN BERBAHASA, ILMU KEBAHASAAN, DAN ILMU KESASTRAAN

KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS IXB SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

hitung = 6,71 > t tabel = 2,01 maka hipotesis nihil (H o ditolak, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan bahasa sebagai alat

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI KELAS XI SMA

KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 IV NAGARI BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Kata Kunci: menulis, cerpen, metode kuantum

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

KETERAMPILAN MEMPRODUKSI TEKS CERITA PENDEK DENGAN BERBANTUAN MEDIA FILM SISWA KELAS XI SMAN 4 PADANG ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

PERIMBANGAN SOAL DAN TINGKAT KESULITAN HASIL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA DILIHAT DARI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

KISI-KISI SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS Tahun 2012/2013

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB II PEMBELAJARAN, MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN, DAN TEKNIK MENULIS CERITA SINGKAT

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMP DKI JAKARTA

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

menyampaikan maksud atau kehendak antara satu dengan yang lainnya. Komunikasi dapat berlangsung dengan baik jika pelaku komunikasi terampil berbahasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen

Transkripsi:

PERBEDAAN GAYA MENULIS CERITA PENDEK SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI SMA ISLAM TERPADU (IT) BINAUL UMMAH KELAS XI TAHUN AJARAN 2013/2014 Aan Sugiantomas & Nadiyaturahmah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Dalam pelaksanaan pembelajaran menulis cerita pendek, setiap siswa khususnya siswa laki-laki dan perempuan pasti mendapatkan hasil yang berbeda. Hal tersebut didukung oleh pendapat seorang ahli mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan baik dari segi fisik, perilaku, keterampilan berbahasa, serta pola pikir. Karena itulah, bisa saja perbedaan tersebut terjadi dalam hal menulis cerita pendek baik dari segi pengambilan alur, penokohan, latar yang dibangun, titik pengisahan atau sudut pandang serta gaya bahasa berdasarkan subjek dan tempat yang digunakan sebagai unsur-unsur pembangun cerita. Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini ialah karena ingin mengetahui bagaimana gaya menulis cerita pendek siswa laki-laki di SMA Islam Terpadu Binaul Ummah kelas XI, bagaimana gaya menulis cerita pendek siswa perempuan di SMA Islam Terpadu Binaul Ummah kelas XI, serta bagaimana perbedaan gaya menulis cerita pendek siswa laki-laki dan perempuan di SMA Islam Terpadu Binaul Ummah kelas XI. Penelitian ini menggunakan cerita pendek sebagai objek penelitian dan cerita pendek tersebut berjumlah 18, terdiri dari 9 cerita pendek yang ditulis oleh siswa laki-laki dan 9 cerita pendek yang ditulis oleh siswa perempuan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif komparatif yang termasuk ke dalam metode penelitian kualitatif. Sementara itu, teknik penelitian yang digunakan ialah dengan melakukan tes menulis cerita pendek yakni meminta siswa untuk mengerjakan tes tersebut dalam waktu 1 minggu sebagai pekerjaan rumah. Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka penulis menganalisis satu persatu cerita pendek dan mengelompokkannya berdasarkan jenis kelamin pengarang, yakni pengarang laki-laki dan pengarang perempuan kemudian agar lebih mudah mengetahui letak perbedaan cara menulis cerita pendeknya, maka penulis membuat tabel sebagai alat untuk memperjelas data. Hasil dari pengolahan data tersebut ialah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam kegiatan menulis cerita pendek, siswa laki-laki lebih sedikit menggunakan alur nonkonvensional dibandingkan siswa perempuan, selain itu siswa laki-laki lebih senang menggunakan titik pengisahan orang ketiga, sementara siswa perempuan lebih senang menggunakan titik pengisahan orang kesatu dalam bercerita. Kata kunci : Gaya menulis cerpen, laki-laki, perempuan, SMA PENDAHULUAN Cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan sebutan cerpen adalah sebuah kisah pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam sebuah situasi. Cerpen biasanya kurang dari 10.000 kata dan dibaca dalam waktu sekali duduk (Afra, tt: 112). Di sekolah, khususnya pada jenjang pendidikan SMA yang masih menggunakan KTSP, pembelajaran mengenai menulis cerpen terdapat pada KD kelas X nomor 16.1 yaitu menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) juga KD nomor 16.2 yaitu menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar). Jika suatu saat pihak sekolah memutuskan untuk menggunakan kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar, maka pembelajaran tentang menulis cerpen terdapat dalam KD SMA kelas XI no 4.2 yang berbunyi: memproduksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang

akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Berkaitan dengan pembelajaran di jenjang pendidikan SMA, yang pastinya berhubungan dengan kehidupan remaja, maka timbul istilah masa remaja yang dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran, karena masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pada masa ini, biasanya remaja berusaha untuk mencari identitas diri. Seorang ahli psikologi berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan memang memiliki perbedaan, baik dari segi fisik, perilaku, keterampilan berbahasa, maupun pola pikirnya. Dari segi keterampilan berbahasa, Dariyo (2004: 22) berpendapat bahwa pada umumnya remaja wanita mempunyai hasil tulisan tangan lebih baik, rapi, bersih, teratur, dan mudah dibaca, dibandingkan tulisan remaja laki-laki yang cenderung acakacakan, tak teratur, dan kadang sulit dibaca. Menyambung pendapat Dariyo, Chaer (2009: 134) mengemukakan bahwa dalam pemerolehan berbahasa, kanak-kanak perempuan lebih cepat pandai bicara, membaca, dan jarang mengalami gangguan belajar dibandingkan kanak-kanak laki-laki, para ahli memperkirakan ada kaitannya dengan kemampuan wanita menggunakan kedua belah hemisfernya (kiri dan kanan) ketika membaca atau melakukan kegiatan verbal lainnya. Sedangkan pria hanya menggunakan salah satu hemisfernya (biasanya sebelah kiri). Berdasarkan pendapat Dariyo, dan Chaer di atas, letak perbedaan laki-laki dan perempuan bisa saja terjadi dalam keterampilan menulis cerpen, karena seseorang yang melakukan kegiatan ini tidak mungkin memiliki gaya yang sama antara satu dengan yang lainnya. Gaya terbagi atas dua macam yaitu gaya pengarang dalam bercerita dan gaya bahasa. Gaya pengarang dalam mengungkapkan idenya menjadi susunan peristiwa yang disebut cerita adalah caracara khas dari pengarang dalam menyusun bahasa, menggambarkan tema, menyusun plot, menggambarkan karakter atau watak, menentukan setting, dan memberikan amanat (Sugiantomas, 2012: 71). Sedangkan gaya bahasa adalah cara pengarang dalam mengungkapkan suatu pengertian dalam kata, kelompok kata atau kalimat. Gaya bahasa sesungguhnya muncul berdasarkan niat pengarang memperjelas uraiannya dengan bantuan imajinasi, disamping ingin agar pembaca mampu menerima nilai-nilai yang dilontarkannya. Gaya bahasa yang digunakan bisa personifikasi, metafora, alegori, sinekdoke, atau apa saja (Sugiantomas, 2012: 71). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui apakah hasil dari kegiatan menulis cerita pendek yang dilakukan oleh siswa laki-laki dan perempuan memang memiliki perbedaan atau tidak. Maka munculah sebuah perumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana gaya menulis cerita pendek siswa lakilaki di SMA Islam Terpadu (IT) Binaul Ummah Kuningan kelas XI tahun ajaran 2013/2014; 2) Bagaimana gaya menulis cerita pendek siswa perempuan di SMA Islam Terpadu (IT) Binaul Ummah Kuningan kelas XI tahun ajaran 2013/2014; 3) Bagaimana gaya perbedaan menulis cerita pendek siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA Islam Terpadu (IT) Binaul Ummah Kuningan kelas XI tahun ajaran 2013/2014. Dari rumusan masalah tersebut, maka ada tujuan penelitian yaitu, 1) Ingin mengetahui gaya menulis cerita pendek siswa laki-laki di SMA Islam Terpadu (IT) Binaul Ummah Kuningan kelas XI tahun ajaran 2013/2014; 2) Ingin mengetahui gaya menulis cerita pendek siswa perempuan di SMA Islam Terpadu (IT) Binaul Ummah Kuningan kelas XI tahun ajaran 2013/2014; 3) Ingin mengetahui perbedaan gaya menulis cerita pendek siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMA Islam Terpadu (IT) Binaul Ummah Kuningan kelas XI tahun ajaran 2013/2014.

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah, 1) Bagi peneliti manfaat hasil penelitian ini ialah untuk mengetahui lebih jauh mengenai perbedaan gaya menulis cerita pendek siswa laki-laki dan perempuan SMA Islam Terpadu (IT) Binaul Ummah tahun ajaran 2013/2014 sehingga peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan yang menyatakan bahwa hasil karya siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki perbedaan dilihat dari pengambilan alur, penokohan, setting yang dibangun, titik pengisahan serta gaya bahasa berdasarkan subjek dan tempat yang digunakan; 2) Bagi guru penelitian ini bermanfaat sebagai sebuah upaya pengenalan diri peserta didik pada bakat dan kemampuan mereka dalam menulis. Selain itu, dengan melihat adanya sebuah perbedaan gaya mengarang yang menunjukkan hasil karya berbeda, maka guru akan memikirkan sebuah metode pembelajaran yang tepat bagi siswa agar pelajaran lebih mudah dan lebih cepat diterima oleh siswa; 3) Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat sebagai ajang untuk membebaskan diri dalam berekspresi lewat kegiatan menulis. Dengan begitu, siswa dapat mengetahui potensi dalam dirinya sehingga ada kesempatan untuk mengasahnya menjadi sebuah keterampilan yang tentu akan bermanfaat bagi masa depan. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian di atas, ada anggapan dasar yang menjadi panduan yakni, 1)Pembelajaran tentang menulis cerpen terdapat dalam standar isi KTSP, dalam KD kelas X nomor 16.1 dan 16.2. Bunyi KD nomor 16.1 yaitu menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar), dan bunyi KD nomor 16.2, yaitu menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) ; 2) Jika suatu saat pihak sekolah memutuskan untuk menggunakan kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar, maka pembelajaran tentang menulis cerpen terdapat dalam KD SMA kelas XI no 4.2 yang berbunyi: memproduksi teks cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. ; 3) Guru telah menyampaikan materi tentang menulis cerpen; 4) Siswa telah mengikuti kegiatan pembelajaran tentang menulis cerpen di kelas X semester 2 berdasarkan pembelajaran menggunakan KTSP; 5) Siswa memahami tata cara menulis cerpen; 6) Peneliti sudah mendapat pembekalan tentang materi cerpen dalam mata kuliah teori sastra, anatomi prosa fiksi, dan apresiasi prosa fiksi, serta panduan menulis cerpen dalam mata kuliah menulis sebagai keterampilan berbahasa sehingga penulis memiliki landasan dalam penelitian kali ini. Setelah mengetahui tentang apa saja yang harus diteliti sesuai dengan yang tertera dalam judul penelitian, maka peneliti membutuhkan landasan teori untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis data serta menjadi landasan yang kuat ketika peneliti hendak mencantumkan kutipan. Adapun landasan teori yang digunakan oleh peneliti ialah materi seputar sastra secara umum, cerita pendek, stilistika, psikolinguistik, serta psikologi perkembangan dan psikologi remaja. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif komparatif yang masuk ke dalam kategori metode penelitian kualitatif. Metode deskriptif komparatif ialah metode yang digunakan untuk menggambarkan perbandingan (perbedaan dan persamaan) dua variabel. Langkah selanjutnya ialah teknik penelitian yaitu teknik pemerolehan data dan teknik menganalisis data. Dalam teknik pemerolehan data, ada langkahlangkah atau tahapan yang harus ditempuh yakni: 1) Tahap persiapan, yaitu dengan mengumpulkan siswa lakilaki dan perempuan SMA IT Binaul Ummah kelas XI yang akan mengikuti pengarahan menulis cerita pendek dalam

dua ruangan berbeda karena kondisi kelas antara siswa laki-laki dan perempuan memang dibedakan berdasarkan peraturan sekolah; 2) Tahap pelaksanaan kegiatan, yaitu kegiatan menulis cerita pendek dilakukan oleh siswa laki-laki dan perempuan sehingga data yang dibutuhkan dapat terkumpul; 3) Tahap akhir, yaitu tahap ketika peneliti menyusun data hasil menulis cerita pendek yang dibuat oleh siswa laki-laki dan siswa perempuan. Adapun instrumen tes yang akan diberikan pada siswa, ialah sebagai berikut: 1) Naskah asli, bukan saduran atau terjemahan; 2) Tema bebas asalkan tidak menyinggung SARA; 3) Panjang cerita minimal 1 halaman folio bergaris; 4) Sertakan identitas diri; 5) Naskah dikumpulkan paling lambat satu minggu setelah pengumuman adanya tes. Adapun teknik menganalisis data ialah sebagai berikut. 1) Langkah pertama ialah membuat tabel khusus bagi cerita pendek siswa laki-laki yang di dalamnya berisi tentang nama, judul cerita pendek, alur, latar, titik pengisahan, sudut pandang yang digunakan; 2) Langkah kedua ialah membuat tabel khusus bagi cerita pendek siswa perempuan yang di dalamnya berisi tentang nama, judul cerita pendek, alur, latar, titik pengisahan, sudut pandang yang digunakan; 3) Langkah ketiga ialah menganalisis satu persatu cerita pendek berdasarkan jenis kelamin pengarangnya kemudian mengklasifikasikannya ke dalam tabel dengan memberi tanda ceklis untuk lebih memudahkan dalam membaca hasil penelitian. KESIMPULAN Setelah langkah analisis data selesai, maka peneliti memperoleh hasil penelitian dan dalam hal ini peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan yakni gaya menulis laki-laki ialah sebagai berikut: 1) Dari segi alur, siswa laki-laki lebih sedikit menggunakan alur nonkonvensional. Terbukti dari sembilan cerita pendek yang ada, hanya satu cerita pendek saja yang menggunakan alur nonkonvensional dalam karyanya; 2) Dari segi penggunaan titik pengisahan atau sudut pandang, siswa laki-laki lebih senang menggunakan titik pengisahan orang ketiga dengan menyebutkan nama tokoh secara langsung dan pengarang bersikap sebagai pengamat dalam cerita; 3)Dari segi latar, siswa laki-laki lebih banyak menggunakan latar seputar lingkungan pesantren; 4) Dari segi penokohan, siswa laki-laki menggunakan tokoh sentral yang mendominasi cerita berikut dengan tokoh bawahan. Namun ada salah satu cerpen yang tidak menggunkan tokoh bawahan dan hanya fokus pada kisah tokoh sentral; 5) Dari segi style nonbahasa berdasarkan subjek dan tempat, siswa laki-laki secara keseluruhan menggunakan gaya penceritaan populer dan menceritakan kehidupan seputar lingkungan pesantren yang terasa sangat kental karena adanya penggunaan istilah ane ente. Gaya menulis siswa perempuan ialah: 1) Dari segi penggambaran alur, dibandingkan siswa laki-laki mereka memiliki lebih banyak siswa yang menggunakan alur nonkonvensional dan berhasil mengemas cerita secara apik sehingga pembaca merasa nyaman mengikuti alur yang dibawakan; 2) Dari segi penggunaan titik pengisahan atau sudut pandang, siswa perempuan lebih banyak menggunakan sudut pandang orang kesatu dalam bercerita, seolah-olah pengarang terlibat secara langsung dalam cerita dan berperan sebagai tokoh utama; 3) Dari segi latar, siswa perempuan menggunakan latar yang beragam dan tak sedikit yang menggunakan latar di luar negeri; 4) Dari segi penokohan, siswa perempuan menggunakan tokoh sentral yang mendominasi cerita berikut dengan tokoh bawahan. Namun ada salah satu cerpen yang tidak menggunkan tokoh bawahan dan hanya fokus pada kisah tokoh sentral; 5) Dari segi style nonbahasa berdasarkan subjek dan tempat, siswa perempuan secara keseluruhan menggunakan gaya penceritaan populer. Selain itu, siswa perempuan dalam menceritakan ciri khas suatu daerah atau tempat lebih beragam. Satu diantaranya menjelaskan tentang Tegal berikut dengan kehidupan di

terminal Tegal, sementara yang lainnya ada yang menonjolkan daerah Jepang berikut musim-musim yang ada di sana, juga ada yang menambahkan ilustrasi gambar. Dan terakhir ialah menggambarkan kehidupan di Berlin sebagai siswa yang menetap di asrama yang seram. Dan letak perbedaan gaya menulis cerita pendek siswa laki-laki dan siswa perempuan ialah sebagai berikut: 1) Alur. Siswa laki-laki lebih sedikit menggunakan alur nonkonvensional dibandingkan siswa perempuan. Selain itu, siswa laki-laki lebih senang menggambarkan cerita yang di dalamnya berisi tentang persahabatan, sementara siswa perempuan lebih senang menggambarkan cerita yang bersifat melankolis dan dramatis; 2) Sudut pandang. Siswa laki-laki lebih banyak menggunakan sudut pandang orang ketiga dibandingkan siswa perempuan yang lebih banyak menggunakan sudut pandang orang kesatu; 3) Gaya bercerita berdasarkan tempat. Siswa laki-laki lebih menonjolkan kehidupan pesantren dibandingkan siswa perempuan yang menonjolkan kehidupan luar negeri seperti Berlin dan Jepang. Setelah menarik sebuah kesimpulan, peneliti pun memilliki saran bagi siswa dalam kegiatan menulis cerita pendek yaitu adanya harapan besar dari penulis bagi siswa laki-laki juga siswa perempuan untuk mencoba semua gaya dalam membuat suatu karya sehingga mereka mampu menguasai semua gaya bercerita dan tidak monoton pada satu gaya saja. DAFTAR PUSTAKA Afra, Afifah. How to be a Smart Writer. Surakarta: Afra Publishing. Aminudin. Pandai Memahami dan Menulis Cerita Pendek. Bandung: Pribumi Mekar Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia. Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Jakarta: Buku Seru. Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara. Heryadi, Dedi. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Pustaka Billah. Keraf, Gorys. 1971. Komposisi. Ende, Flores: Arnoldus. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kheng Sun, Peng. 2013. Cerpengram. Jakarta: Elex Media Komputindo. Kutha Ratna, Nyoman.2013. Stilistika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. L, Dzulkifli. 1987. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remadja Karya. Sarwono, Sarlito. 2012. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Semiun, Yustinus. 2013. Teori-teori Kepribadian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Sugianto Mas, Aan. 2012. Kajian Prosa Fiksi & Drama. Kuningan. Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta: Andi Oppset.