GAMBARAN CAREER HAPPINESS PLAN PADA DOSEN. Anggun Resdasari Prasetyo. Abstract. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DAN SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN OPERASIONAL PT KAI (PERSERO) PURWOKERTO

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Seperti artikel yang dikutip dalam Kembar.pro, yang. karyawan tidak hanya dengan cara menambah kompetensi para

yang lainnya, maupun interaksi dengan orang sekitar yang turut berperan di dalam aktivitas OMK itu sendiri,. Interaksi yang sifatnya saling

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR KARYAWAN DAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk KANTOR WILAYAH SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Profil PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala 1,

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

ABSTRAK. kecerdasan emosi dan kepuasan kerja. Penelitian ini hendak mengetahui serta

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi PSIKOLOGIA. ISSN:

PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI MOTIVATOR KERJA KARYAWAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, tuntutan bagi kelangsungan hidup perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya tergantung dari permodalan secara

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan individu bersumber pada kebutuhan masing-masing individu.

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja, yaitu baby boomers ( ), generasi X ( ), dan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan oleh perusahaan adalah ketenagakerjaan (workforce) (Carnegie, 2012).

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

ANALISIS PENGARUH KOMPENSASI DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA KINERJA KARYAWAN PADA PT PLN (PERSERO) APJ PURWOKERTO

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja tidak dapat dikatakan sebagai anak-anak dan belum termasuk pada

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi banyak organisasi, karyawan yang berbakat merupakan landasan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesuksesan organisasi di masa depan. Kemampuan perusahaan. efektif dan efisien (Djastuti, 2011:2).

KUESIONER PENELITIAN. Nama KAP :... Identitas Responden : Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*coret yang tidak perlu)

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Faktor - Faktor Kebahagiaan Di Tempat Kerja

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor utama yang menentukan berhasil

Perkembangan Sepanjang Hayat

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA PETUGAS PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kompensasi merupakan bagian manajemen sumber daya manusia yang sulit

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki kesimpulan sebagai berikut : c) Ada hubungan antara kebahagiaan dengan kepuasan hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. TSUKASA MANUFACTURING OF INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tercapai produktivitas kerja karyawan. Kinerja karyawan yang tinggi sangatlah

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN. 2001), bahkan dijaman sekarang ini bukan lagi perusahaan besar mengalahkan

5 cara untuk menjaga karyawan tetap terlibat dan produktif

ENYKA CUMALLA SARI B100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini setiap perusahaan harus lebih mampu berkompetisi dan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

mengekspresikan dukungan emosional kepada karyawan bersangkutan. Ketika karyawan bersikap lebih tertutup maka karyawan lain pun juga lebih sulit

I. PENGANTAR II. DATA RESPONDEN

ANALISIS PENERAPAN PROSOCIAL MOTIVATION (Studi Kasus: UKMA Basmala Universitas Bakrie) TUGAS AKHIR

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

PENGARUH SISTEM SENIORITAS ATAU NENKOJORETSU TERHADAP PERKEMBANGAN KARIR KARYAWAN LOKAL BERPENDIDIKAN S1 DI PERUSAHAAN JEPANG DI INDONESIA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

PENGARUH ORGANIZATIONAL TRUST DAN JOB SATISFACTION TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. BANGUN WISMA SEJAHTERA

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling

CAREER CALLING DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PETUGAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS 1 SEMARANG

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

GAMBARAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERSIAPAN PENSIUN KARYAWAN BUMN PT. X FARATIKA NOVIYANTI ABSTRAK

BAB V PENUTUP. juga dijelaskan beberapa saran dan keterbatasan dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Sumber Daya Manusia. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan

Transkripsi:

Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 174-182 GAMBARAN CAREER HAPPINESS PLAN PADA DOSEN Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof Sudharto. SH, Kampus Tembalang, Semarang, 50275 anggun.resdasari@gmail.com Abstract Happiness at work is one of important aspects need to be developed by individuals from any kind of profession. One of those profession is lecturer. Lecturer with happiness at work tends to be more productive and produce new and innovative ideas. This study aims to understand career happiness plan profile among lecturers. A descriptive study was conducted on 13 lecturers. Developmental goals measurment called Career Happiness Plan was used in this study to give information about factors contributed to lecturers happiness as well as information about how lecturers cope with stress, crisis, and change or challenge situation at workplace. The result showed that factors affected happiness on lecturers were relationship to others, full engagement, meaning finding (spirituality), and career development. Keywords: career happiness plan, human resource, lecturer Abstrak Kebahagiaan kerja merupakan salah satu aspek penting yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh individu dalam berbagai profesi. Salah satu profesi kerja yang perlu mengembangkan kebahagiaan kerja adalah dosen atau staf pengajar. Dosen yang merasa bahagia dalam bekerja akan cenderung lebih produktif serta menghasilkan ide-ide baru yang inovatif. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui gambaran career happiness plan pada dosen. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan dilakukan pada 13 orang dosen. Penelitian ini menggunakan alat ukur developmental goals yang disebut sebagai Career Happiness Plan, untuk mengetahui gambaran apa saja yang bisa membuat staf pengajar atau dosen bisa merasa bahagia di dalam pekerjaannya serta sebagai dasar untuk informasi menangani stres, krisis dan perubahan atau tantangan di dalam pekerjaannya. Berdasarkan hasil alat ukur Career Happiness Plan yang diberikan pada dosen dapat ditemukan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kebahagiaan di tempat kerja antara lain relasi dengan orang lain, keterlibatan penuh, penemuan makna (spiritualitas) dan pengembangan karir. Kata kunci: career happiness plan, sumber daya manusia, dosen PENDAHULUAN Pekerjaan adalah salah satu hal penting yang dijalani oleh manusia dalam fase hidupnya. Lopez & Snyder (2007) menyebutkan tiga konsep kerja. Pertama, pekerjaan yang berfokus pada keuangan sehingga memandang pekerjaan sebagai keuntungan yang diperoleh dari provider untuk kebutuhan keluarga. Kedua, pekerjaan merupakan suatu karir dengan cara memfasilitasi motivasi berprestasi, menstimulasi kebutuhan untuk berkompetisi, atau meningkatkan harga diri dan kepuasan. Ketiga, pekerjaan merupakan suatu panggilan hati yang bersumber dari kebermaknaan pribadi yang berasal dari keyakinan individu melakukan tujuan sosial yang bermanfaat sebagai bentuk pengembangan diri ke arah yang lebih baik. Kesuksesan dalam pekerjaan pasti dibutuhkan oleh setiap pekerja, bukan hanya secara materi ataupun hasil pekerjaan tetapi juga kesuksesan psikologis. Kesuksesan psikologis yang dimaksud adalah pekerja merasakan kepuasan, kenyamanan, dan kebahagiaan di dalam pekerjaan. 174

175 Gambaran Career Happines dosen Secara mendasar, seseorang yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi pasti menginginkan performa kerja yang optimal, sesuai yang diharapkan oleh perusahaan tersebut (Gary & Goodale, 2006). Tetapi berdasarkan berbagai macam hasil penelitian kenyataan yang dihadapi adalah banyak sekali pekerja yang menunjukkan bahwa pekerja mengalami masalah psikologis dalam pekerjaannya seperti kelelahan, stres kerja, dan burnout. Masalah psikologis yang dialami ketika seseorang bekerja dapat terjadi ketika individu-individu tersebut dituntut lebih banyak menciptakan keunggulan kompetitif melalui peningkatan pengetahuan, pengalaman, keahlian dan komitmen serta hubungan dengan rekan sekerja maupun pihak lain di luar perusahaan (Stranks, 2005). Carr (2004) menyebutkan bahwa pekerjaan adalah salah satu domain untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidup seperti diri sendiri, keluarga, pernikahan, relasi, lingkungan sosial, fisik, kerja dan pendidikan. Eddington & Shuman (dalam Putri, 2009) menyebutkan domain kehidupan dalam memperoleh kebahagiaan, yang meliputi diri sendiri, keluarga, waktu, kesehatan, keuangan, dan pekerjaan. Kebahagiaan di tempat kerja merupakan aspek bukan hanya bagi pekerja tetapi juga bagi instusi atau perusahaan, namun penelitian untuk mengungkap kebahagiaan karir masih terbatas (Hosie, Willemyns, & Sevastos, 2012). Menurut Pryces & Jones (2010), kebahagiaan di tempat kerja merupakan individu yang memiliki perasaan positif setiap waktu, karena individu yang mengetahui, mengelola dan mempengaruhi dunia kerjanya sehingga memaksimalkan kinerja dan memberikan kepuasan dalam bekerja. Kebahagiaan di tempat kerja adalah suatu kondisi emosi positif dan aktivitas positif yang dirasakan oleh individu secara subjektif dalam menilai diri sebagai individu yang bahagia atau tidak dalam melakukan aktivitas pekerjaan. Menurut Suojanen (2012) aspek-aspek kebahagiaan di tempat kerja antara lain: gaji, jam kerja, rekan kerja, lingkungan kerja, manajemen, kepribadian dan sikap. Selain itu, nilai pekerjaan memiliki dampak yang besar pada kebahagiaan individu di tempat kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi individu bahagia di tempat kerja yakni interaksi yang baik dengan rekan kerja, rekan kerja yang mendukung, senang dalam melakukan pekerjaan, atasan yang baik, keseimbangan kerja yang baik, variasi kerja, adanya keyakinan dalam melakukan pekerjaan, merasa berharga, menjadi bagian dari kelompok, gaji, dan prestasi (Chiumento, 2006). Menurut Kjeruflt (2007), faktor yang membuat inidvidu bahagia di tempat kerja antara lain hasil dan hubungan di tempat kerja. Individu yang bekerja untuk mendapatkan suatu hasil, akan membuat individu berbeda dengan yang lain karena pekerjaan yang dilakukan dianggap penting, mendapat apresiasi dan melakukan pekerjaan yang dapat dibanggakan. Orang dapat bahagia dalam bekerja apabila hubungan di tempat kerja baik misalnya menjalin hubungan baik dengan manajer, rekan kerja, komunikasi yang baik, dan adanya rasa humor dalam bekerja. Lebih lanjut, bahwa yang membuat inidvidu bahagia dalam bekerja antara lain pendapat atau ide didengarkan, variasi tugas, melakukan sesuatu yang berharga, variasi kerja, senang dalam bekerja, ramah, keseimbangan kerja, dan hubungan yang baik di tempat kerja. Sedangkan faktorfaktor yang membuat individu tidak bahagia di tempat kerja yaitu kurangnya komunikasi, gaji, tidak adanya pengakuan prestasi dari manajer, miskin, Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 174-182

Prasetyo 176 pengembangan ide yang kecil, kurangnya kesempatan untuk bekerja dengan baik, kurangnya manfaat yang diperoleh dari pekerjaan, bekerja tidak menyenangkan, dan tidak dihargai (Chiumento, 2006). Jadi, kebahagiaan kerja adalah suatu kondisi emosi positif dan aktivitas positif, yang dirasakan oleh individu secara subjektif dalam menilai diri sebagai individu yang bahagia atau tidak dalam melakukan aktivitas pekerjaan. Kebahagiaan kerja dapat memberikan dampak positif pada level individu maupun organisasi. Manfaat untuk organisasi yaitu jika individu yang bekerja dalam organisasi atau institusi tersebut memiliki perasaan positif disetiap waktu, individu tersebut tahu bagaimana mengelola dan memaksimalkan kinerja sehingga memberikan kepuasan dalam bekerja (Pryce & Jones, 2010). Kepuasan kerja muncul apabila individu bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan dan diharapkan (Robbins, 2002). Kesesuaian antara harapan dengan kenyataan penting untuk diwujudkan. Hal ini berkaitan dengan kepuasan kerja yang akan didapatkan nantinya. Kepuasan kerja bukan lagi secara materi atau fisik, namun juga memperoleh kepuasan secara psikologis. Individu yang menyenangi dan mencintai pekerjaan akan bahagia dalam melakukan pekerjaan. Hasil penelitian survei menunjukan 66,3 % pekerja (dari 10.310 responden) yang merasa bahagia di dalam pekerjaannya adalah pekerja yang memiliki ketrampilan dalam perencanaan merancang karir yang bahagia. Enam area ketrampilan yang harus dimiliki pekerja agar bisa sukses dan bahagia di dalam pekerjaannya yaitu komunikasi, manajemen waktu, manajemen tim, kepemimpinan, kerjasama tim, decisionmaking, problem solving, manajemen proyek dan change management (Mindtools, 2008). Individu yang merasa bahagia akan melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati dan menomorduakan imbalan materi (Alfarisi, 2010). Hal ini berarti individu yang bekerja sepenuh hati dan tanpa mengenal lelah akan merasakan kepuasan dalam pekerjaannya, sehingga berdampak pada produktivitas kerja. Carr (2004) menyebutkan kebahagiaan meningkatkan kreativitas, produktivitas dan umur panjang. Selain itu, penelitian Gupta (2012) tentang importance of being happy at work menemukan bahwa individu yang merasa bahagia akan cenderung lebih produktif, serta menghasilkan ide-ide baru yang inovatif. Hal ini berarti ada hubungan antara produktivitas dengan kebahagiaan dalam bekerja yakni semakin individu merasa bahagia dalam bekerja, semakin produktif dalam bekerja. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui gambaran kebahagiaan di tempat kerja adalah dengan menggunakan alat ukur developmental goals yang disebut sebagai Career Happiness Plan. Alat ukur ini diharapkan dapat mengetahui perasaan bahagia yang dimiliki pekerja dan kegairahan atau motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kinerja ataupun mengembangkan karirnya (Hirschi, 2004). Staib (2009) mengemukakan 4 aspek penting agar pekerja bisa bahagia dalam bekerja yaitu values, relationships, passion, dan strengths. Aspek-aspek penting itulah yang berusaha dikembangkan pada diri pekerja melalui penerapan Career Happiness Plan. Karena ketika pekerja merasakan kebahagiaan dan ketenangan maka mereka dapat menghasilkan kreativitas dan produktivitas yang optimal. Hemsath dan Yerkes (dalam Hirsch, 2004) mengemukakan bahwa ada hubungan antara fun-filled work dengan kreativitas, produkivitas, moral, kepuasan kerja, customer service dan faktor-faktor lainnya untuk menghasilkan kesuksesan Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 174-182

177 Gambaran Career Happines dosen perusahaaan. Penelitian yang dilakukan oleh Mindtools (2008) menemukan bahwa aspek-aspek hidup yang ternyata sangat vital untuk membentuk rasa bahagia yaitu tujuan, hubungan sosial dan cara berfikir. Pekerja harus bisa menetapkan memilih tujuan yang tepat, berhubungan dengan rekan-rekan kerja yang baik, pengembangan diri yang positif, dan mengembangkan berfikir positif. Mereka harus membuat pilihan-pilihan yang cerdas dan kontrol diri yang baik agar bisa bahagia di dalam pekerjaannya (Dean & Diener,2007). Career Happiness Plan adalah suatu set alat ukur developmental goals untuk mengungkap faktor-faktor kebahagiaan dan rencana pekerja untuk meningkatkan kinerjanya agar lebih optimal karena pekerja diharapkan memiliki kapabilitas dan nilai yang dapat dihargai oleh stakeholders utama (pemilik, manajer, dan pelanggan). Pekerja yang berbakat harus mengetahui bagaimana agar pekerjaan mereka sesuai dengan nilai perusahaan yang ada, memiliki keyakinan diri, serta memiliki sikap yang kreatif, produktif dan inisiatif (Chowdhury, dalam Herawati, 2008). Untuk itu organisasi atau perusahaan perlu menciptakan lingkungan internal yang kondusif dengan memberikan program atau bimbingan kepada pekerjanya agar mereka bisa mengembangkan talenta atau kompetensinya. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran Career Happiness Plan pada dosen. Dosen dipilih sebagai subjek penelitian karena dosen adalah tenaga pendidik pada perguruan tinggi yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar (Pannen, 2005). Selain mengajar, tugas dosen yang lain adalah penelitian, dan pengabdian. Dengan berbagai tugas yang harus dilaksanakan oleh dosen tersebut maka seperti dunia pekerjaan pada umumnya ada berbagai potensi konflik yang mungkin terjadi. Situasi tugas yang dapat menimbulkan masalah bagi dosen antara lain: melakukan proses pengajaran dan bimbingan dengan mahasiswa, situasi kerja yang kurang kondusif, ketidakjelasan regulasi, dan imbalan yang belum sepadan. Untuk itu, diharapkan dengan melakukan penelitian ini, dapat mengetahui secara mendalam faktor-faktor apa saja yang bisa membuat staf pengajar atau dosen bisa merasa nyaman dan bahagia di dalam pekerjaannya, sebagai dasar untuk informasi menangani stres, krisis dan perubahan atau tantangan di dalam pekerjaannya. METODE Penelitian ini merupakan studi deskriptif yaitu dengan menggunakan metode survei. Penelitian ini melibatkan 13 dosen yang terdiri dari 10 dosen perempuan dan 3 dosen laki-laki dengan masa kerja di atas 1 tahun di sebuah Fakultas pada Universitas di Kota Semarang. Alat ukur yang diberikan adalah alat ukur survei kebahagiaan kerja yaitu Career Happiness Plan (Hirsch, 2004). Career Happiness Plan terdiri dari 5 bagian yang harus diisi oleh subjek penelitian, yaitu Worksheet 1 (Life Satisfaction Indicator), Worksheet 2: Career Satisfaction Temperature, Worksheet 3: Action alert, Worksheet 4: Facing Your Fears, Worksheet 5: A Second Opinion. Worksheet 1 berutujuan untuk mengukur tingkat dari indikator-indikator kepuasan hidup. Worksheet 2 diberikan agar pekerja dapat berefleksi dan mengukur seberapa tinggi kepuasannya terhadap karir. Worksheet 3 bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh pekerja untuk mengembangkan pekerjaannya. Worksheet 4 dimaksudkan untuk mengidentifikasi halhal yang ditakuti oleh pekerja dalam Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 174-182

Prasetyo 178 pekerjaannya. Sedangkan pada Worksheet 5 pekerja diminta untuk memilih tujuantujuan pengembangan yang dapat meningkatkan keyakinan dirinya. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran hasil Career Happiness Plan yang diberikan kepada 13 orang dosen, dapat dilihat pada gambar 1 hingga gambar 5. Pada gambar 1 tampak bahwa secara umum respon subjek menunjukkan tingkat kepuasan sedang hingga sangat tinggi terhadap pekerjaannya. Jika dua respon tertinggi dijumlahkan (tingkat kepuasan nomor 4 dan 5), maka terlihat bahwa indikator kepuasan tertinggi tampak pada teman dan pasangan. Dengan kata lain kepuasan tertinggi subjek terdapat pada hubungannya dengan orang lain. Pada gambar 2, empat domain dengan tingkat kepuasan tertinggi yang dimiliki oleh subjek adalah tantangan, pengembangan potensi diri, kebermaknaan dalam pekerjaan, dan status/prestige. Sementara pada gambar 3 terlihat bahwa bisa mengembangkan keseimbangan hidup, adanya kesempatan untuk berkembang dan mengembangkan kreativitas, dan mau berbagi dan bekerja sama merupakan tiga kebutuhan yang paling banyak dipilih oleh subjek untuk mengembangkan spiritualitas pekerjaannya. Gambar 1. Gambaran Indikator Kepuasan Kerja Subjek Penelitian Gambar 3. Gambaran Kebutuhan Pekerja untuk Meningkatkan Spiritualitas Pekerjaan Gambar 2. Gambaran Kepuasan Karir Subjek Penelitian Gambar 4. Gambaran Hal-hal yang Ditakuti oleh Pekerja Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 174-182

179 Gambaran Career Happines dosen Berkaitan dengan ketakutan dalam pekerjaan, gambar 4 menunjukkan bahwa pekerja dalam penelitian ini memiliki ketakutan tertinggi ketika tidak memiliki aktivitas yang dapat dilakukan, takut kehilangan pekerjaan, dan takut jika memiliki harapan lebih. Gambar 5. Gambaran Tujuan Pengembangan Diri Sementara untuk mengatasi ketakutanketakutan yang tertulis dalam worksheet 4, pekerja memilih tujuan atau target pengembangan diri untuk meningkatkan kepercayaan diri. Hal tersebut tersaji dalam gambar 5. Dua tujuan pengembangan diri yang paling banyak dipilih oleh pekerja dalam penelitian ini adalah yakin terhadap nilai-nilai yang dipegang dan menemukan mentor yang tepat. Berdasarkan hasil analisis isi pada kuisioner terbuka (Career Happines Plan) pada 13 dosen tersebut, dapat diungkap bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagian kerja adalah: 1. Relasi dengan orang lain. Kebahagiaan kerja bukan hanya dipengaruhi oleh kondisi, tugas pekerjaan yang bisa diselesaikan maupun kompensasi yang diterima, tetapi aspek keluarga dan hubungan kerja dengan rekan kerja juga mempengaruhi tingkat kebahagiaan di tempat kerja. Hal ini telah dijelaskan oleh Argyle (dalam Carr, 2004), yang mengatakan bahwa hubungan dengan teman berkorelasi dengan kebahagiaan. Relasi dengan rekan kerja bukan hanya yang sifatnya horisontal atau dalam level kerja yang sama, namun juga hubungan dengan rekan senior maupun atasan. Seseorang akan menemukan kebahagiaan dalam pekerjaannya, ketika mendapatkan rekan kerja yang dapat saling membimbing dalam hal produktivitas (Austin, 2009). 2. Pengembangan karir. Yaitu adanya kejelasan karir beserta program pengembangan yang jelas. Yaitu ada program pengembangan karir yang jelas dan bisa mengembangkan potensi dari masing-masing individu. Pengembangan karir ini tentu juga didukung oleh iklim organisasi yang mengedepankan kerjasama antar anggota dengan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan Carr (2004) yang menyebutkan bahwa kerjasama dengan rekan-rekan merupakan potensi sumber kebahagiaan. Hal ini dilakukan dengan cara membangun kerjasama dengan orang lain yang tidak memiliki rasa persaingan sehingga kerjasama tersebut saling menguntungkan. Maka dari itu kerjasama akan meningkatkan rasa kebahagiaan. 3. Keterlibatan penuh. Keterlibatan penuh pada karir dan juga dalam aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama keluarga. Melibatkan diri secara penuh, bukan hanya fisik yang beraktivitas, tetapi hati dan pikiran Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 174-182

Prasetyo 180 juga turut serta dalam aktivitas tersebut. Carr (2004) menjelaskan adanya hubungan antara dukungan sosial dengan kebahagiaan. Hubungan antara anggota keluarga lainnya saling memberikan dukungan sosial untuk semua anggota keluarga. Dukungan sosial ini tidak hanya membawa kebahagiaan tetapi dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. 4. Penemuan makna dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang dipegang dalam keseharian. Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan orang lain, tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni menemukan makna dalam apapun yang dilakukan. Individu yang bahagia akan menemukan makna disetiap apapun yang dilakukannya dan tetap yakin dengan nilai-nilai yang dipegang. Penemuan makna ini erat kaitannya dengan aspek spiritualitas dalam hidup. Carr (2004) menjelaskan ada hubungan antara kebahagiaan dengan spiritualitas. Orang yang terlibat dalam agama dan yakin dengan nilainilai yang dipegangnya akan merasa lebih bahagia daripada yang tidak terlibat dalam agama. Agama memberikan sistem kepercayaan yang memungkinkan orang untuk menemukan makna hidup dan berharap untuk masa depan sehingga lebih bersikap optimis tentang kehidupan. Individu yang terlibat dalam agama sering terkait dengan gaya hidup sehat secara fisik dan psikologis. Dengan demikian individu yang memiliki religius yang tinggi, akan lebih berbahagia. Berdasarkan gambaran hasil deksriptif dari Career Happiness Plan yang telah diberikan pada subyek penelitian, maka hasil Career Happiness Plan tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangan individu, kelompok maupun secara organisasi, yaitu: 1. Manfaat untuk individu, yaitu individu bisa menemukan makna di dalam pekerjaannya (meaningful work). Halhal yang menunjukkan kondisi ini, antara lain: a. Individu dapat lebih mencintai dan menikmati pekerjaannya b. bekerja dengan lebih bersemangat c. Individu selalu berusaha untuk datang bekerja d. Individu merasa ada hubungan antara pekerjaannya dengan manfaat sosial e. Individu memahami makna pekerjaan bagi dirinya sendiri. 2. Pada level kelompok, yaitu kondisi yang menunjukkan peranan untuk membangun rasa kepemilikan kelompok (sense of community), hal-hal yang menunjukkan kondisi ini adalah: a. bekerjasama dengan orang atau pihak lain sangat bermakna bagi individu b. individu merasa menjadi bagian dari komunitas di tempatnya bekerja dan percaya bahwa dia dan rekan kerjanya saling mendukung satu sama lain c. merasa leluasa untuk mengungkapkan pendapatnya d. merasa bahwa setiap orang di Institusinya harus mencapai tujuan bersama e. percaya bahwa pada dasarnya setiap orang di Institusinya peduli satu sama lain f. merasa menjadi bagian dari keluarga besar Institusinya. 3. Pada level organisasi, individu menunjukkan pemahaman dan keterikatan dengan nilai dan misi organisasi (alignment with Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 174-182

181 Gambaran Career Happines dosen organizational values). Hal-hal yang menunjukkan kondisi ini adalah: a. institusi menjalankan nilai-nilai positif dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai pribadi b. institusi peduli dengan semua hal yang berkaitan dengan karyawannya. c. individu merasa terkait dengan tujuan dan sasaran organisasi d. institusi peduli pada cara yang dapat meningkatkan semangat dan spirit karyawannya Studi ini tentu memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya. Beberapa keterbatasan tersebut antara lain: a. penelitian hanya didasarkan pada satu instrumen survey (single self-report survey instrument) kuesioner. b. Konsep happiness at work adalah wilayah baru dalam penelitian perilaku organisasi dan kondisi pemahaman responden yang berbeda-beda dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami instrumen survei. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Menambah jumlah sampel dan mengambil sampel dari latar belakang yang berbeda dalam hal sektor usaha, bidang pekerjaan, karakteristik lingkungan kerja, dan sebagainya. Hal ini ditujukan untuk memaksimalkan hasil penelitian yang akan didapat. 2. Menggunakan metode penelitian dan instrumen penelitian yang beragam, seperti depth interview dan supervisor assesment. Hal ini untuk meningkatkan validitas hasil penelitian dan analisis yang lebih mendalam dan menyeluruh, sehingga konsep happiness at work yang luas dan kompleks dapat lebih dipahami. 3. Penelitian dapat diarahkan untuk menggunakan konsep happiness at work ini sebagai alat untuk melakukan perbaikan atau perubahan. Contohnya, dijadikan alat untuk meningkatkan produktivitas dan sebagainya. Hal ini ditujukan agar konsep kebahagiaan kerja dapat diadaptasi dan digunakan secara nyata di lapangan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil deskripsi menggunakan alat ukur Career Happiness Plan pada dosen dapat ditemukan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kebahagiaan di tempat kerja antara lain relasi dengan orang lain, pengembangan karir, keterlibatan penuh, dan penemuan makna dalam keseharian (spiritualitas). Empat hal utama tersebut dapat menjelaskan bahwa faktor kebahagiaan kerja dapat berasal dari diri individu maupun dari level organisasi. Career Happiness Plan ini tentu saja dapat terus dikembangkan karena dapat memberikan manfaat bagi program pengembangan individu dan organisasi. DAFTAR PUSTAKA Alfarisi. (2010). Hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas pada guru. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Pekanbaru: Fakultas Psikologi Universitas Riau Austin, C. (2009). An investigation of workplace friendships and how it influences career advancement and job satisfaction: A qualitative case study. Unpublished PhD s thesis. Capella University, United States. Carr, A. (2004). Positive psychology: The science of happiness and human strengths. New York: Brunner- Routledge. Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.2 Oktober 2015, 174-182

Prasetyo 182 Chiumento, S. (2006). Happiness at work index. London: The Illumination Bussiness. Dean, B., & Diener, R. B. (2007). Positive psychology coaching: Putting the science of happiness to work for your clients. Canada : John Wiley & Sons, Inc Gary, T., & Goodale, J. (2006). Variabel employee productivity in workface schedulling. Eroupean Journal of Operational Research, 170-184. Gupta, V. (2012). Importance of being happy at work. International Journal of Research and Development - A Management Review, 1, 1: 9-14. Herawati, A.R. (2008). Knowledge dan talent management dalam meningkatkan kinerja organisasi publik. Jurnal Ilmu Administrasi, 5, 11-14. Hirsch, A. S. (2004). How to be happy at work. Otis Avenue, Amerika: JIST Publishing. Hosie, P., Willemyns, M., & Sevastos, P. (2012). The impact of happiness on managers' contextual and task performance. Asia Pacific Journal of Human Resources, 50, 3: 268-287. DOI: 10.1111/j.1744-941.2012.00029.x Kjerruflt, A. (2007). Happiness at work. London: The Illumination Bussiness Mindtools. (2008). Career skills and workplace happiness. Didapatkan melalui www.mindtools.com/ whitepapers/jobhappiness- MindToolsWhitePaper. Lopez & Synder. (2007). Posiive psychology: The scientific and practical explorations of human strengths. Unversity of Kansas, Lawrence Pannen, P. (2005). Pendidikan sebagai sistem. Jakarta: Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka. Pryces, J & Jones, J (2010). Maximizing your psychological capital for success. Malden: A John Wiley & Sons, Ltd., Publication. Putri. (2009). Kebahagiaan dan kualitas hidup penduduk Jabodetabek (Studi pada dewasa muda bekerja dan tidak bekerja). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Robbins, S. P. (2002). Perilaku-perilaku dalam organisasi. Jakarta: Erlangga. Staib, K. (2009). The happy at work project. Didapatkan melalui www.workhappynow.com Stranks, J. (2005). Stress at work: Management and prevention. Oxford: Elsevier Butterworth- Heinemann Suojanen, J. 2012. Work for happiness Theoretical and empirical study defining and measuing happiness at work. University of Tur Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No. 2 Oktober 2015, 174-182