BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendampingi numeralia atau preposisi dalam kalimat. Adverbia dalam

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat luas dan dapat juga membantu seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mirharatulisa Dyah Amoendria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. alat komunikasi. Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu. serta latar belakang suatu bangsa (Simatupang, 1999 : 8)

ANALISIS MAKNA ADVERBIA TABI TABI, SHIBA SHIBA DAN YOKU DALAM BAHASA JEPANG 日本語の副詞 たびたび しばしば よく の意味と用法 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki aturan dalam penggunaannya. Misalnya, setiap kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi (Sutedi:2003). Modalitas merupakan kata keterangan yang

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa pertamanya untuk tujuan tertentu. Salah satu bahasa asing yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki lebih dari satu

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan fukushi. Fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

BAB I PENDAHULUAN. subdisiplin diantaranya: sosiolinguistik, psikolinguistik, dialektologi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Wihartini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinteraksi di berbagai bidang kehidupan, manusia menggunakan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. bagian-bagian kalimat digunakan kata sambung (konjungsi) yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa nasionalnnya. (Sudjianto dan Dahidi Ahmad, 2009: 11). Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa di dunia yang memiliki ciri dan

BAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Shuujoshi Danseigo Pada Komik One Piece Volume 1 Karya Eiichiro Oda

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

Bab 1. Pendahuluan. digunakan dalam berkomunikasi pada saat bersosialisasi dengan orang lain sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. pikiran, maupun ide kepada lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang seperti layaknya bahasa lain pada umumnya, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang sulit untuk dipelajari.

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Latin lingua bahasa (Verhaar, 1996: 3). Cabang-cabang linguistik di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi karena dengan bahasa kita dapat bertukar pendapat, gagasan dan ide yang kita miliki. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Surono (2004:3) yang menyatakan bahwa bahasa adalah hasil ciptaan manusia yang berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan perasaan dan pikiran seseorang kepada orang lain. Salah satu ilmu yang mempelajari bahasa adalah linguistik. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Menurut Chaer (2007:12), linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik mempunyai beberapa bidang seperti fonologi, morfologi, sintaksis, pragmatik, semantik, dan lainnya. Dari berbagai bidang linguistik yang ada, dalam penelitian ini penulis mengacu ke dalam ranah semantik. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji makna. Mulyono (dalam Suwandi, 2006:9) berpendapat, semantik adalah cabang linguistik yang bertugas menelaah makna kata, bagaimana mula bukanya, bagaimana perkembangannya, dan apa sebabnya terjadi perubahan makna dalam sejarah bahasa. 1

2 Di dalam semantik terdapat adverbia atau kata keterangan. Keraf (dalam Satria et al,. 2000:14) menjelaskan bahwa adverbia adalah kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, dan seluruh kalimat. Adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Menurut Matsuoka (dalam Sudjianto, 2012:165) yang disebut dengan fukushi adalah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia lainnya, tidak dapat berubah, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana atau perasaan pembicara. Senada dengan Matsuoka, Yuko (1995:6) dan Sudjianto (2012:165) menyatakan bahwa fukushi bila berada dalam kalimat merupakan kata yang tidak mengalami perubahan bentuk, seperti halnya perubahan verba atau adjektiva dalam bahasa Jepang dan fukushi terutamanya menjelaskan predikat. Sudjianto (2012:165) lebih lanjut menjelaskan bahwa fukushi dengan sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa mendapat bantuan dari kata-kata yang lain. Yoogen adalah kelas kata yang termasuk kelompok jiritsugo (kelas kata yang dapat berdiri sendiri) yang dapat mengalami perubahan dan dapat menjadi predikat (Sudjianto, 2012:148). Sementara itu, Jidoo Gengo Kenkyuukai (dalam Sudjianto, 2012:165) juga menyatakan bahwa fukushi tidak dapat menjadi subjek, predikat, dan pelengkap. Berdasarkan pendapat dari para ahli yang telah dikemukakakan di atas, dapat disimpulkan bahwa adverbia adalah kata keterangan yang menerangkan adjektiva, verba dan adverbia lain yang pembentukannya tidak dapat berubah, tidak dapat menjadi subjek, predikat, dan pelengkap dalam suatu kalimat.

3 Nitta (2002:33) mengemukakan bahwa adverbia bahasa Jepang (fukushi) dibagi menjadi lima komponen, yaitu kekka no fukushi (adverbia yang menyatakan hasil), youtai no fukushi (adverbia yang menyatakan situasi ), teido no fukushi (adverbia yang menyatakan derajat), dan jikan kankei no fukushi (adverbia yang menyatakan hubungan waktu) dan hindo no fukushi (adverbia yang menyatakan frekuensi). Dari pengertian di atas, penulis meneliti adverbia yang menunjukkan frekuensi (hindo no fukushi), yaitu adverbia tabi tabi, shiba shiba dan yoku. Penulis tertarik meneliti adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku karena ketiga adverbia ini memiliki makna yang sama, sehingga menyulitkan pemahaman pembelajar asing dalam belajar bahasa Jepang. Lebih jelasnya dapat dilihat dari contoh kalimat. Berikut ada beberapa contoh adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku: (1) あの人は仕事でたびたびイギリスへ行っている (Naoko, 1992:3). Ano / hito / wa / shigoto / de / tabi tabi / Igirisu / e / it- / teiru Itu / orang/ PKL/ pekerjaan / PKL/ sering / Inggris/ PKL/ pergi/ ASP Orang itu sering pergi ke Inggris karena pekerjaan (2) 彼らはしばしば放課後走っている (Weblio, 20/06/2015). Karera/ wa / shiba shiba/ houkago / hashit-/ teiru Mereka/ PKL/ sering / sehabis sekolah/ lari / ASP Mereka sering berlari setelah pulang sekolah. (3) 松本さんはよくデイスコへ行って踊っている (Naoko, 1992: 3). Matsumoto/ san / wa / yoku / disuko / e / itte / odot-/ teiru ND / SUF/ PKL/ sering/ diskotik/ PKL/ pergi / tari / ASP Bapak Matsumoto sering pergi ke Diskotik dan di sana dia menari.

4 Pada contoh (1), adverbia tabi tabi menjelaskan kegiatan berkali-kali pada verba iku pergi yang diacu oleh pelaku ano hito orang itu. Penggunaan kata tabi tabi pada kalimat di atas menunjukkan bahwa pelaku berkali-kali melakukan kegiatan pergi ke Inggris karena tuntutan pekerjaan. Pada contoh (2), adverbia shiba shiba menjelaskan frekuensi berkali-kali pada verba hashiru lari yang diacu oleh pelaku karera mereka. Penggunaan kata shiba shiba pada kalimat di atas menunjukkan bahwa pelaku melakukan kegiatan berlari berkali-kali dan menjadi suatu kebiasaan bagi para pelaku. Selanjutnya, pada contoh (3), adverbia yoku menjelaskan frekuensi berkali-kali pada verba iku pergi yang diacu oleh pelaku Matsumoto san Bapak Matsumoto. Penggunaan kata yoku pada kalimat di atas menunjukkan bahwa pelaku sering pergi ke Diskotik. Berdasarkan uraian di atas, tabi tabi, shiba shiba, dan yoku memiliki makna yang sama (sinonim). Namun, pemakaian tabi tabi, shiba shiba, dan yoku pada masing-masing contoh kalimat di atas menunjukkan perbedaan tingkat frekuensi. Sinonim dalam bahasa Jepang disebut ruigigo. Chaer (2007:297) mengemukakan sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan ujaran lainnya. Sementara itu, Kridalaksana (dalam Suwandi, 2006:8) mengemukakan adanya berbagai ragam makna, yaitu: makna denotatif, konotatif, hakikat, intense, ekstensi, kognitif, leksikal, gramatikal, luas, sempit, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku termasuk ke dalam makna leksikal. Menurut Suwandi (2006:68) makna leksikal (lexical meaning, semantic meaning, external meaning) adalah makna leksem ketika

5 leksem itu berdiri sendiri, baik dalam bentuk dasar maupun bentuk derivasi dan maknanya kurang lebih tetap seperti dalam kamus. Penelitian tentang sinonim ini menarik untuk diteliti karena dalam bahasa Jepang terdapat banyak sinonim yang membuat pembelajar asing sering melakukan kesalahan dalam menggunakan sinonim tersebut. Pendapat ini dikuatkan oleh Sutedi (2003:104) bahwa dalam bahasa Jepang banyak sinonim (ruigigo) dan sangat sulit untuk bisa dipadankan ke dalam bahasa Indonesia satu persatu. Momiyama (dalam Sutedi, 2003:120) memberikan beberapa pemikiran tentang cara mengidentifikasi sinonim, seperti berikut: 1. Chokkanteki (secara intuitif langsung) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pada pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka secara langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak. 2. beberapa kata jika diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan menjadi suatu kata, misalnya kata oriru, kudaru, sagara, furu dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan kata <turun>. 3. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna yang kecil. 4. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan secara bersamaan (sekaligus). Dari empat cara yang telah dijelaskan di atas, menurut Momiyama (dalam Sutedi, 2003:120) salah satu cara yang paling mudah untuk mengindetifikasi suatu

6 sinonim adalah cara yang kedua. Kendatipun cara ini akan melahirkan suatu pandangan yang berbeda 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah makna yang terkandung pada adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dalam kalimat bahasa Jepang? 2. Bagaimanakah penggunaan adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dalam kalimat bahasa Jepang? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan makna yang terkandung pada adverbia tabi tabi, shiba shiba dan yoku dalam kalimat bahasa Jepang. 2. Mendeskripsikan penggunaan adverbia tabi tabi, shiba shiba dan yoku dalam kalimat bahasa Jepang. 1.4 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

7 Manfaat secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran atau sumbangsih tambahan tentang ilmu linguistik bahasa Jepang terutama ke ranah semantik kepada pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan fukushi tabi tabi, shiba shiba, dan yoku. 2. Manfaat Praktis Bagi pendidik, penelitian mengenai makna dan penggunaan fukushi tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dapat dijadikan referensi pendidik supaya bisa memberikan penjelasan yang mendetail tentang fukushi tabi tabi, shiba shiba, dan yoku. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini ruang lingkup yang digunakan terbatas pada semantik dan sintaksis. Jadi, kalimat-kalimat bahasa Jepang yang terdapat adverbia tabi tabi, shiba shiba dan yoku akan fokus pada makna masing-masing adverbia serta mensubtitusikan adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dari segi struktur kalimat. 1.6 Metode Penelitian Pemecahan masalah tidak terlepas dari metode dan teknik penelitian karena berhasil tidaknya suatu penelitian dapat diketahui dari pemilihan metode dan teknik yang digunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data), (Djajasudarma, 2006:4).

8 Suatu penelitian tentulah memiliki tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Dalam metode penelitian terdapat tiga tahap, yaitu penyediaan data, penyajian data dan penyajian hasil analisis data. 1.6.1 Tahap Penyediaan Data Tahap penyediaan data adalah metode awal yang dilakukan penulis untuk menyajikan suatu data dalam penelitian. Sesuai dengan namanya penyediaan, tahap ini merupakan upaya sang peneliti menyediakan data secukupnya (Sudaryanto, 1993:5). Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode studi pustaka dengan teknik catat. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kalimat yang mengandung adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku. Sumber data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Asahi Shimbun, Yahoo.Jp, Majalah Nipponia dan Novel 1Q84. Alasan penulis menggunakan sumber data yang telah dipaparkan di ats karena keempat sumber data tersebut terdapat adverbia tabi tabi, shiba shiba dan yoku dalam kalimat. Selanjutnya, penulis menyimak satuan-satuan lingual yang berupa kalimat yang mengandung fukushi tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dari sumber data tersebut. 1.6.2 Tahap Analisis Data Pada tahap analisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode agih. Metode agih yaitu metode yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:15). Alat penentu dalam metode agih ini adalah kalimat. Secara garis besar dalam metode agih terbagi menjadi dua kelompok besar,

9 yaitu teknik dasar dan teknik langsung. Teknik dasar metode agih disebut dengan teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL yang membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian lingual yang dimaksud. Sedangkan, teknik lanjut yang digunakan dalam analisis adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku ini adalah teknik ganti. Menurut Sudaryanto (1993:37), teknik ganti dilaksanakan dengan menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang besangkutan dengan unsur tertentu yang lain di luar satuan lingual yang bersangkutan. Kegunaan teknik ganti adalah mengetahui kadar kesamaan adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku. 1.6.3 Tahap Penyajian Analisis Data Pada tahap penyajian analisis data dilakukan secara informal. Penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa dan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami. 1.7 Sistematika Penulisan Langkah-langkah dalam penelitian ini penulis akan dibagi dalam 4 bab, yaitu : Bab I Pendahuluan Pada bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

10 Pada bab ini terdapat tinjauan pustaka dan teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar untuk analissis data. Bab III Pemaparan Hasil dan Pembahasan Pada bab ini terdapat analisis data adverbia tabi tabi, shiba shiba, dan yoku dalam kalimat bahasa Jepang. Bab IV Penutup Bab ini merupakan bab terakhir dan pada bab ini penulis memaparkan hasil analisis data yang telah diperoleh dalam bentuk kesimpulan serta saran-saran untuk penulis agar dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya.