BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. mendefinisikan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. pendidikan didefinisikan berdasarkan fungsinya ada 4, meliputi:

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan

LANDASAN PENDIDIKAN DISUSUN OLEH :

PENGANTAR PENDIDIKAN

BAB I. Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber-sumber manusianya, maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik,

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

DEFINISI PENDIDIKAN MENURUT PARA AHLI

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

Keberadaan pendidikan merupakan khas yang hanya ada pada dunia manusia dan sepenuhnya ditentukan oleh manusia, tanpa manusia pendidikan tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

Pendidikan Agama Islam Bab : 8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Departemen Pendidikan Nasional RI (2003:5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PENDIDIKAN POLITIK. A. Pengertian Pendidikan dan Politik. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atai paedagogie berarti bimbingan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Dinno Mulyono, S.Pd. MM. Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini banyak membawa pengaruh positif maupun negatif bagi penggunanya. Apabila

PENGERTIAN PEDAGOGIK. a. Pendidikan dalam arti khusus

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi (menggerakkan) berasal dari bahasa latin yakni movere, yang berarti menggerakkan (to move) (Winardi, 2001).

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai (Suryosubroto, 2010: 2).

EFEK PERAN SERTA KELUARGA DALAM PROSES PENDIDIKAN ANAK

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EVA IMANIA ELIASA,M.Pd BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Mengingat

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. hidup merupakan benda hidup yang mempunyai ciri ciri di antaranya

Tugas Individu. Manajemen strategik pendidikan. 1. Simpulkan bagaimana pendapatmu tentang Pendidikan Indonesia?

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang

PENGANTAR PSIKOLOGI. YENI WIDYASTUTI, S.Sos., M.Si PERTEMUAN I

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

LANDASAN PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA NI WAYAN RIA LESTARI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan jaman dan arus globalisasi yang tak

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. para pastor paroki St. Albertus De Trapani Blimbing Malang.

PSIKOLOGI UMUM. Lidyasari, M.Pd. Pertemuan 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sejak lahir kedunia sudah mendapatkan pendidikan hingga ia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PSIKOLOGI UMUM. Pertemuan 1

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

hiryanto pls TUJUAN PENDIDIKAN Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendididkan Nasional Nomor 2 tahun 1989 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menaruh harapan besar terhadap pendidikan demi perkembangan masa depan bangsa ini,

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. maupun negatif kepada umat manusia. Dampak tersebut berakibat kepada perubahanperubahan

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Menurut Umar Tirtahardja dan S.L. La Sulo (2008: 33-36), mendefinisikan pendidikan berdasarkan fungsinya, yaitu: a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya Pendidikan sebagai proses transformasi budaya diartikan sebagai pewarisan budaya dari generasi satu ke generasi lainya. Pewarisan budaya ini meliputi larangan-larangan, anjuran, kebiasaan-kebiasaan tertentu, dan ajakan sehingga generasi berikutnya bisa bersikap dan bisa mencerminkan nilai-nilai pewarisan budaya yang dihendaki oleh masyarakat. b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi Pendidikan diartikan sebagai proses pembentukan pribadi yang sistematis dan sistemik terarah kepada pembentukan kepribadian peserta didik, sehingga proses pembentukan pribadi ini bertujuan agar peserta didik yang belum dewasa diharapkan menjadi pribadi yang dewasa serta peserta dididk yang sudah dewasa dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadianya meningkat. 7

c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik. Warga negara yang baik diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai warga negara yang tertulis didalam Undang-Undang Dasar 1945. d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diaratikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon pekerja untuk memehuni kebutuhan pokoknya. Ki Hajar Dewantara (Tri Widiarto dan Ester Arianti, 2005: 18-19) mendefinisikan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya. John Dewey (Tri Widiarto dan Ester Arianti, 2005: 18-19) mendefinisikan pendidikan adalah proses pembentukan kecakapankecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan seemesta manusia. Crow and Crow (Tim pengembangan MKDK IKIP, 1991: 2-3) juga mendefinisikan pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan 8

sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Berdasarkan uraian di atas, maka pendidikan diartikan sebagai usaha kegiatan yang menuntun segala kodrat yang ada pada anak sehingga kepribadian dan kemampuanya berkembang serta membentuk kecakapankecakapan fundamental. Kecakapan tersebut berguna dalam meneruskan guna meneruskan budaya dari generasi ke generasi sehingga adat dan budaya tersebut tetap ada dan berkembang dengan baik. Terbentuknya anak diharapkan mampu melahirkan warga negara dan tenaga kerja yang baik dan berbudi. 2. Pendidikan Masa Kemerdekaan Pemerintah membangun sekolah formal guna untuk mengembangkan dan mendidik masyarakat sehingga masyarakat memiliki pemikiran yang cakap secara intelektual, Oleh karena itu, pemerintah pada masa kemerdekan membagi sistem pendidikan di Indonesia yang terdiri dari 4 tingkatan,yaitu: a. Pendidikan Rendah pada tahun 1945 Sekolah Dasar disebut Sekolah Rakyat dengam lama pendidikan 6 tahun, sekarang lebih dikenal dengan pendidikan Sekolah Dasar. b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sekarang lebih dikenal dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan lama pendidikan 3 tahun. 9

c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sekarang lebih dikenal dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan lama pendidikan 3 tahun. d. Pendidikan Tinggi yaitu pendidikan tingkat Universitas dengan lama pendidikan 4 tahun (Sartono Kartodirjo, 1975 : 266). Maka untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tingkat menengah pemerintah membangun Sekolah Menengah Pertama negeri, selain itu pihak swasta membangun Sekolah Menengah Pertama swasta. Salah satu Sekolah Menengah Pertama swasta yang didirikan oleh pihak swasta adalah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutiana. B. Sekolah Misi Bangsa Portugis membangun sekolah di Indonesia untuk menyebarkan agama Katolik. Dalam mencapai tujuan tersebut maka bangsa Portugis mendatangkan para Misionaris ke Indonesia. Salah satu Misionaris tersebut adalah Fransiskus Xaverius yang telah menyelesaikan studinya di Serikat Yesus, sehingga Fransiskus Xaverius ini yang dianggap peletak dasar agama Katolik di Indonesia. Dalam untuk menyebarkan agama Katolik secara luas maka para misionaris ini mendirikan sekolah-sekolah yang gunanya untuk mendidik calon-calon misionaris atau pekerja agama (Muhammad Rifai, 2010:54-55). Di sekolah missi ini banyak masyarakat pribumi yang menyekolahkan anak-anak laki-laki maupun perempuan. Sekolah missi yang dibangun adalah sekolah misi khusus laki-laki dan perempuan. Komplek sekolah misi laki-laki dan perempuan ini tidak boleh digabung menjadi satu karena 10

para pemuda ataupun pemudi yang masuk sekolah ini harus siap mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan masyarakat. Oleh karena itu, para siswa harus siap untuk tidak menikah dan tidak memikirkan kesenangan duniawi saja tetapi harus sudah memikirkan hal yang bersifat rohani (B.Y.S Padmasepoetra dan Marcel Beding, 1974: 893). C. Kebijakan Kebijakan secara etimologi (asal kata) diturunkan dari bahasa Yunani, yaitu Polis yang artinya kota (city). Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola formal yang samasama diterima pemerintah/lembaga sehingga dengan hal itu mereka berusaha mengejar tujuannya. Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat mengikat yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berprilaku (Ary H. Gunawan, 1985: 111). Berdasarkan uraian diatas, maka kebijakan dapat diartikan sebagai gagasan atau keputusan formal suatu organisasi pemerintah atau swasta yang mempunyai sifat mengikat para perilaku yang ada didalam organisasi tersebut. 11

D. Psikologi Psikologi secara etmologi berasal bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, jadi psikologi adalah ilmu jiwa. Clifford T. Morgan mengemukakan psikologi adalah ilmu mempelajari tingkah laku manusia. Garden Murphy mendefinisikan psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya (Sarlito Wirawan Sarwono, 1992: 16-17). Berdasarkan uraian diatas, maka psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana respon yang diberikan makhluk hidup terhadap lingkunganya. Baron dan Byrne mengemukakan psikologi sosial adalah bidang ilmiah yang mencari pengertian tentang hakikat dan sebab-sebab dari perilaku dan pikiran-pikiran individu dalam situasi sosial. Jones dan Gerrard mengemukakan psikologi sosial adalah subdisplin dari psikologi yang mengkhususkan diri pada studi ilmiah tentang perilaku individual sebagai fungsi rangsangan (stimulus) sosial. Mc David dan Harari mendefinisikan psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang pengalaman dan perilaku individual dalam kaitan dengan individu lain, kelompok, dan kebudayaan (Sarlito Wirawan Sarwono, 1996: 8-10). Berdasarkan uraian diatas, maka psikologi sosial adalah suddisplin dari psikologi yang mengkhususkan diri pada perilaku individual serta mencari pengertian tentang hakikat dan sebab dari perilaku individu dalam ikatan dengan individu lain, kelompok, dan kebudayaan. 12

E. Penelitian yang Relevan Dalam penelitian Sekolah Guru B di Salatiga ( 1950-1961) oleh Dian Lukitaningtyas (Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Sejarah, UKSW, 2012). Penelitian ini mengkaji latarbelakang pemerintah menyelenggarakan Sekolah Guru B di Salatiga tahun 1950-1961 serta mengetahui sejarah Sekolah Guru B di Salatiga dengan memperhatikan sistem pendidikan serta perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, sedangkan dalam penelitian saya membahas tentang Sekolah Missi yang dibawahi oleh para suster pada tahun 1953 di Salatiga, serta mengetahui Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina di Salatiga serta memperhatikan sistem pendidikan serta perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian lainnya dengan judul Distrik Salatiga 1900-1942 dalam bentuk Tessi ditulis oleh Emy Wuryani ( Program Studi Sejarah Bidang Ilmu- Ilmu Humaniora, Sekolah Pasca Sarjana, UGM, 2006). Tesis ini mengkaji kehidupan sosial ekonomi di Salatiga pada tahun 1900-1942 dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dinamika sosial ekonomi serta permasalahan yang dihadapinya. Penelitian tersebut juga menjelaskan tentang sekolah missi katolik yang ada di Salatiga mengenai sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina serta faktor sekolah tersebut memisahkan diri dari Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur. 13