UniversitasSyiah Kuala Vol. 3 No.3, April 2015, hal ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekolah masih kurang memenuhi kebutuhan untuk mengembangkan bakat

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat di puaskan satu persatu, karena memiliki standard masing masing.

SURVEI SARANA PRASARANA OLAHRAGA DENGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PENJASORKES SMP NEGERI KECAMATAN DAMPAL SELATAN KABUPATEN TOLITOLI ARMAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ELEMEN DASAR MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 1 UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SEPAK TAKRAW MELALUI PENDEKATAN PERMAINAN JALA HIP HOP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan fungsi pokok dan usaha yang paling

KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nasional yang tertuang dalam BAB II pasal 3 yang berumuskan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ervan Kastrena, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga permainan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemerintah beranggapan bahwa profesional guru dan dosen dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I. memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh.kegiatan ini dalam perkembangannya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya pendidikan dasar mendapat perhatian yang khusus dan sungguhsungguh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah untuk atau tempat menimba ilmu pengetahuan

KISI-KISI SOAL UKG TAHUN 2015 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN JENJANG SD

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

KISI- KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan hidup sehari-hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya yang dikerjakan secara sadar oleh manusia untuk meningkatkan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan.

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat

Transkripsi:

15

UniversitasSyiah Kuala Vol. 3 No.3, April 2016, hal 15 20 PELAKSANAAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR FAVORITDI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2009 Bachtiar, M. Nasir Yusuf (Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar FKIP Unsyiah) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah dasar favorit se-kota Banda Aceh Penelitian dengan metode survei ini memiliki populasi guru dan murid pada 8 SD favorit se kota. Sampel penelitiansebanyak 22 orang guru penjas dan 156 murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan seminggu sekali oleh guru yang berkompeten; (2) pelaksanaan pendidikan jasmani tidak berorientasi pada pengembangan kebugaran jasmani siswa, karena sebagian besar diarahkan dalam penguasaan keterampilan atau teknik dari masing-masing cabang olahraga yang diajarkan. Dalam mengikuti pelajaran penjas para siswa merasa senang meskipun mereka menyatakan masih belum optimalnya dukungan sarana atau prasarana daiam pembelajaran penjas di sekolah. Perasaan senang tersebut diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi pada pembelajaran pendidikan jasmani seimbang dengan pelajaran yang lain. Kata kunci: pendidikan jasmani, sekolah dasar favorit. PENDAHULUAN Pembelajaran sebagai proses pengembangan kompetensi diwujudkan dalam berbagai model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang mendidik, dan memberi ruang bagi peseta didik untuk mengembangkan potensi diri dan kreativitasnya. Beberapa kondisi pembelajaran yang dapat mendukung pencapaian kompetensi antara lain: (1) memberikan bobot pembelajaran yang berimbang antara teori danpraktik, (2) memperkenalkan dinamika kehidupan peserta didik di sekolah dan budaya sekolah seawal mungkin, (3) mengenalkan pengelolaan kelembagaan, khususnya sekolah dalam jenjang pendidikan dasar, (4) memanfaatkan hasil-hasil penelitian dan kajian konseptual untuk peningkatan kualitas pembelajaran, (5) mengembangkan proses pembelajaran berbasis kompetensi selama satuan waktu pembelajaran. Anak sekolah dasar atau peserta didik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari komunitas anak-anak pada umumnya. Oleh karena itu, sebagai bagian dari struktur masyarakat, anak sekolah dasar juga mempunyai hak yang 16

sama dalam perolehan layanan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah. Dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan di SD, pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan pada semua siswa. Menurut Syarifudin (1997) pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari pendidikan secara keseluruhan yang berisi berbagai bentuk aktivitas jasmani yang bertujuan mengembangkan individu secara organik, nuoromus kulair, intelektual, dan emosional. Pendidikan jasmani di sekolah merupakan salah satu faktor (eksogen) yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Sebagai contoh salah satu manfaat dari pendidikan jasmani adalah membina siswa ke arah kerja atau sifat sosial. Bekerja sama dalam bentuk permainan olahraga dapat memupuk rasa sosial mereka. Saling harga menghargai sesama teman dapat memupuk rasa tidak sombong. Dengan demikian cabang olahraga beregu cocok dengan perkembangan jiwa anak. Adapun cabang perorangan seperti atletik dan senam dapat memupuk rasa percaya diri, ulet dan berani. Latihan-latihan yang berupa aktivitas jasmani secara teratur dapat membantu pertumbuhan fisik para siswa. Dengan ditunjang pola makan dan gizi yang seimbang akan dapat memacu perkembangan dan pertumbuhan siswa. Karena perkembangan dan pertumbuhan siswa tidak semuanya sama, maka dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani perlu disesuaikan. Penyesuaian ini dapat berupa materi atau bahan ajar, pemilihan alat, dan pembenahannya. (Djumhan Pida, 2003). Menurut Lambert (1987) terdapat tiga komponen utama pendidikan jasmani yang perlu diperhatikan secara cermat, yaitu: desain kurikulum, desain METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei, bermaksud untuk mengetahui keadaan atau peristiwa dari objek penelitian. Cara memperoleh informasi-informasi digunakanteknik angket untuk mengumpulkan data. Populasi yang digunakan ialah para guru dan siswa Sekolah Dasar Favorit se-kota Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive sampling yaitu menentukan 17

UniversitasSyiah Kuala Vol. 3 No.3, April 2016, hal 15 20 sampel dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal. Jumlah sampel 136 orang, terdiri atas guru 22 orang dan siswa 108 orang. Variabel yang diteliti berorientasi pada pelaksanaan pendidikan jasmani atau olahraga yang diarahkan untuk meningkatkan kebugaran jasmani atau untuk pencapaian prestasi pada tiap-tiap cabang olahraga. Instrumen penelitian untuk mengambil data dengan angket, dibuat dengan kisi-kisi terdiri dari materi ajar, metode mengajar, alat dan fasilitas, sistem penilaian dan materi pendukung (umum). Angket terdiri dari 22 butir untuk guru dan 20 butir untuk siswa. Setiap butir pertanyaan dilengkapi dengan alternatif jawaban yaitu YA jika setuju dan TIDAK jika tidak setuju. Teknik analisis data yang digunakan ialah teknik deskripitif yang diwujudkan dalam bentuk naratif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat diuraikan dengan melihat data dari persepsi guru dan siswa dalam melaksanakan dan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Secara rinci persepsi dari kedua unsur tersebut (guru dan siswa) dapat dijelaskan sebagai berikut: Persepsi guru Sesuai dengan persyaratan kecakapan, kemampuan, dan tanggung jawab dalam tugas, maka jabatan guru penjas termasuk dalam jabatan profesional. Karena itu diberlakukan akuntabilitas publik, yang mengacu pada pemenuhan kriteria kelayakan profesi guru penjas. Jabatan guru penjas memerlukan persyaratan kemampuan yang secara akademik dan pedagogis sahih dan secara sosial-profesional dapat diterima oleh dunia persekolahan tempat bertugas. Tuntutan formal profesional bagi jabatan guru sebagaimana tercantum dalam UU Sisdiknas perlu dipersiapkan melalui pendidikan prajabatan guru. Karena itu, untuk menghasilkan lulusan guru pemula yang kompeten diperlukan adanya standar kompetensi guru pemula. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yangmencakup sikap, pengetahuan dan 18

ketrampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini lebih jauh ditegaskan dalam penjelasan UU Sisdiknas bahwa Standar isi mencakup ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan ke dalam persyaratan tentang kompetensi tamatan, bahan kajian, mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dalam penelitian ini, guru yang dipilih sebagai responden adalah seseorang yang ditugaskan oleh sekolah untuk menyampaikan pelajaran penjas kepada siswa. Dari jumlah 23 responden ditinjau dari latar belakang pendidikan 56,82 % adalah lulusan Strata Satu (S-1) Pendidikan Jasmani atau Olahraga dan 20,13% lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani (PGSD Penjas) atau Diploma Dua (D-2) Penjas. Masa tugas mereka dalam melaksanakan pelajaran penjas rata-rata masa kerjanya 14 tahun. Dari 23 responden hanya 2 orang atau 15,30% yang merupakan lulusan Sekolah Guru Olahraga (SGO). Dengan demikian ditinjau dari segi kompetensi, lulusan guru penjas yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dinyatakan secara umum kompeten untuk mengajar penjas. Dalam menyampaikan tugasnya untuk memberikan mata pelajaran Penjas, guru penjas mengacu pada Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dalam setiap membuat satuan pelajaran. Selanjutnya materi ajar yang diberikan pada siswa, para guru penjas masih mengarah pada teknik-teknik baku sesuai cabang olahraganya. Meskipun pelajaran penjas oleh guru diarahkan pada pencapaian ketrampilan atau teknik-teknik sesuai cabang olahraganya, namun dalam pelaksanaannya para guru cenderung tidak selalu mengacu pada peraturan yang baku dari masing-masing cabang olahraga yang diajarkan. Para guru dalam memberikan pelajaran penjas sebagian besar tidak menggunakan gaya mengajar komando. Hal ini juga diperkuat oleh temuan bahwa hanya sebagian kecil saja guru yang mengajarnya menggunakan teknik latihan atau drill pada siswa. Para guru berpendapat bahwa siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk aktif mengikuti pelajaran tanpa adanya dominasi dari guru. 19

UniversitasSyiah Kuala Vol. 3 No.3, April 2016, hal 15 20 Mengingat pelajaran penjas di sekolah tidak untuk meraih prestasi atau penguasaan teknik dari berbagai cabang olahraga, maka keberadaanaspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan secara simultan. Karena itu bahan ajar harus dipilih agar relevan dengan tingkat kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat sekitar. Dari segi persepsi siswa, menunjukkan bahwa pelajaran penjas diikuti oleh siswa setiap minggu 1 (satu) kali. Para siswa dalam mengikuti pelajaran penjas diliputi oleh perasaan senang, dalam hal ini para siswa pada umumnya mendapatkan rasa senang ketika mengikuti pelajaran penjas saat materinya menyangkut olahraga permainan (bolavoli, sepak bola, bola basket). Para siswa juga menyatakan bahwa pelajaran penjas di sekolah menggunakan peraturan yang baku sesuai cabang olahraga yang diajarkan. Mereka juga menyatakan bahwa pelaksanaan penjas oleh guru sering menggunakan peralatan yang sudah dimodifikasi sehingga bentuk peralatan maupun lapangannya disederhanakan. Dari segi pengelolaan kelas, guru pendidikan jasmani sebagian besar dalam mengajarnya antara siswa putra dan putri dicampur menjadi satu. Pada saat proses pelajaran berlangsung sebagian besar siswa memberikan tanggapan bahwa guru sudah berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa. Fenomena itu merupakan salah satu yang membuat para siswa menyatakan bahwa sebagian besar mereka menyenangi materi pelajaran penjas, meskipun demikian para siswa juga menyatakan bahwa peralatan atau sarana yang dimiliki oleh sekolah masih sangat kurang atau sederhana. Implikasi dari hal ini, maka sudah saatnya para pimpinan sekolah SD favorit seharusnya memberikan perhatian yang lebih besar akan penyediaan sarana dan prasarana penjas sehingga mata pelajaran penjas dapat dilaksanakan secara optimal. Pengembangan potensi siswa atau peserta didik ditandai dengan makin menguatnya apresiasi dan kepemilikan kekuatan spiritual keagamaan, kemampuan mengendalikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan. Selain dibutuhkan oleh dirinya sendiri, peningkatan kemampuan peserta didik ini juga diperlukan oleh masyarakat, bangsa dan negara. 20

KESIMPULAN Pelajaran penjas di sekolah dasar favorit se-kota Banda Aceh dilakukan 1 (satu) kali seminggu oleh guru penjas yang kompeten dalamberorientasi pada peningkatan kebugaran jasmani siswa, karena sebagian besar diarahkan dalam penguasaan ketrampilan atau teknik dari masing-masing cabang olahraga yang diajarkan. Dalam mengikuti pelajaran penjas para siswa merasa senang meskipun mereka menyatakan masih belum optimalnya dukungan sarana atau prasarana dalam pembelajaran penjas di sekolah. Perasaan senang tersebut diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi pada pembelajaran pendidikan jasmani seimbang dengan pelajaran yang lain. Untuk peningkatan mutu pembelajaran pendidikan jasmani maka perlu diadakan penataran atau penyegaran tentang pelaksanaan pendidikan jasmani dalam upaya menyamakan persepsi pelaksanaan pendidikan jasmani yang benar, dan pemberian tambahan keterampilan pada guru pendidikan jasmani yang diharapkan dapat diberikan pada para siswanya. Ketrampilan tambahan tersebut misalnya ketrampilan atau kemampuan baris-berbaris, kemampuan berkomunikasi pada anak didik dan kemampuan menggali potensi sekaligus mengarahkan secara optimal potensi tersebut sehingga siswa dapat berkembang tidak hanya pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. DAFTAR PUSTAKA Adain, C W (1991). Fondation of Physical Education Exercise and Sport Education. Philadelphia. Lea & Febriger. Bambang Priyonoadi, (2001) Studi Pelaksanaan Pendidikan Jasmani di SD Se-Kotamadya. Laporan Penelitian. Depdikbud (1995). Kurikulum Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud. Depdiknas (2004). Standar Kompetensi Lulusan Program Studi Pendidikan Jasmani Jenjang Strata Satu. Jakarta:Direktorat P2TK2KPT Dikti. Djumhan Pida (2003). Pembinaan Afeksi Siswa Dalam Pendidkan Jasmani dan Olahraga. Kota Banda Aceh. 21