1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Luas wilayah Provinsi Banten adalah 9.662,92 Km2, dengan pertumbuhan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

STANDAR KESEJAHTERAAN. Penanggung Jawab Nama Jabatan Tandatangan 1. Perumusan Sudiyanto, SSos Ka. Ur Kepegawaian

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN BIRO PERENCANAAN TAHUN 2012

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KOTA CIMAHI TAHUN ANGGARAN 2015

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

PERENCANAAN KINERJA TAHUN 2015 BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN LINGKUNGAN HIDUP (BLH) KOTA YOGYAKARTA. Sebelum di bentuknya Badan Lingkungan Hidup, Instansi ini pernah

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

Perencanaan Perjanjian Kinerja

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat menimbulkan menurunnya motivasi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan. permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab II Perencanaan Kinerja

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOSOBO

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat BLH Provinsi Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2015 KEUANGAN. Tunjangan Kinerja. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pencabutan.

BAB II BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA UTARA. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara ditetapkan Berdasarkan

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

Paragraf 2 Kepala Sub Bagian Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. cakap dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh perusahaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Keputusan Kepala Bapedal No. 19 Tahun 1999 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

GUBERNUR SUMATERA BARAT

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r

BAB 1 PENDAHULUAN. dana pemerintah yang seharusnya untuk rakyat menjadi disalah gunakan.

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

I. PENDAHULUAN. terkait dengan kesejaheteraan hidup, gaji yang diterima betul-betul harus

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pencemaran dan kerusakan lingkungan merupakan permasalahan yang cukup pelik dan sulit untuk dihindari. Jika tidak ada kesadaran dari berbagai pihak dalam pengelolaan lingkungan, maka permasalahan lingkungan dapat mengancam berbagai aspek kehidupan manusia. Kualitas lingkungan semakin menurun, namun kebutuhan akan konsumsi manusia semakin meningkat. Sejalan dengan kebutuhan tersebut, aktivitas eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran akan dipicu tanpa memperhitungkan dampak yang akan terjadi di kemudian hari. Dampak dari kegiatan tersebut menimbulkan kekhawatiran yaitu terjadinya pencemaran lingkungan, baik di darat, air maupun udara. Visi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 adalah terwujudnya perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup sebagai instansi yang handal dan proaktif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan melalui prinsip-prinsip good environmental governance, guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia (KLH, 2010). Sedangkan untuk menuju terwujudnya kondisi harapan ke depan, maka ditetapkan tiga misi KLH, yaitu: mewujudkan kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup guna mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, membangun koordinasi dan kemitraan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara efisien, adil dan berkelanjutan, dan mewujudkan pencegahan kerusakan dan pengendalian pencemaran sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup (KLH, 2009). KLH telah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan, namun upaya tersebut masih saja dihadapkan pada banyak permasalahan. Upaya KLH dan masyarakat untuk memperbaiki kerusakan lingkungan tidak sebanding dengan pemanfaatan sumber daya alam yang melampaui batas dan keadaan ini semakin diperparah dengan terjadinya fenomena perubahan iklim. Permasalahan lingkungan hidup selama kurun waktu lima tahun ke depan, masih akan dihadapkan pada permasalahan pencemaran air, udara, sampah, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), terutama yang bersumber dari kegiatan industri, jasa, rumah tangga atau limbah domestik dan sektor transportasi. Adapun permasalahan utama kerusakan lingkungan adalah kerusakan lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang saat ini umumnya sudah tercemar sedang hingga tercemar berat. Selain itu kerusakan lingkungan akibat kebakaran hutan dan lahan, terutama yang terkait dengan pencemaran asap lintas batas negara (KLH, 2009). Peningkatan terjadinya fenomena perubahan iklim juga merupakan permasalahan yang tidak dapat dihindari, apabila tidak dilakukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Target Indonesia secara sukarela dapat menurunkan emisi GRK sebesar 26% pada tahun

2 2020. Hal tersebut merupakan komitmen yang harus ditindaklanjuti dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan KLH Tahun 2009-2014, di antaranya melalui peningkatan pengelolaan ekosistem gambut, rehabilitasi lahan kritis dan menahan laju deforestasi (KLH, 2009). Permasalahan lain yang dihadapi KLH adalah yang terkait dengan pelayanan publik. Pelayanan publik merupakan salah satu tugas pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, atau dapat dikatakan bahwa pelayanan publik merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi hak-hak warga negara Indonesia, salah satunya adalah hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Berkaitan dengan hal tersebut, sudah semestinya pelayanan publik diberikan kualitas yang baik, sehingga kepuasan masyarakat dapat tercapai. Namun dalam kenyataannya, pelayanan publik yang dilakukan pemerintah masih jauh dari ekspektasi dan harapan masyarakat. Sekretariat KLH sebagai fungsi koordinator, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan KLH, sehingga diperlukan sumber daya manusia yang mampu melaksanakan keseluruhan penyelenggaraan tugas secara efektif, efisien dan terpadu. Tantangan yang dihadapi oleh Sekretariat KLH adalah tuntutan terhadap efisiensi, kualitas pelayanan dan dukungan kualitas pegawai yang handal dan kompetitif sesuai dengan kompetensi dan kemampuan yang dibutuhkan, dan sejalan dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Berdasarkan data yang didapatkan penulis, kualitas pelayanan yang terkait dengan perizinan yang dilakukan oleh KLH masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari jumlah izin yang diterbitkan oleh KLH melalui Unit Pelayanan Terpadu KLH yang pekerjaannya di bawah koordinasi Sekretariat KLH. Data perizinan yang diterbitkan oleh KLH dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data perizinan yang diterbitkan KLH 2012 No Jenis Layanan Permohonan Perizinan Diproses Perizinan yang diterbitkan 1 Izin Lingkungan (AMDAL) 94 87 93% 2 Izin Pembuangan Air Limbah ke Laut 85 36 42% 3 Izin Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun 1.048 83 8% Jumlah 1.227 206 17% Sumber: Data primer diolah 2013 Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa permohonan izin yang diterima dan diproses oleh KLH sebanyak 1.227 perusahaan, namun yang diterbitkan hanya 206 izin atau sebesar 17%. Jumlah permohonan izin terbesar adalah izin pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, sebanyak 1.048 permohonan, namun izin yang diterbitkan hanya 83 izin dalam setahun atau 8%. Hal ini menunjukkan bahwa belum maksimalnya pelayanan yang diberikan oleh KLH kepada publik tidak terlepas dari sumber daya manusia, yaitu kurang optimalnya kinerja pegawai. %

Untuk mencapai kinerja pegawai yang berkualitas, faktor sumber daya menjadi sangat dominan pengaruhnya. Sumber daya manusia yang berkualitas bisa dilihat dari hasil kerjanya, dalam kerangka profesionalisme kinerja yang baik, yaitu bagaimana seorang pegawai mampu memperlihatkan perilaku kerja yang mengarah pada tercapainya maksud dan tujuan organisasi. Sebagai contoh adalah bagaimana caranya mengelola sumber daya manusia agar mengarah pada hasil kerja yang baik, karena manusia bisa menjadi pusat persoalan bagi organisasi ketika potensi mereka tidak dikembangkan secara optimal. Sebaliknya sumber daya manusia dapat menjadi pusat keberhasilan bagi organisasi, manakala potensi mereka dikembangkan secara optimal. Kinerja yang dicapai pegawai pada akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap kinerja organisasi. Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut di atas, maka Sekretariat KLH perlu untuk meningkatkan kinerja pegawainya, dimana salah satu faktor kinerja dipengaruhi oleh motivasi. Motivasi pegawai tidak terlepas dari keberhasilan pimpinan untuk memberikan dorongan dan semangat. Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya keterbatasan kemampuan serta semangat kerja dalam diri manusia. Disamping itu, manusia memiliki rasa jenuh terhadap sesuatu, termasuk terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Apabila pegawai telah dihadapkan oleh rasa jenuh, maka secara tidak langsung semangat dan produktivitas yang dimiliki akan cenderung menurun sehingga akan berpengaruh pada tujuan organisasi yang akan dicapai. Unsur pimpinan disini dituntut kemampuannya untuk dapat mengatasi hal-hal yang timbul, dimana salah satu cara yang dilakukan adalah melalui pemberian motivasi. Suatu organisasi akan berjalan lancar bila semua jasa yang disumbangkan para individu kepada organisasi mendapat perhatian dan imbalan yang seimbang. Betapapun sempurnanya rencana, organisasi, dan pengawasan, jika pegawai tidak dapat menjalankan tugasnya dengan motivasi yang kuat, maka suatu organisasi tidak akan mencapai hasil sebanyak yang sebenarnya yang dapat dicapai. PNS sebagai sumber daya manusia memerlukan sesuatu yang dapat memacu keinginan mereka untuk dapat bekerja dengan giat atau memerlukan motivasi yang besar sehingga dapat dicapai hasil kerja yang diinginkan organisasi. Keseluruhan proses motivasi kepada para pegawai bertujuan agar mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Apabila pegawai mau bekerja dengan ikhlas dan memiliki kepuasan dalam bekerja niscaya apa yang menjadi tujuan organisasi akan berhasil, dan tentu saja di dalamnya terdapat faktor peningkatan kinerja pegawai yang berdampak pada peningkatan prestasi organisasi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, nampak bahwa faktor motivasi dan kepuasan kerja merupakan dua hal erat yang mempengaruhi kinerja pegawai dalam suatu organisasi. Hal tersebut dikemukan oleh Robbins (2001), dimana faktor-faktor yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pegawai, diantaranya adalah motivasi dan kepuasan kerja. Motivasi kerja pegawai dalam suatu organisasi dapat dianggap sederhana dan dapat pula menjadi masalah yang kompleks, karena pada dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi dengan memberikan apa yang menjadi keinginannya. Masalah motivasi kerja dapat menjadi sulit dalam menentukan kebutuhan apa yang dianggap penting bagi seseorang karena sesuatu yang penting bagi seseorang belum tentu penting bagi 3

4 orang lain. Sedangkan kepuasan kerja merupakan cerminan perasaan dalam diri pegawai terhadap lingkungan kondisi kerjanya dan tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang dapat dicapainya. Kepuasan kerja seringkali dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah keadaan emosi pegawai, pendapatan yang diperoleh, kesempatan yang diperoleh, lingkungan kerja, kesempatan untuk berkembang ke arah yang lebih baik dan interaksi dengan sesama pegawai lainnya maupun dengan pimpinan. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Martoyo (2000) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional pegawai yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja pegawai dan perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh pegawai yang bersangkutan. Disamping dipengaruhi oleh faktor motivasi dan kepuasan kerja, faktor pengalaman kerja sebagai pegawai akan ikut mempengaruhi kinerja seorang pegawai dalam pelaksanaan tugas kepemerintahan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Manullang (2012), yang menyatakan bahwa seorang pegawai yang sudah lama bekerja akan lebih berpengalaman dibandingkan dengan yang baru bekerja, sehingga akan lebih mudah melaksanakan tugas kesehariannya sebagai aparatur pemerintah. Remunerasi atau kompensasi adalah imbalan kerja yang dapat berupa gaji, honorarium, tunjangan tetap, insentif, bonus atau prestasi dan atau pensiun. Werther dan Davis (1996) mengatakan kompensasi adalah apa yang diterima para pekerja sebagai balasan atau pertukaran dari kontribusi yang diberikannya kepada organisasi. Konsep remunerasi sebagai salah satu indikator atau faktor yang mempengaruhi kinerja yang saat ini sedang diterapkan di berbagai instansi pemerintah merupakan agenda reformasi birokrasi yang harus dilaksanakan. Adapun penerapan konsep remunerasi ini bertujuan untuk memperbaiki penghasilan dan pendapatan di luar gaji pokok seorang pegawai dari berbagai tingkat, mulai dari golongan bawah IA sampai golongan tertinggi yaitu IVE. Namun dalam penerapannya disesuaikan dengan perencanaan pemerintah dan anggaran negara. Remunerasi merupakan salah satu agenda reformasi birokrasi. Pemerintah sejak tahun 2010 telah mengalokasikan anggaran reformasi birokrasi ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), remunerasi pejabat negara tidak dapat dipisahkan dari reformasi birokrasi yang dilakukan oleh pemerintah. Alokasi anggaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintahan. Pemerintah dituntut untuk dapat mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan berkualitas. Pegawai dikatakan memiliki kinerja yang baik, antara lain dapat mematuhi segala aturan yang telah ditetapkan dalam suatu organisasi. Peningkatan kinerja bagi pegawai tidak terlepas dari rangsangan maupun motivasi dari pegawai itu sendiri atau dari luar. Remunerasi baik secara langsung maupun tidak langsung merupakan salah satu pendorong semangat kerja dan produktivitas kerja pegawai dan pada akhirnya dapat menciptakan kinerja yang tinggi. Hal ini disebabkan setiap pegawai memiliki kebutuhan-kebutuhan dan harapan yang berbeda-beda. Dari uraian di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi pada Sekretariat KLH. Hal ini sangat beralasan, karena faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

organisasi dapat menghasilkan masukan yang membangun dan mendorong terciptanya pertanggungjawaban pegawai yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara baik, bersih dan bertanggung jawab dan pada akhirnya akan membawa dampak positif terhadap kinerja organisasi. Adapun faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kinerja pegawai, antara lain faktor motivasi, kepuasan kerja, pengalaman dan remunerasi. Berangkat dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja pegawai di Sekretariat KLH, yaitu motivasi, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi. Dalam penelitian-penelitian sebelumnya banyak disinggung tentang faktor motivasi, kepuasan kerja dan pengalaman kerja yang mempengaruhi kinerja pegawai. Namun dalam penelitian ini, penulis menambahkan variabel remunerasi sebagai variabel independen. Variabel ini dimasukkan dalam penelitian ini, karena variabel ini dimungkinkan dapat mempengaruhi kinerja individu, yaitu dengan pertimbangan bahwa remunerasi membuat pegawai dapat bekerja dengan baik dan bersih. Pegawai yang dapat bekerja dengan baik dan bersih, maka kinerja organisasinya juga akan menjadi baik dan dapat dipercaya oleh publik. Penambahan variabel remunerasi ini adalah untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada dalam praktik-praktik pengukuran kinerja di sektor publik Indonesia. Penelitian ini diberi judul Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai di Sekretariat Kementerian Lingkungan Hidup. 5 Perumusan Masalah Penjelasan akhir pada latar belakang di atas penulis menduga bahwa faktor motivasi, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi dapat meningkatkan kinerja pegawai Sekretariat KLH. Berdasarkan dugaan tersebut, maka dalam penelitian ini, penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah faktor motivasi kerja, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Sekretariat KLH. 2. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Sekretariat KLH, di antara faktor motivasi kerja, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi. 3. Indikator apa yang berkontribusi paling besar dari masing-masing faktor motivasi kerja, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut. 1. Menganalisis pengaruh motivasi kerja, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi pegawai terhadap kinerja pegawai di Sekretariat KLH. 2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Sekretariat KLH, di antara faktor motivasi kerja, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi. 3. Menganalisis indikator yang berkontribusi paling besar dari masing-masing faktor motivasi kerja, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi.

6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi penulis, merupakan sarana untuk mengembangkan wawasan dalam mengaplikasikan teori-teori ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah didapatkan penulis selama perkuliahan, khususnya yang terkait dengan upaya peningkatan kinerja pegawai. 2. Bagi Sekretariat Kementerian Lingkungan Hidup, diharapkan memberikan sumbangan saran, pemikiran dan informasi yang bermanfaat yang berkaitan dengan perencanaan strategi dalam meningkatkan kinerja pegawai Sekretariat KLH, melalui peningkatan motivasi, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi. 3. Bagi pembaca, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran serta pengaplikasian ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan Manajemen Sumber Daya Manusia yang berkaitan dengan pengaruh faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja pegawai. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup penelitian ini hanya mencakup Manajemen Sumber Daya Manusia. Agar penelitian lebih fokus dalam memecahkan masalah, maka penelitian ini dibatasi dengan batasan sebagaimana berikut: 1. Konsep tentang motivasi, kepuasan kerja, pengalaman kerja, remunerasi dan kinerja pegawai. 2. Pengaruh motivasi, kepuasan kerja, pengalaman kerja dan remunerasi terhadap kinerja pegawai. 3. Penelitian ini dilakukan hanya pada pegawai di Sekretariat KLH, mengingat jumlah pegawai KLH cukup banyak, kendala waktu, dan luasnya cakupan masalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai. 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Motivasi Kerja Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Secara konkrit motivasi dapat diberi batasan sebagai proses pemberian motif (penggerak) bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien (Sarwoto, 1979). Pentingnya motivasi adalah mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, sehingga dengan motivasi dapat menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi dapat diartikan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB