BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan pengaruh green accunting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh PBB Masalah lingkungan ini semakin nyata dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. baik pembiayaan untuk badan usaha, kegiatan pemerintah maupun perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT NIAGARAYA KREASI LESTARI BANJARBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan

PROPER : PROGRAM PENILAIAN PERINGKAT KINERJA PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu aset riil (real asset) dan aset finansial (financial asset), yang sama-sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal. Dengan adanya pasar modal para investor dapat melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peralatan lainnya yan mempunyai masa manfaat jangka panjang atau lebih dari satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan. meningkatkan profit, hal ini daya tarik bagi investor dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

Economic Education Analysis Journal

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan akan berusaha sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan yang berkelanjutan. Prafitriana (2011) menyatakan. pengambilan keputusan investasi di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik bagi pihak. internal maupun pihak eksternal perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat bisnis. Tujuan semua investasi dalam berbagai bidang dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan fungsi keuangan. Sebagai fungsi ekonomi, pasar modal

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Metode Profitabilitas Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

BAB I PENDAHULUAN. mencari tambahan dana (berupa fresh money) untuk disuntikan ke dalam perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan lain perusahaan. Untuk meningkatkan laba,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk menjadi perusahaan yang besar dan kuat melalui

BAB I PENDAHULUAN. macam aktivitas. Menginvestasikan sejumlah dana pada aset rill (tanah, emas, satu tahun, seperti saham dan oblogasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. saja perusahaan bertanggungjawab (Freeman, 2001). Perusahaan harus menjaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi seakan menjadi mata rantai yang harus di koneksikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, kemajuan teknologi dan perkembangan arus

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk menunjukan prospek perusahaan di masa yang akan datang. margin, return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE).

II. LANDASAN TEORI. Istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka, Konstruksi, dan Variabel Penelitian. Menurut Carter dan Usry (2006:198) menyatakan bahwa pengertian biaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. finansial (financial assets) dan investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. akses informasi (Widoatmodjo, 1996: 31). Semakin cepat dan semakin banyak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I UKDW. saham. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Konsep tanggung jawab social perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum dikenal dengan teori stakeholder (stakeholder theory), artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk kontribusi dalam pembangunan seccara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi

bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha (Freeman, 2002). Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi hanya untuk kepentingan sendiri, tetapi juga harus memberikan manfaat bagi para stakeholder (Ghozali dan Chariri, 2007). Hal ini dikarenakan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan yang diberikan oleh para stakeholdernya. Stakeholder perusahaan tidak hanya terdiri dari stakeholder (investor dan kreditur) tetapi juga pelanggan, pemasok, pegawai, pemerintah, badan regulator, masyarakat, termasuk lingkungan hidup sebagai bagian dari kehidupan sosial. Teori stakeholder juga memberikan gambaran bahwa tanggung jawab social perusahaan seyogyanya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stockholder). Kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebenarnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham tetapi juga untuk stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan (Untung, 2008). Timbulnya stakeholder theory ini lebih didasari oleh suatu keadaan (hokum) yang mengutamakan kepentingan pemegang saham dan sebaliknya, menomorduakan kepentingan pemasok, pelanggan, karyawan, dan masyarakat sekelilingnya. Dua aspek penting yang dikemukankan stakeholder theory adalah hak (right) dan akibat (effect). Aspek utama, hak pada dasarnya menghendaki bahwa perusahaan dan para manajernya tidak boleh melanggar hak dan menentukan masa depan pihak lain (stakeholder). Sedangkan yang kedua, akibat,

menghendaki agar manajemen perusahaan bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukan. Teori ini dengan jelas menampilkan corak baru dalam mempresepsikan perusahaan dalam bentuk yang ebih social dan humanis, serta memberikan kesadaran etis tentang tanggung jawab social (Sudryanto, 2011). Teori stakeholder telah menjelaskan mengenai apa yang menyebabkan perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab social terhadap masyarakat dimana perusahaan ini menjalankan kegiatannya. Pada dasarnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Dalam hal ini keamanan perusahaan yang pada akhirnya berujung pada kepentingan pemilik perusahaan merupakan motivasi manajer melakukan pengungkapan tanggung jawab social (Sudaryanto, 2011). 2.1.2 Kinerja Lingkungan Menurut ISO 14001, dari ISO 14001 oleh Ikhsan (2009) kinerja lingkungan adalah hasil yang dapar diukur dari sistem manajemen lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target lingkungan. Kinerja lingkungan kuantitatif adalah hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen lingkungan yang terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya. Kinerja lingkungan kualitatif adalah hasil yang dapat diukur dari hal-hal yang terkait dengan ukuran aset non fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan

semangat kerja yang dialami manusia pelaku kegiatan, dalam mewujudkan kebijakan lingkungan organisai, sasaran dan targetnya (Purwanto, 2000). Purwanto (2000) mengungkapkan terdapat dua indikator kinerja lingkungan, yaitu : 1. Indikator lagging yaitu ukuran kinerja end-process, mengukur output hasil proses seperti jumlah polutan yang dikeluarkan. 2. Indikator leading yaitu ukuran kinerja in-proces. Jenis indikator yang sudah banyak dikenal adalah indikator lagging. Indikator jenis ini adalah mudah digunakan dan mudah dimengerti. Keinginan utamanya adalah sesuai namanya yaitu indikator tertinggal (lag), mereka mencerminkan situasi dimana aksi korektif hanya dapat diambil setelah kejadian, dan bahkan setelah memakan biaya tertentu, apakah itu denda atau turunnya citra perusahaan akibat keluhan dari masyarakat. Indikator ini juga tidak mengidentifikasi akar penyebab defisiensi dan bagaimana kejadiannya dapat dicegah. Efek dari tindkan korektif tidak akan muncul sampai tahun yang akan datang, sehingga ukuran kinerja akan terasa terlambat (Purwanto, 2000). Jenis indikator yang kedua adalah leading atau indiiator in-process adalah indikator yang mengukur implementasi prosedur yang dilakukan atau mengukur faktor apa yang diharapkan membawa pada perbaikan kinerja lingkungan. Manfaat utama jenis ini adalah koreksi seringkali dapat diambil sebelum kejadian defisiensi muncul yang mengurangi kinerja lingkungan. Sayangnya, indikator ini seringkali sulit dihitung (beberapa bahkan cenderung kualitatif dari pada kuantitatif), dan hasilnya tidak mendapat perhatian dari pemegang saham (termasuk publik) (Purwanto, 2000).

2.1.3 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) 2.1.3.1 Latar Belakang PROPER Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang disingkat (PROPER) merupakan salah satu upaya yang dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penataan perusahaan dalan pengelolaan lingkungan hidup instrumen informasi. Prinsip dasar dari pelaksanaan PROPER adalah mendorong penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen intensif reputasi bagi perusahaan yang memiliki kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan instrumen disinsentif reputasi bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan,lingkungan yang buruk. Program PROPER ini merupakan gabungan dari beberapa program Kementrian Lingkungan Hidup lainnya, yang terdiri dari pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, AMDAL, serta pengendalian pencemaran laut. Sistem peringkat kinerja PROPER mencakupi pemeringkatan perusahaan dalam 5 (lima) peringkat warna yang mencerminkan kinerja pengelolaan lingkungan secara keseluruhan yaitu, emas, hijau, biru, merah, dan hitam. Perusahaan berperingkat merah dan hitam merupakan perusahaan yang belum taat, perusahaan yang berperingkat biru adalah perusahaan yang taat, sedangkan perusahaan yang berperingkat hjau dan emas adalah perusahaan yang pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan. Dengan demikian perusahaan yang berperingkat emas, hijau, dan

biru mendapatkan intensif reputasi, sedangkan perusahaan yang berperingkat merah dan hitam mendapatkan disintensif reputasi. Pelaksanaan PROPER merupakan salah satu bentuk perwujudan transparasi dan perlibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia, dengan kata lain PROPER juga perwujudan dari demokrtisasi dalam pengendalian dampak llingkungan. PROPER memberikan kesempatan bagi masyarakat luas untuk berperan secara aktif dalam pengendalian dampak lingkungan. Sebagaimana layaknya demokratisasi, peranan masyarakat dan individu secara aktif dituntut baik sebagai individu maupun kelompok. Agar informasi yang dikeluarkan oleh PROPER legistimate dimata masyarakat, maka pelaksanaan PROPER menerapkan prinsipprinsip Good Enviromental Governance (GEG), antara lain transparasi, partisipasi multi stakeholder dan akuntable (http://proper.menlh.go.id/). 2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran PROPER Tujuan dari program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER), yaitu : 1. Mendorong terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan; 2. Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya peestarian lingkungan; 3. Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan; 4. Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha/kegiatan untuk menaati peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan; 5. Meningkatkan penataan dalam pengendalian dampak lingkungan melalui peran aktif masyarakat; 6. Mengurangi dampak negatif kegiatan perusahaan terhadap lingkungan. Selain mempunyai tujuan, program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER) juga memiliki sasaran, yaitu :

1. Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundangundangan melalui instrumen insentif dan disinsentif reputasi; 2. Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production). Sumber : http://proper.menlh.go.id/ 2.1.3.3 Fakto Kunci Keberhasilan dan Strategi Faktor dari kunci keberhasilan program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER) adalah : 1. Tumbuhnya sikap proaktif dan kesadaran para pelaku dunia usaha dan masyarakat dalam mensikapi paket informasi penataan yang telah dikeluarkan oleh KLH merupakan salah satu faktor penting dari keberhasilan pelaksanaan PROPER; 2. Kualitas informasi PROPER yang dismpaikan kepada stakeholder sehingga mampu mendorong para stakeholder melakukan langkah proaktif; 3. Kepedulian perusahaan terhadap reputasi atau citra sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan PROPER. Sumber : http://proper.menlh.go.id/ Disamping itu PROPER juga memiliki strategi-straregi di dalam menjalankan programnya, yaitu : 1. Paket informasi PROPER yang disampaikan harus dapat dengan mudah dimengerti oleh para stakeholder. Untuk memudahkan langkahlangkah proaktif para stakeholder, maka peringkat kinerja penataan perusahaan dalam PROPER dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat warna, yaitu :

a. Peringkat emas untuk usaha atau kegiatan yang telah berhasil melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan atau melaksanakan produksi bersih dan telah mencapai hasil yang sangat memuaskan; b. Peringkat hijau untuk untuk usaha atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan dan mencapai hasil lebih baik dari persyaratan yang ditentukan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku; c. Peringkat biru untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan telah mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan minimum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Peringkat merah untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup tetapi belum mencapai persyaratan minimum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. Peringkat hitam umtuk usaha dan atau kegiatan yang belum melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang berarti.

2. PROPER harus harus dilakukan oleh lembaga yang bersifat independen dan kredible di mata para stakeholder. Untuk itu pelaksanaan PROPER dilakukan melalui perlibatan multi stakeholder. 3. PROPER perlu diarahkan kepada perusahaan yang peduli terhadap reputasi atau citranya dimata para stakeholdrenya. 4. Pelaksanaan PROPER harus dilakukan secara bersma-sama dengan instrument penataan lainnya, seperti: instrument ekonomi dan instrument penegakan hukum. 5. Pelaksanaan PROPER kedepan harus melibatkan jumlah perusahaan yang lebih banyak sehingga dapat mencerminkan tingkat penataan perusahaan secara keseluruhan, dan tercapainya kon-sistensi serta keadilannya pengelolaan lingkungan di Indonesia. 6. Meningkatkan peran aktif Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota agar pelaksanaan PROPER dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sumber : http://proper.menlh.go.id/ 2.1.3.4 Indikator Keberhasilan Untuk mewujudkan akuntabilitas pelaksanaan PROPER maka beberapa hal dibawah ini dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan PROPER: 1. Menurunnya beban pencemaran (pollution load) yang dikeluarkan perusahaan ke lingkungan; 2. Menurunnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan;

3. Meningkatnya kualitas lingkungan; 4. Meningkatnya jumlah perusahaan yang menaati peraturan lingkungan; 5. Meningkatna kepercayaan para stakeholder terhadap hasil penilaian kinerja perusahaan yang telah dilakukan. Sumber : http://proper.menlh.go.id/ 2.1.3.5 Keuntungan PROPER bagi para stakeholder Pelaksanaan PROPER memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan dan para stakeholder lainnya, antara lain : 1. Sebagai instrumen benchmarking bagi perusahaan untuk mengukur kinerja pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dengan melakukan pembandingan kinerja dengan perusahaan lainnya secara nasional (non financial benchmarking); 2. Sebagai media untuk mengetahui status ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; 3. Sebagai salah satu clearing house bagi investor, perbankan, masyarakat, dan LSM sekitar perusahaan untuk mengetahui kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan; 4. Sebagai alat promosi bagi perusahaan yang berwawasan lingkungan terutama untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam perdagangan;

5. Sebagai bahan informasi bagi pemasok tekhnologi lingkunga terutama berkaitan dengan tekhnologi yang ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh perusahaan; 6. Meningkatkan citra dan kepercayaan perusahaan dimata stakeholder; 7. Memberikan ruang partisipatif bagi para stakeholder untuk terlibat secara langsung dalam upaya pengendalian dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan. Sumber : (http://proper.menlh.go.id/) 2.1.3.6 Kriteria Penilaian PROPER Peringkat kerja PROPER berorientasi kepada hasil yang telah dicapai perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang mencakup 7 (tujuh) aspek, yaitu : 1. Penataan terhadap peraturan pengendalian pencemaran air; 2. Penataan terhadap peraturan pengendalian pencemaran udara; 3. Penataan terhadap peraturan pengelolaan limbah B3; 4. Penataan terhadap peraturan AMDAL; 5. System manajemen lingkungan; 6. Penggunaan dan pengelolaan sumber daya; 7. Community Development, participation, dan Relation. Sumber : (http://proper.menlh.go.id/) 2.1.4 Profitabilitas 2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas Irawati (2006:58), yang menyatakan bahwa : Rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya

semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien. Munawir (2007 : 33) mengemukakan rentabilitas atau profitabilitas adalah : Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan/ asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (operating assets). Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena pdofitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi profitabilitas suatu badan usaha, maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan semakin terjamin. Seperti yang diungkapkan oleh Battazzi, Secchi, dan Tamagni (July 2008) dalam jurnalnya yang berjudul Productivity, Profitabilty, and Financial Performance menyatakan bahwa : A comparative analysis of two crucial dimensions of firms performance: profitability and productivity, and find independently from the particular sector of activity and from financial conditions, there seems to be weak market pressure and little behavioral inclination for the more efficient and more profitable firms to grow faster. 2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Kasmir (2011:197), yang menyatakan bahwa tujuan dan manfaat penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan, adalah : Tujuan : 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produtivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Manfaat Manfaat dari penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan atau bada usaha adalah : 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 2.1.4.3 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai dan mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu

periode tertentu atau untuk beberapa periode. Susan Irawati (2006:58), meyatakan bahwa, di dalam rasio keuntungan atau profitability ratios ini ada rumusan yang digunakan, di antaranya adalah : (EPS) 1. Gross Profit Margin 2. Opering Profit Margin 3. Operating Ratio 4. Net Profit Margin 5. Return On Asset (ROA) 6. Return On Investment (ROI) 7. Return On Equity (ROE) 8. Earning Per Share (EPS) Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Earning Per Share 2.1.4.4 Earing Per Share (EPS) Diniarti (2007) dalam penulisannya menjelaskan bahwa earning per share (EPS) merupakan jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah keuntungan yang ersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar sham biasa yang beredar. Sedangkan Houston dan Brigham (2001) berpendapat, laba per lembar saham atau EPS adalah kemampuan perusahaan untukmendistrbusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.

Earning per share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan jumlah saham yang bebredar. Menurut Subramanyam dan John J. Wild (2013), EPS dapat dirumuskan sebagai berikut : EPS = Laba bersih Deviden saham preveren Jumlah saham yang beredar 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah hasil dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti trdahulu, yang mana penelitian tersebut memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan faktor fundamental danprofitabilitas sebagai acuan. Hasil penelitian Alifitriah (2015) tentang pengaruh kinerja lingkungan terhadap profitabilitas dan return saham menunjukkan bahwa kinerja lingkungan pada perusahaan yang lebih taat berpengaruh positif terhadap profitabilitas namun tidak berpengaruh terhadap return saham, kinerja lingkungan pada perusahaan yang taat tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan return saham, dan kinerja lingkungan perusahaan belum taat tidak berpengaruh terhadap profitabilitas namun berpengaruh negatif terhadap return saham. Rahma (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh implementasi Enviromental Performance terhadap profitabilitas menunjukkan bahwa melalui environmental disclosure, environmental performance yang dilakukan perusahaan dapat meningkatkan economic performance dan beberapa proksi profitabilitas

(earning per share dan net profit margin). Oleh karena itu, environmental disclosure berperan sebagai media perantara antara environmental performance dengan peningkatan profitabilitas perusahaan. Sarumpaet (2005) melakukan penelitian tentang hubungan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan pada perusahaan yang ada di Indonesia. Sebagian besar penelitian ini menggunakan kinerja keuangan sebagai variable dependen dan kinerja lingkungan sebagai variable independen. Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa kinerja lingkungan tidak signifikan dengan kinerja keuangan di Indonesia, namun sangat bermakna jika dikaitkan dengan ukuran perusahaan. Dibawah ini disajikan rangkuman penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yang mana penelitian tersebut memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti Variable Dependen 1. Susi Sarumpaet (2005) Kinerja keuangan. 2. Qisthi Alifitriah (2015) Profitabilitas dan Return Saham. Variable Independen Kinerja lingkungan Kinerja lingkungan. Hasil Tidak ada hubungan yang signifikan antara kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja lingkungan pada perusahaan yang lebih taat berpengaruh positif

3. Fia Rahma (2013) Profitabilitas. Implementasi Enviromental performance Sumber : diringkas untuk penelitian (2015) terhadap profitabilitas namun tidak berpengaruh terhadap return saham, kinerja lingkungan pada perusahaan yang taat tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan return saham, dan kinerja lingkungan perusahaan belum taat tidak berpengaruh terhadap profitabilitas namun berpengaruh negatif terhadap return saham Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui environmental disclosure, environmental performance yang dilakukan perusahaan dapat meningkatkan economic performance dan beberapa proksi profitabilitas (earning per share dan net profit margin). Oleh karena itu, environmental disclosure berperan sebagai media perantara antara environmental performance dengan peningkatan profitabilitas perusahaan.

2.3 Kerangka Pemikiran Berikut kerangka berpikir yang diajukan dalam penelitian ini untuk menguji kondisi kinerja lingkungan dan profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik merupakan berita baik bagi investor maupun calon investor. Perusahaan yang memiliki tingkat kinerja lingkungan yang tinggi akan direspon positif oleh investor melalui fluktuasi harga saham perusahaan. Harga saham perusahaan secara relatif dalam industry yang bersangkutan merupakan cerminan pencapaian kinerja finansial perusahaan. Menurut Suratno et al (2006) informasi mengenai aktivitas atau kinerja perusahaan adalah hal yang sangat penting bagi stakeholder khususnya inverstor, sebab pengungkapan informasi mengenai hal tersebut merupakan keuntungan bagi stakeholder. Perusahaan yang memiliki good news akan meningkatkan pengungkapan kinerjanya dalam laporan tahunan. Good news tersebut diharapkan akan direspon positif oleh investor yang nantinya akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, karena semakin baik kinerja lingkungan suatu perusahaan maka semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan tersebut.selain itu, semakin sebuah perusahaan meningkatkan kualitas kinerjanya terhadap lingkungan dan kemudia mngungkapkan kinerjanya tersebut ke dalam laporan tahunannya, akan semakin baik pula perusahaan di mata investor maupun masyarakat. Hal ini akan mencerminkan transparasi perusahaan tersebut bahwa perusahaan juga berkepentingan dan brtanggung jawab terhadap ap yang telah

dilakukannya sehingga masyarakat juga akan menegtahui seberapa besar andil perusahaan terhadap lingkungannya (Fitriyani, 2012). Berdasarkan pendapat di atas dan diperkuat oleh beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan Alifitriah (2015) tentang pengaruh kinerja lingkungan terhadap profitabilitas dan return saham menunjukkan bahwa kinerja lingkungan pada perusahaan yang lebih taat berpengaruh positif terhadap profitabilitas namun tidak berpengaruh terhadap return saham, kinerja lingkungan pada perusahaan yang taat tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan return saham, dan kinerja lingkungan perusahaan belum taat tidak berpengaruh terhadap profitabilitas namun berpengaruh negatif terhadap return saham. Rahma (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh implementasi Enviromental Performance terhadap profitabilitas menunjukkan bahwa melalui environmental disclosure, environmental performance yang dilakukan perusahaan dapat meningkatkan economic performance dan beberapa proksi profitabilitas (earning per share dan net profit margin). Oleh karena itu, environmental disclosure berperan sebagai media perantara antara environmental performance dengan peningkatan profitabilitas perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik suatu kerangka berpikir dengan bagan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Kinerja Lingkungan Profitabilitas

2.4 Pengembangan Hipotesis Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Rahma (2013) tentang Pengaruh Implementasi Enviromental performance terhadap profitabilitas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa melalui environmental disclosure, environmental performance yang dilakukan perusahaan dapat meningkatkan economic performance dan beberapa proksi profitabilitas (earning per share dan net profit margin). Oleh karena itu, environmental disclosure berperan sebagai media perantara antara environmental performance dengan peningkatan profitabilitas perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan kerangka berpikir di atas, maka penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari peneliti sebagai berikut : H1 : kinerja lingkungan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Metode Penelitian Yang Digunakan Definisi objek penelitian menurut Arikunto (2010) adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian sedangkan subjek penelitian adalah tempat variabel itu melekat. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kinerja lingkungan dan profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang