BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mental dalam beberapa hal disebut perilaku abnormal (abnormal behavior). Hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut. makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

PENGARUH PELATIHAN KADER TERHADAP KEMAMPUAN KADER MELAKUKAN PERAWATAN PASIEN GANGGUAN JIWA DIRUMAH

Penelitian Keperawatan Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.


BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. menular maupun tidak menular (Widyaningtyas, 2006). bayi dan menempati posisi pertama angka kesakitan balita.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia hidup di lingkungan yang terus berubah, dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan penting di

BAB I PENDAHULUAN. beriklim sub tropis dan tropis (WHO, 2006). Namun insiden leptospirosis. mendukung bakteri Leptospira lebih survive di daerah ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. halusinasi, gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Depkes RI (2003), gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan tergangguanya fungsi sehari-hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial dari orang tersebut). Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku atau psikologi seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan sesuatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi gangguan ini dapat membuat penderita menjadi tidak produktif dan bergantung pada orang lain, sehingga menyebabkan penderitaan berkepanjangan baik bagi penderita, keluarga, masyarakat, maupun negara (Maramis, 2009). Sebagai gambaran, menurut survei Epidimiologist Chathcment Areas (ECA) di Amerika serikat yakni studi epidemiologi psikiatri yang terkenal dan terpercaya di dunia menunjukkan sekitar 20% orang dewasa mengalami gangguan jiwa yang terdiagnosis disetiap tahun, sementara itu 32% dari orang dewasa pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu saat dalam hidupnya. World Health Organization (WHO, 2000) menyatakan bahwa 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan kejiwaan, dari tingkat ringan hingga berat. Hal ini didukung oleh Maramis (2009) yang memperkirakan 2-

3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa berat. Menurut Riset kesehatan dasar oleh Depkes (2007), gangguan mental emosional pada penduduk yang berumur lebih dari 15 tahun adalah 11,6%. Prevalensi ini bervariasi antar provinsi dengan kisaran antara 5,1% sampai dengan 20%. Menurut Data yang ada di Puskesmas Sedayu II Bantul, sekitar 23 orang mengalami gangguan jiwa di Desa Argorejo dan 15 orang di Desa Argodadi. Kehidupan masyarakat masih terdapat stigma psikiatri yang beranggapan bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh kutukan dan setan. Pengetahuan keluarga dan masyarakat terhadap gangguan jiwa masih menganggap bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh pengaruh jahat, roh halus, lemah iman dan guna-guna sehingga menyebabkan pasien dibawa berobat ke dukun dan paranormal, hal ini dipengaruhi karena kurangnya pengetahuan mengenai gangguan jiwa dan juga faktor stigma maka perlu diketahui beberapa tingkat pengetahuan masyarakat mengenai gangguan jiwa (Keliat, 2006). Kurangnya pengetahuan keluarga maupun masyarakat sehingga mengakibatkan terlambatnya pemulihan dan meningkatnya resiko kekambuhan, sedangkan pemahaman yang baik dari masyarakat akan muncul perlakuan yang tepat bagi pasien (Keliat, 2006). Selama ini penderita gangguan jiwa kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif dari masyarakat, baik berupa isolasi sosial, pembatasan memperoleh akses kesehatan, hingga pemasungan. Hal ini disebabkan adanya stigma yang berkembang di masyarakat yang menganggap penderita gangguan jiwa adalah orang aneh, berbahaya dan tidak dapat disembuhkan.

Stigma yang berkembang dimasyarakat mengakibatkan penderita dan keluarga merasa malu dan terhina, sehingga mereka cenderung untuk menutupi penyakitnya dan menghindari pengobatan (Rahman, 2010). Padahal gangguan jiwa merupakan tanggung jawab masyarakat dan pemerintah untuk mengobatinya, bukan untuk disembunyikan. Dampak lain dari stigma gangguan jiwa mengakibatkan sikap masyarakat kurang bisa menerima kondisi mereka dilingkungan tempat tinggalnya, sehingga mendapatkan perlakuan yang salah. Bentuk perlakuan yang tidak menyenangkan berupa kekerasan emosional misal di caci maki, penelantaran berupa dikucilkan dan mereka juga mendapatkan kekerasan fisik yang dilakukan oleh pihak keluarga maupun di lingkungannya (Keliat, 2006). Menurut Keliat (2006), untuk menangani permasalahan diatas, diperlukan strategi khusus untuk mengatasi serta mencegah terjadinya gangguan kesehatan jiwa masyarakat. Adapun upaya pencegahan gangguan kesehatan jiwa ada tiga, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer dilakukan pada kelompok masyarakat yang sehat dimana pencegahan ini bertujuan untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa serta mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat. Pencegahan sekunder terfokus pada masyarakat yang beresiko, tujuan dari pencegahan ini untuk menurunkan kejadian gangguan jiwa. Pencegahan tersier terfokus pada kelompok masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Pada pencegahan ini, kegiatan berupa rehabilitasi dengan memberdayakan pasien, keluarga serta masyarakat.

Pasien gangguan jiwa tidak mampu mengatasi masalah kejiwaannya sendiri. Individu tersebut membutuhkan peran orang lain di sekitarnya yaitu keluarga dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, pemberdayaan keluarga dan masyarakat sangatlah dibutuhkan guna mengatasi masalah kesehatan terutama masalah kesehatan jiwa. Pelatihan kader kesehatan jiwa diperlukan agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal, sehingga dapat mencegah timbulnya gangguan jiwa serta mempertahankan kesehatan jiwa pada masyarakat. Kader kesehatan berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat sendiri dan bekerja secara sukarela. Menurut Depkes (2012), kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Bentuk pelayanan kesehatan, dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khususnya di bidang kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah objek melainkan subyek. Terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Kader dapat menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat akan lebih mudah dan merupakan perwujudan dari pembangunan dalam bidang kesehatan (Huriah, 2012). Pembentukan kader merupakan salah satu cara untuk memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Oleh karena itu masyarakat harus diberikan kemampuan untuk memfasilitasi dirinya sendiri untuk hidup sehat (Notoatmodjo, 2012).

Penjelasan di atas menerangkan bahwa kader berasal dari masyarakat sendiri, maka diperlukan pelatihan kader yang berguna untuk menambah pengetahuan kader tentang gangguan jiwa sehingga dapat membantu petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif. Kader kesehatan perlu dilatih dalam meningkatkan kemampuan kader agar dapat mengelola dan menjalankan pelayanan kesehatan khususnya dalam menyampaikan informasi dan pendidikan kesehatan secara langsung kepada masyarakat sekitar. Ilmu yang didapat melalui pelatihan dan pendampingan kader yang berkelanjutan, kader dapat menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh untuk melakukan intervensi langsung atau melakukan transfer ilmu dalam rangka preventif terhadap masalah psikososial (Menkes, 2012). Pedoman ini yang dijadikan sebagai acuan peneliti dalam melaksanankan pelatihan pada keder kesehatann. Pelatihan kader kesehatan ini diharapkan juga, dapat memberikan pengetahuan dan perubahan sikap serta perilaku tentang kesehatan bagi masyarakat. Karena dengan pelatihan secara berkala ilmu yang di dapat peserta pelatihan akan tetap terjaga dan dapat dilakukan evaluasi keberhasilannya.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas pelatihan kader kesehatan tentang gangguan jiwa terhadap pengetahuan,sikap dan perilaku pre dan pos pelatihan di wilayah Puskesmas Sedayu II Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Mengetahui efektivitas pelatihan kader kesehatan tentang gangguan jiwa terhadap pengetahuan,sikap dan perilaku kader kesehatan terhadap gangguan jiwa di masyarakat. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku kader kesehatan tentang gangguan jiwa sebelum pelatihan. b. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku kader kesehatan setelah pelatihan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak Puskesmas Sedayu II Bantul untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Sangat penting bagi Puskesmas untuk memberikan edukasi pada masyarakat secara terus menerus, sehingga dapat memberdayakan masyarakat.

2. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan mengembangkan pengetahuan menajemen asuhan keperawatan yang di dapat selama mengikuti pendidikan. 3. Bagi Responden Dari penelitian ini diharapkan kader kesehatan dapat mengetahui tentang kesehatan jiwa lebih dalam, sehingga dapat mendukung perawatan pasien gangguang jiwa secara optimal. 4. Bagi masyarakat Menambah pengetahuan serta perhatian dan kepedulian masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Sehingga dapat merubah stigma masyarakat bahwa gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan dan kembali bersosiaolisasi ke masyarakat. 5. Bagi penderita Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah penderita dalam mengakses pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan dalam hal kemandirian penderita. Perawatan yang optimal dan dukungan sosial yang penuh dari keluarga dan masyarakat akan menjadikan kualitas hidup penderita lebih baik.

E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, belum ada penelitian tentang efektifitas pelatihan kader kesehatan tentang gangguan jiwa tehadap pengetahuan, sikap dan perilaku pre dan post pelatihan. Terdapat penelitian terkait yang berhubungan yaitu: 1. Rahman (2010), dengan judul Efektifitas Pengembangan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) Terhadap Sikap masyarakat Tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini adalah DSSJ efektif dalam merubah sikap masyarakat di Dusun Jomengatan tentang masalah kesehatan jiwa. 2. Wahyuni (2009), dengan judul Hubungan Pengetahuan tentang Gangguan Jiwa Terhadap Sikap Masyarakat Kepada Pasien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan I Bantul. Jenis penelitian ini adalah non ekperimental bersifat correlation dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap sikap masyarakat kepada pasien gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas I Bantul. Perbedaan kedua penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada kasus yang diteliti, responden dan tempat penelitian. Penelitian ini mengenai Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan tentang Gangguan Jiwa terhadap Pengetahuan,Sikap dan Perilaku pre dan post Pelatihan di Wilayah

Puskesmas Sedayu II Bantul. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan one group pre test - post test design berupa tingkat pengetahuan kader tentang gangguan jiwa meliputi definisi, ciri-ciri, penyebab, cara perawatan pasien gangguan jiwa, sikap serta perilaku kader pada pasien gangguan jiwa.