PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

dokumen-dokumen yang mirip
Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK ATAS PENGUSAHAAN BURUNG SRITI DAN ATAU WALET DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN USAHA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTA NG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 1 Tahun 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERIJINAN PEMANFAATAN KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO. Nomor : 24 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 07 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT BUPATI LAMPUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENEBANGAN DAN PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 7 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 06 TAHUN 2003 T E N T A N G IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 3 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 3

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENYERTAAN DOKUMEN PELELANGAN PROYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DAN PADA TANAH MILIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 NOMOR 36 SERI C NOMOR SERI 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2006

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG Nomor : 4 Tanggal: 25 Juni 1999 Seri: B Nomor : 4

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 5 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 5

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU LINTAS KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMANFAATAN LAHAN PADA HUTAN NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN HAK DI KABUPATEN LAMONGAN

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI (CHAIN SAW)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

L E M B A R A N D A E R A H

1 of 5 02/09/09 11:45

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 22 TAHUN 2003 SERI B NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI ACEH TENGAH QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU TANAH MILIK

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA TAHUN 2008 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 31 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga kelestarian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, maka di pandang perlu untuk mengatur penebangan Kayu Rakyat dan mengatur pengangkutan Kayu Rakyat sehingga tidak terjadi penebangan dan peredaran kayu secara sewenang-wenang; b. bahwa untuk tercapainya maksud huruf a tersebut diatas, maka setiap penebangan Kayu Rakyat dan pengangkutan Kayu Rakyat perlu diatur Ijin Penebangan dan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) dari Pemerintah Kabupaten Jembrana yang didahului dengan pemeriksaan dan penelitian; c. bahwa sehubungan dengan huruf b di atas, maka dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2823); 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215); 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 5. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 7. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3438); 8. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 9. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167); 10. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 265; Tambahan Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 4066); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 2

13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119; Tambahan Lembaran Negara Nomor 66); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66); 15. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penggunaan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah Dan Rancangan Keputusan Presiden; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 Tentang Bentuk Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 17. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 tentang Jenis Usaha Dan / Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana Nomor 2 Tahun 1991 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Jembrana (Lembaran Daerah Tingkat II Jembrana Tahun 1991 nomor 165 tanggal 29 Oktober 1991 Seri D Nomor 152). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL BAB I KETENTUAN UMUM 3

1. Daerah adalah Kabupaten Jembrana Pasal 1 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Jembrana. 3. Bupati adalah Bupati Jembrana. 4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jembrana. 5. Dinas adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jembrana. 6. Peraturan Daerah adalah Peraturan yang ditetapkan oleh Bupati Jembrana dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 7. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Pemungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 8. Kayu Rakyat adalah hasil hutan yang berasal dari hutan hak (Hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah) dan lahan milik negara di luar kawasan hutan. 9. Pohon adalah Tegakan tanaman Kayu Rakyat yang masih berdiri dan berada pada tempat tumbuhnya. 10. Lahan Milik adalah Tanah yang dibebani Hak Atas Tanah. 11. Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi/Badan Hukum yang mencari ijin. 12. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) adalah Dokumen surat yang digunakan sebagai kelengkapan menyertai hasil hutan berasal dari hutan hak dan atau lahan milik negara di luar kawasan hutan, yang diangkut dari suatu tempat ke tempat lain baik di dalam maupun di luar Wilayah Kabupaten, memuat rekapitulasi jenis, jumlah dan volume, waktu angkut, alamat/tujuan pengangkutan, alat angkut yang digunakan serta penjelasan asal-usul kayu yang dimaksud. 13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat Keputusan yang dapat menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK, GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 2 Nama Retribusi adalah Retribusi atas Ijin Penebangan Kayu Rakyat dan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU), yang dipungut retribusi sebagai pembayaran atas penebangan Kayu Rakyat dan Surat Keterangan Asal Usul. 4

Pasal 3 Obyek Retribusi adalah Ijin Penebangan Kayu Rakyat dan Surat Keterangan Asal Usul. Pasal 4 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang memperoleh pelayanan Ijin Penebangan Kayu Rakyat dan Surat Keterangan Asal Usul. Pasal 5 Retribusi atas Ijin Penebangan Kayu Rakyat dan Surat Keterangan Asal Usul digolongkan sebagai retribusi lain-lain. BAB III CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jenis kayu dan jumlah pepohonan untuk Ijin Penebangan Kayu Rakyat, sedangkan Surat Keterangan Asal Usul dihitung berdasarkan jenis kayu dan volumenya. BAB IV PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7 Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. Besarnya tarip retribusi sebagai berikut : a. Pohon Kelapa, pohon Bambu ( non kayu ) Pasal 8 Pohon Kelapa Dalam.. Pohon Kelapa Genjah.. Rp. 10.000,-/pohon Rp. 5.000,-/pohon Pohon Bambu.. Rp. 500,-/pohon 5

b. Kayu Kayu Jati ( kelas I ).. Kayu tangi dan sejenisnya (Kelas I) Kayu Bayur dan Sejenisnya (Kelas II). Kayu Durian dan Sejenisnya (KelasIII) Rp. 15.000,-/pohon Rp. 12.500,-/pohon Rp. 10.000,-/pohon Rp. 5.000,-/pohon Pasal 9 Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 Peraturan Daerah ini dilakukan setiap kali penebangan. Pasal 10 (1) Setiap Orang atau Badan Hukum yang melakukan penebangan kayu rakyat yang dilakukan di luar kawasan hutan, terlebih dahulu harus memohon ijin kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk; (2) Atas permohonan tersebut ayat (1) pasal ini Bupati atau Pejabat yang ditunjuk melaksanakan pemeriksaan di lokasi penebangan; (3) Apabila hasil pemeriksaan di lokasi penebangan menunjukkan bahwa pohon benar berada pada Tanah Hak Milik dan akibat penebangan tersebut tidak mengganggu kelestarian lingkungan, maka Rekomendasi penebangan/dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk; (4) Terhadap penebangan-penebangan yang diberikan ijin, maka hasil tebangan diberikan tanda Tok ; (5) Bentuk tanda Tok ditetapkan melalui Keputusan Bupati; (6) Pemohon Ijin Penebangan Kayu Rakyat wajib mengganti tanaman yang ditebang dengan tanaman yang sejenis atau tanaman kayu-kayuan yang sesuai dengan kondisi lahan yang bersangkutan. Pasal 11 Besarnya tarif retribusi atas Angkutan Kayu rakyat adalah sebagai berikut: a. Kayu Gelondongan: Kayu Jati (Kelas I). Rp. 20.000/m 3 Kayu Tangi dan Sejenisnya (Kelas I) Rp. 15.000/m 3 6

Kayu Bayur dan Sejenisnya (Kelas II) Rp. 12.500/m 3 Kayu Durian dan Sejenisnya (Kelas III). Rp. 10.000/m 3 b. Kayu Olahan: Kayu jati (Kelas I) Rp. 25.000/m 3 Kayu Tangi dan Sejenisnya (Kelas I) Rp. 20.000/m 3 Kayu Bayur dan Sejenisnya (Kelas II) Rp. 15.000/m 3 Kayu Durian dan Sejenisnya (Kelas III). Rp. 12.500/m 3 Pasal 12 Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 Peraturan Daerah ini dilakukan setiap kali pengangkutan. Pasal 13 (1) Setiap Orang atau Badan Hukum yang melakukan permohonan pengangkutan kayu rakyat terlebih dahulu menunjukkan Retribusi atas Ijin Penebangan Kayu Rakyat kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk; (2) Atas permohonan tersebut ayat (1) pasal ini Bupati atau Petugas yang ditunjuk melaksanakan pemeriksaan terhadap kayu yang akan diangkut. (3) Apabila pemeriksaan terhadap kayu yang akan diangkut bisa menunjukkan bukti yang sah, yaitu BAP (Berita Acara Pemeriksaan) Lokasi Tebang, Rekomendasi Penebangan dan Retribusi Ijin Penebangan Kayu Rakyat, maka Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (4) Terhadap pengangkutan Kayu Rakyat yang telah diberikan ijin maka kayunya wajib diberikan tanda Tok dan dikenakan Retribusi. BAB V WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 14 Retribusi yang terutang dipungut di tempat pelayanan. 7

BAB VI SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 15 Retribusi terjadi pada saat diterbitkan Surat Keputusan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB VII CARA PEMUNGUTAN Pasal 16 (1) Pemungutan Retribusi dimaksud pasal 8 dan pasal 11 Peraturan Daerah ini tidak boleh diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Keputusan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Hasil dari pungutan Retribusi seperti dimaksud pasal 9 dan 12 Peraturan Daerah ini disetor ke Kas Daerah. (4) Tata cara pemungutan Retribusi lebih lanjut diatur dengan Keputusan Bupati. BAB VIII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 17 (1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus dimuka. (2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Bupati. BAB IX PENYIDIKAN Pasal 18 (1). Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Perpajakan Daerah atau Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Hukum Acara Pidana yang berlaku. 8

(2). Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan Retribusi. c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan dan Retribusi; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah dan Retribusi menurut hukum yang bertanggungjawab. (3). Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. 9

BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 19 (1) Barang siapa yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan atau tidak merampas barang tertentu untuk Daerah, kecuali jika ditentukan lain dalam Peraturan Perundang-undangan; (2) Tindakan pidana yang dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. BAB XI KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 20 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana. Ditetapkan di Negara Pada Tanggal 15 Agustus 2002 BUPATI JEMBRANA, I GEDE WINASA Diundangkan di Negara Pada tanggal 16 Agustus 2002 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DRS. I GDE SUINAYA, MM, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2002 NOMOR 47 10

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL -USUL (SKAU) I. PENJELASAN UMUM Bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada pokoknya memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada Daerah, sehingga memberikan peluang bagi Daerah agar dapat mengatur dan melaksanakan kewenangan atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan dan potensi setiap Daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Jembrana berhak untuk mengatur rumahtangganya sendiri dalam kaitannya dengan azas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa dalam usaha pemeliharaan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan untuk menjamin kelangsungan hidup manusia, maka penebangan tanaman keras serta untuk pengangkutan kayu rakyat diatur secara selektif dan terarah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : cukup jelas Pasal 2 : cukup jelas Pasal 3 : cukup jelas Pasal 4 : cukup jelas Pasal 5 : cukup jelas Pasal 6 : cukup jelas Pasal 7 : cukup jelas Pasal 8 : Besarnya tarif untuk Ijin Penebangan Kayu Rakyat tersebut ditentukan mengingat bahwa, sumber daya alam (tanaman) tersebut harus dapat dimanfaatkan dan dilestarikan secara wajar, agar antara pemohon selaku produsen/penjual maupun masyarakat/pengusaha sebagai pembeli sama-sama memberikan kontribusi demi keseimbangan alam dan kesinambungan pembangunan dalam arti luas. 11

Pasal 9 : cukup jelas Pasal 10 Ayat (1) : cukup jelas Ayat (2) : pelaksanaan pemeriksaan dilokasi penebangan maksudnya adalah untuk memberikan penjelasan teknis yang tegas, bahwa layak atau tidak layak tanaman tersebut ditebang, dengan tujuan adalah untuk memperoleh hasil panen kayunya. Ayat (3) : cukup jelas Ayat (4) : Pemberian tanda Tok adalah untuk membuktikan bahwa hasil panen kayu tersebut adalah sah kayu milik hasil tebangan Kayu Rakyat. Ayat (5) : cukup jelas Ayat(6) : pemohon yang telah diberikan ijin penebangan wajib mengganti tanaman yang ditebang dengan tanaman yang sejenis atau tanaman hutan lainnya setara dengan kualitas tanaman yang ditebang dan sesuai dengan habitat tanaman yang bersangkutan, dengan maksud untuk tetap menjaga keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam yang ada. Pasal 11 : Pengenaan tarif angkutan kayu rakyat untuk dapat memberikan kontribusi dalam rangka peningkatan pembangunan dalam arti luas. Pasal 12 Pasal 13 Ayat (1) Ayat (2) : Culup jelas Ayat (3) Ayat (4) : Pemberian tanda Tok adalah untk membuktikan sah tidaknya kayu yang akan diangkut, sehingga bisa menetralisir peredaran secara sewenang wenang. Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 12