PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS Di dunia ini Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan status sosial yang berbeda dalam masyarakat mereka, dan Komisi diharuskan untuk memahami bagaimana hal ini berpengaruh pada pengalaman mereka mengenai pelanggaran dan dampaknya terhadap mereka sendiri. Walaupun perempuan juga mengalami pelanggaran-pelanggaran yang sama dengan lakilaki, Hampir semua kasus kekerasan seksual pemerkosaan, perbudakan seksual, dan bentuk bentuk kekerasan seksual yang dilakukan, terutama yang telah dilakukan terhadap korban perempuan seperti yang tertera dalam Pasal 3.4c, Komisi diharuskan mengembangkan pendekatan yang peka gender dalam proses pencarian kebenaran tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama konflik politik dari tanggal 25 April 1974 hingga 25 Oktober 1999. Komisi menemukan bahwa perempuan menjadi korban bentuk-bentuk pelanggaran yang spesifik, yang terkait dengan status rendah mereka, dan stereotipe-stereotipe seksual yang dilekatkan pada mereka. Pelanggaran-pelanggaran ini, yang meliputi pemerkosaan, perbudakan seksual, penyiksaan seksual, dan pelecehan seksual, dapat digolongkan sebagai kekerasan seksual. Walaupun sebagian laki-laki menjadi korban kekerasan seksual, seperti orang-orang yang mengalami penyiksaan seksual dalam tahanan, mayoritas korban adalah perempuan. Kebanyakan dari korban masih muda ketika mengalami pelanggaran. Mereka sudah berusia setengah baya pada saat memberikan kesaksian kepada Komisi. Banyak yang mengatakan bahwa mereka telah menyimpan ingatan tentang pelanggaran tersebut dalam kebisuan selama bertahun-tahun. Proses untuk mengungkapkan bukti berupa kesaksian mereka ini kepada Komisi seringkali melibatkan sebuah proses emosional yang berat untuk para korban dan juga berat untuk petugas Komisi yang mewawancarai merek Pemerkosaan Sesuai dengan hukum internasional, CAVR menggunakan definisi pemerkosaan sebagai sebuah penyerangan fisik yang bersifat seksual, yang dilakukan terhadap seseorang dalam situasi yang bersifat memaksa merekapun. Unsur-unsur pemerkosaan menurut definisi ini adalah sebagai berikut: Penetrasi seksual, sesedikit apapun pada vagina atau anus korban dengan penis pelaku atau benda lain yang digunakan oleh pelaku; ataupada mulut korban dengan penis pelaku; dengan pemaksaan atau kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap korban atau orang ketiga.
Pemerkosaan terjadi ketika penetrasi seksual terjadi tanpa persetujuan korban. Persetujuan harus diberikan secara sukarela, berdasarkan keinginan bebas korban, dan dinilai dalam konteks situasi lingkungan dimana tindakan ini terjadi. Dalam situasi dimana pelaku menggunakan ancaman, kekerasan atau penangkapan, menurut hukum internasional, seorang korban tidak dapat memberikan persetujuan. Keadaan yang memaksa yang ada dalam segala situasi konflik bersenjata menciptakan praduga tanpa persetujuan. Definisi di atas mengenai pemerkosaan berlaku untuk korban laki-laki dan perempuan. Namun, Komisi hanya menerima tiga laporan pemerkosaan terhadap laki-laki. Seperti yang ditunjukkan dalam grafik berikut, mayoritas korban adalah perempuan, terutama mereka yang berumur 15-24 tahun. Seperti penyiksaan, pemerkosaan juga merupakan pelanggaran terhadap martabat pribadi yang digunakan untuk mengintimidasi, menghina, mempermalukan, mendiskriminasi, menghukum, atau menguasai korban. Dalam keadaan-keadaan tertentu pemerkosaan menjadi sama dengan penyiksaan, sama dengan misalnya ketika pemerkosaan digunakan untuk memperoleh informasi atau untuk mendapatkan pengakuan dari korban. Sebuah strategi lain adalah dengan menanamkan rasa takut kepada tahanan lain yang menyaksikan atau mendengar korban yang sedang disiksa. Ini menegaskan dan memperkuat posisi kuasa pelaku dan ketidakberdayaan korban. Pemerkosaan juga merupakan sebuah bentuk kekerasan pengganti. Dengan kata lain korban pemerkosaan adalah pengganti ketika sasaran utama kekerasan tidak bisa ditangkap. Banyak kasus, para anggota militer memperkosa istri dari seorang tokoh prokemerdekaan yang tidak bisa mereka tahan. Komisi menerima bukti-bukti kekerasan pengganti yang serupa yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam konflik antar partai, walaupun dalam skala yang lebih kecil daripada yang dilakukan oleh pasukan keamanan Indonesia. Perbudakan Seksual
Perbudakan seksual adalan tindakan ilegal menurut larangan umum tentang perbudakan.pelapor Khusus PBB mengenai Bentuk-bentuk Perbudakan Masa Kini mendefinisikan perbudakan seksual sebagai status atau kondisi seseorang yang kepadanya dilakukan semua kekuasaan yang melekat pada hak kepemilikkan, termasuk akses seksual melalui pemerkosaan atau bentuk-bentuk lain kekerasan seksual. Lebih lanjut ia menjelaskan: Perbudakan seksual juga mencakup situasi-situasi dimana perempuan dewasa dan anak-anak dipaksa untuk menikah, memberikan pelayanan rumah tangga atau bentuk kerja paksa lainnya yang pada akhirnya melibatkan kegiatan seksual paksa, termasuk pemerkosaan oleh penyekapnya. Perbudakan seksual dalam konflik bersenjata internasional atau pendudukan adalah suatu pelanggaran terhadap Pasal 27 Konvensi Jenewa IV dan merupakan pelanggaran berat terhadap konvensi tersebut (Pasal 147). Tindakan ini juga merupakan suatu kejahatan terhadap umat manusia jika dilakukan sebagai bagian dari serangan meluas dan sistematis terhadap penduduk sipil. Komisi telah menerima bukti kuat mengenai kasus-kasus dalam jumlah yang berarti yang bisa digolongkan sebagai perbudakan seksual. Banyak dari kasus-kasus tersebut mencakup praktik-praktik yang cukup mencolok dari segi kesamaannya. Sejumlah kecil kasus melibatkan anggota partai-partai politik Timor-Leste sebagai pelaku. Dalam mayoritas besar kasus anggotaanggota pasukan keamanan Indonesia adalah pelaku yang utama. Komisi mengidentifikasikan tiga pola utama perbudakan seksual. Satu praktik umum yang dilakukan tentara Indonesia adalah menahan perempuan Timor- Leste di instalasi militer. Pemilikan dalam kasus-kasus ini bersifat perorangan atau kelompok. Dengan kata lain, perempuan-perempuan dapat diperkosa berulang kali oleh seorang pelaku atau oleh sekelompok pelaku. Penahanan mereka didukung secara logistik sebagai bagian dari operasi militer sehari-hari dengan sepengetahuan komandan militer setempat. Dalam beberapa kasus situasi perbudakan seksual berlanjut selama beberapa tahun. Pemberlakuan hak milik yang berkepanjangan ini menghasilkan hal-hal yang lebih rumit lagi,
terutama jika ada anak yang lahir akibat hubungan ini. Sebagian korban dikucilkan dari keluarga dan lingkungannya. Mereka menjadi tergantung secara finansial dan sosial kepada anggota militer yang mengontrolnya, dan nyaris tidak ada pilihan yang nyata untuk keluar dari situasi tersebut. Para korban perbudakan seksual menggunakan berbagai macam ungkapan penghalusan untuk menggambarkan pengalaman mereka. Ada yang hanya menceritakan tindak pemerkosaan pertama yang dialami dan menambahkan kemudian, ini terjadi terus selama satu tahun. Ada juga yang mengatakan terang-terangan bahwa mereka dijadikan pelacur ( lonte atau feto nona [lihat catatan kaki di atas]). Yang lainnya menggunakan istilah sehari-hari istri TNI. Berbagai ungkapan penghalusan ini mencerminkan prasangka dan stereotipe umum terhadap perempuan-perempuan yang menjadi korban perbudakan seksual. Apapun istilah yang digunakan untuk menggambarkan pelanggarannya, perbudakan seksual membebankan suatu stigma pada korbannya. Ini seringkali mengakibatkan pengucilan oleh keluarganya, cemoohan dari lingkungannya, dan diskriminasi terhadap perempuan tersebut dan anak-anaknya, termasuk yang dilakukan oleh para pejabat gereja. Meski ada kendala-kendala di atas, perempuan memecahkan kebisuan dan dengan keberanian yang luar biasa mengungkapkan kepada Komisi perbudakan seksual yang mereka alami. DAMPAK ATAU EFEK SEKSUAL DAN PEMERKOSAAN Beberapa akibat / efek dampak buruk pada korban pemerkosaan dan seksualitas antara lain: 1. Menjadi stress hingga mengalami gangguan jiwa 2. Cidera ata luka-luka akibat penganiayaan 3. Kehilangan keperawanan / kesucian 4. Menjadi trauma pada laki-laki dan hubungan seksual 5. Bisa menjadi seorang lesbian atau homo yang menyukai sesama jenis 6. Masa depan suram karena dikanal sebagai korban perkosaan 7. Sulit mencari jodoh karena sudah idak perawan 8. Bisa membalas dendam pada oang lain
Please download full document at www.docfoc.com Thanks