BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan interaksi antara guru dan anak

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perbandingan. Adapun kajian-kajian yang relevan diantaranya adalah sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

SEKOLAH DASAR (SD) / MADRASAH IBTIDAIYAH (MI)

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendegarkan, berbicara,

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

PENERAPAN METODE CIRC UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN WACANA NON FIKSI DI KELAS X SMA AL ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB II HASIL BELAJAR DAN METODE DRILL. terpenting dalam pembelajaran. Menurut Nana Sudjana 1, definisi dari. dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono, 2

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengandung pikiran atau perasaan. Di dalam kegiatan komunikasi ini, manusia

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

MEMBACA INTENSIF. Menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak,

SILABUS BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi

IMAS MASKIAH Program Studi Pendidikan Bahasa Dan sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Medan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII / 1 Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAHASA INDONESIA. Membaca untuk Menulis. Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

Kelas Tema Materi Waktu P1 Diri sendiri Mendengarkan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pelajaran 9

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan berbahasa tulis dan keterampilan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan,1990:7). Membaca merupakan kegiatan memaha-mi bahasa tulis (Santosa, 2009:6.3). Membaca merupakan kegiatan memaknai lambang-lambang bunyi atau lambang ortografis tertulis dalam kegiatan berbahasa (Kusmana, 2011:73). Dari beberapa teori tentang membaca penulis mengacu pada pendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 1990: 7). 2.1.2 Tujuan Membaca Tujuan membaca yaitu mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan, 1990: 9). Pembelajaran membaca harus mempunyai tujuan yang jelas (Santosa, 2009: 6.5). Tujuan yang dimaksud meliputi; 1. menikmati keindahan yang terkandung dalam bacaan; 2. membaca bersuara untuk memberikan kesempatan kepada siswa menikmati bacaan; 3. menggunakan strategi tertentu untuk memahami bacaan; 4. menggali simpanan pengetahuan atau skemata siswa tentang suatu topik; 5. menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa;

6. mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan dengan lisan ataupun tulisan; 7. melakukan penguatan atau penolakan terhadap ramalan-ramalan yang dibuat siswa sebelum melakukan perbuatan membaca; 8. memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan; 9. mempelajari struktur bacaan; 10. menjawab pertanyaan khusus yang dikembangkan oleh guru atau sengaja diberikan oleh penulis bacaan. 2.1.3 Jenis-Jenis Membaca Ada beberapa jenis kemampuan membaca yaitu membaca nyaring (reading out lud), membaca bersuara (oral reading), membaca lisan (reading aloud), dan membaca dalam hati (silent reading). Aktivitas membaca nyaring direlisasikan dengan bentuk membaca cerita, membaca puisi, membaca teks drama. Adapun membaca dalam hati dibagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif terdiri dari membaca survei, sekilas, dangkal. Membaca intensif terdiri dari membaca telaah isi dan telaah bahasa. Membaca telaah isi mencakup membaca teliti, membaca pemahaman, kritis, dan ide-ide. Membaca telaah bahasa mencakup membaca bahasa dan sastra (Tarigan, 1990: 13). Jenis-jenis membaca yang diberikan di Sekolah Dasar (SD) dapat dibedakan sebagai berikut. a. Membaca Teknik.

Kegiatan membaca teknik bertujuan melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tulisan dengan lafal yang baik dan intonasi yang wajar. Di sini guru harus melatih siswa mengucapkan lafal fonem dengan benar, kata dan kalimat yang baik (tidak menonjolkan kedaerahan). b. Membaca dalam Hati. Siswa dilatih membaca tanpa mengeluarkan suara dan bibir tidak bergerak. Bahan bacaan yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan siswa, yaitu bahan bacaan yang sederhana dan yang telah dipelajari sebelumnya. c. Membaca Pemahaman. Membaca ini merupakan lanjutan dari membaca dalam hati, membaca tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi bacaan. Untuk mengetahui pemahaman siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan isi bacaan atau dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan. d. Membaca Indah. Pada hakikatnya membaca indah sama dengan membaca teknik, tetapi bahan bacaan yang digunakan adalah puisi atau fiksi/cerita sastra anak-anak. Kegiatan ini bersifat apresiatif sehingga melibatkan emosi, memerlukan penghayatan/penjiwaan, jenis membaca ini dipadukan dengan apresiasi sastra. e. Membaca Cepat. Membaca ini bertujuan agar siswa dapat menangkap isi bacaan dalam waktu cepat, dalam hal ini guru menentukan waktu yang sesuai dengan tingkat kesukaran bahan bacaan. Untuk itu siswa

perlu dilatih gerakan mata, arah pandangan lurus, dari atas ke bawah, hindari membaca kata demi kata, dan menunjuk bacaan dengan satu jari. f. Membaca Pustaka Kegiatan membaca ini merupakan kegiatan membaca di luar jam pelajaran. Jadi, dalam hal ini dapat berupa penugasan dalam bentuk kelompok maupun individu. Membaca pustaka bertujuan untuk mengembangkan minat baca siswa. g. Membaca Bahasa. Membaca ini ditekankan untuk memahami kebahasaan, bukan memahami isi. Jadi, melalui membaca ini dapat dilatih mengenai makna dan penggunaan kata, pemakaian imbuhan, ungkapan, serta kalimat (Santosa, 2009: 3.19--3.20). 2.2 Membaca Pemahaman 2.2.1 Pengertian Membaca Pemahaman Membaca pemahaman merupakan lanjutan dari membaca dalam hati. Membaca pemahaman merupakan membaca tanpa suara dengan tujuan untuk memahami isi bacaan. Untuk mengetahui pemahaman siswa, dapat dilakukan dengan menugasi siswa untuk menceritakan isi bacaan atau dengan mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan (Santosa, 2009: 3.20). 2.2.2 Karakteristik Membaca Pemahaman Karakteristik membaca pemahaman harus dipahami para guru bahasa Indonesia. Beberapa hal teknis membaca harus diperhatikan dalam membaca pemahaman. Hal-hal teknis tersebut sebagai berikut.

1. Pada saat membaca tidak boleh ada suara atau bunyi dari mulut pembaca. Penghilangan bunyi pembacaan itu akan meningkatkan pemahaman pembaca pada bacaan yang dibacanya. Selain itu, dengan membaca tanpa suara akan mempercepat menyerap informasi dari bacaan. 2. Mulut tidak berkomat-kamit. Pada saat membaca pemahaman, mulut tidak bergerak-gerak apalagi bersuara. Mulut tidak difungsikan sama sekali dalam membaca pemahaman. Yang sangat berperan adalah pikiran, 3. Pandangan pembaca tidak bergerak ke kanan dan ke kiri. Pandangan tertuju fokus bacaan, yang bergerak ke kanan dan ke kiri hanya bola mata. 4. Tangan tidak berfungsi menunjuki kata yang dibaca. Pada saat membaca pemahaman tangan tidak difungsikan untuk menunjuk huruf atau kata yang sedang dibaca. 2.3 Cerita Cerita dapat berbentuk karangan fiksi dan non fiksi. Karangan fiksi merupakan karya hasil rekaan yang mengandung daya khayalan atau imajinasi pengarangnya dan tidak nyata. Sedangkan karangan non fiksi memuat fakta seperti sejarah, biografi, buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi dan sebagainya. 2.3.1 Pengertian Cerita Cerita adalah tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb); karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, dan penderitaan orang; kejadian dsb (baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka) (KBBI, 1997:186). Cerita merupakan deretan peristiwa yang terjadi sesuai dengan urutan waktu, jadi secara

kronologis, dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 1998:92). Cerita sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu (Forster dalam Nurgiyantoro, 1998:91). Cerita merupakan rangkaian peristiwa, dan peristiwa yang dirangkaiakan itu merupakan susunan dari kejadian-kejadian yang lebih kecil (Zulfahnur, 1998:26). Fiksi adalah cerita rekaan (Nurgiyantoro, 1998:90). 2.3. 2 Unsur-Unsur Cerita Unsur yang membangun struktur cerita ialah unsur ekstrinsik, yaitu permasalahan kehidupan, falsafah, cita-cita, ide-ide dan gagasan serta latar budaya yang menopang kisahan cerita, dan unsur instrinsik (unsur dalam dari sebuah fiksi). Unsur instrinsik ini terdiri atas tema dan amanat, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang, latar, gaya bahasa (Zulfahnur, 1998:24-25). Unsur cerita terdiri atas plot, tema, karakter, dan latar (Nurgiyantoro, 1998: 20). 2.4 Metodedan Teknik Pembelajaran 2.4.1 Pengertian Metodedan Teknik Pembelajaran Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Djamarah, 2006:46). Metode didefinisikan sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki (KBBI, 2001:740). Selain itu, metode juga didefinisikan sebagai cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Santosa, 2009:2.26). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai sistem perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia secara menyeluruh untuk memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan materi pelajaran bahasa Indonesia secara teratur (Santosa, 2009:2.26). Sementara itu, teknik diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu (KBBI, 2001:1158).

2.4.2 Fungsi Metode Pembelajaran Penggunaan teknik mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya metode mengajar memiliki fungsi-fungsi seba-gai berikut: a. Sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Sebagai gambaran aktivitas yang harus ditempuh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran. c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran. d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok (Winataputra, 1997: 4.4). 2.4.3 Faktor Pemilihan Metode Mengajar Ada beberapa faktor yang dijadikan dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar, dasar pertimbangan itu bertolak dari faktor-faktor: 1. berpedoman pada tujuan; 2. perbedaan individual anak didik; 3. kemampuan guru; 4. sifat bahan pelajaran; 5. situasi kelas; 6. kelengkapan fasilitas; 7. kelebihan dan kelemahan. (Djamarah, 2010: 229-231). 2.4.4 Macam-Macam Metode Mengajar

Beberapa metode yang perlu dikuasai guru dalam mengatur strategi pembelajaran bahasa, yaitu; 1. diskusi; 2. inkuiri; 3. sosiodrama atau bermain peran; 4. tanya jawab; 5. penugasan; 6. latihan; 7. bercerita; 8. pemecahan masalah; 9. karya wisata. (Santosa, 2009:1.15-1.16) 2.5 Metode Latihan 2.5 1 Pengertian Metode Latihan Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu (Djamarah, 2006:95). Metode latihan juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode latihan juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. 2.5.2 Kelebihan Metode Latihan

1. Untuk memperoleh kecakapan motorik, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik), dan terampil menggunakan peralatan olahraga. 2. Untuk memperoleh kecakapan mental seperti dalam perkalian, menjumlahkan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda (simbol), dan sebagainya. 3. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat, seperti hubungan hurufhuruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta, dan sebagainya. 4. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan. 5. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya. 6. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, menjadi lebih otomatis. (Djamarah, 2009:96). 2.5.3 Kelemahan Metode Latihan 1. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian. 2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lengkungan. 3. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan. 4. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis. 5. Dapat menimbulkan verbalisme. (Djamarah, 2009: 97). 2.5.4 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Latihan

Dalam praktiknya, metode mengajar tidak digunakan sendiri-sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari beberapa metode mengajar. Metode latihan umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari bahan yang dipelajarinya. Langkah jenis kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Menyediakan peralatan yang diperlukan. 2. Menciptakan kondisi anak untuk belajar. 3. Memberikan pengertian/penjelasan sebelum latihan dimulai (metode ceramah). 4. Demontrasi proses atau prosedur itu oleh guru dan siswa mengamatinya. 5. Siswa diberi kesempatan mengadakan latihan (metode latihan). 6. Siswa membuat kesimpulan dari latihan yang ia lakukan. 7. Guru bertanya kepada siswa. (Djamarah, 2006:104). 2.5.5 Metode Latihan Terbimbing Pengertian latihan terbimbing sama dengan bimbingan belajar. Mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar (Nana Sudjana dalam Djamarah, 2006: 39). Pengertian latihan terbimbing sama dengan bimbingan belajar, bimbingan belajar memberi bantuan kepada siswa dalam memecahkan kesulitankesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Jamhur dalam Aisyah, 2011: 22). Latihan terbimbing adalah pengajaran berprograma. Pengajaran berprograma dibagi dua yaitu (1) program linier (skinner) yang mengharuskan murid melalui semua langkah dari awal sampai

akhir (2) program bercabang yang memberi kemungkinan kepada siswa untuk menguasai bagian-bagian yang telah dikuasainya dan membimbing mereka yang mengalami kesukaran tertentu untuk melakukan latihan tertentu (Nasution, 2008:59). Beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan terbimbing adalah seperti berikut. 1) Tugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna. 2) Berikan pelatihan sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari. 3) Hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practiced). 4) Perhatikan tahap-tahap awal pelatihan (Ahmadi, 2010:46).