PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAKIT JIWA MENUR SURABAYA Siti Sholikhah ABSTRAK Healthy according to WHO is the perfect state of good physical, mental, and social, not only free from diseases, weaknesses or flaws (Notosoedirjo, 2002). Mental health is a State of balance, a person's soul. The goal of this research is to identify the influence of group activity therapy to perception of the increaseself-esteemin naturebypatientsof low self esteem. Design research method using pre experiments with one group pre-post test design, populationis being usedthroughoutthe all patientof violence behaviour in RSJMenur Surabayawere 38patients with purposive sampling technique anda large sample in this study were35 patients that meets the criteria of inclusion. Data analysis in this research using Mc Nemar tests of and techniques of data collection with interviews and observation sheets. The results of this research is that patients with violence behaviour after being given a group activity therapy mostly patient 22 of 35 people (61.7%) can indepandent. Based on calculation get result p=0.000 (p<0.005) then H 0 rejected and H 1 accepted means there significanty influence for given group activity therapy stimulation of perception about independent grade in patients with violence behaviour in RSJ Menur Surabaya. Having collected data from patients, further data processing by means of editing, coding, scoring and tabulating. From the results of the study, researchers gave advice to health services, educational institutions, and other research to increase Group Activity Therapy on the perception of Stimulation patients experiencing of violence Keywords: Group Activity Therapy Stimulation Of Perception, Independent Grade, Behaviour. Violence PENDAHULUAN Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Masyarakat yang mengalami krisis ekonomi tidak saja akan mengalami gangguan kesehatan fisik berupa gangguan gizi, terserang berbagai penyakit infeksi, tetapi juga dapat mengalami gangguan kesehatan mental psikiatri yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja dan kualitas hidup secara nasional menurun yang akan mengakibatkan hilangnya satu generasi sehat yang akan meneruskan perjuangan dan cita cita bangsa. Gangguan mental psikiatri yang dapat terjadi mulai dari tingkat yang ringan bahkan berat yang memerlukan penanganan khusus di rumah sakit, baik dirumah sakit jiwa atau di unit perawatan jiwa di rumah sakit umum (Yosep,Iyus 2009) Beberapa penelitian tentang aktivitas fisik dan terapi olahraga terhadap gangguan kejiwaan membuktikan, bahwa aktivitas fisik tersebut dapat meningkatkan kepercayaan pasien terhadap orang lain (ayusuf syamsu, 2004), dan juga membantu mengontrol kemarahan pasien. Data dari WHO tahun 2001 jumlah penderita gangguan jiwa dunia sebesar 459 juta jiwa. Setiap hari, RS Jiwa Menur, Surabaya rata-rata menerima 200 pasien rawat jalan. Sedangkan dalam satu bulan, ratarata merawat 300 orang pasien.menurut dr Adi Wirachjanto Direktur RS Jiwa Menur, 20 persen diantaranya berusia remaja atau di bawah 20 tahun. Bahkan, dalam tahap rehabilitasi gangguan jiwa beberapa waktu lalu, dari 100 peserta 20-25 orang diantaranya masih usia sekolah. "20 persen pasien yang ditangani di Menur adalah mereka yang berusia di bawah 20 tahun.dan kalau sudah dirawat biasanya sudah berat," kata Adi pada suarasurabaya.net, Rabu (10/10/2012). SURYA 7 Vol.05, No.01, April 2013
Dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan tanggal 9 Oktober 2012, penulis mendapatkan data dari RSJ Menur Surabaya pada bulan agustus 2012 dan september 2012. Dari 282 pasien yang dirawat di ruang flamboyan terdapat pasien sebanyak 114 pasien atau 40% menduduki peringkat pertama, pasien halusinasi sebanyak 90 pasien atau 32 % menduduki peringkat kedua pasien isolasi sosial sebanyak 58 pasien atau 19 % menduduki peringkat ketiga dan pasien harga diri rendah sebanyak 16 pasien atau 6 % menduduki peringkat ke empat, pasien waham sebanyak 8 pasien atau 2,9 % menduduki peringkat ke lima. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya penderita dengan Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan berkaitan dengan beberapa teori antara lain: faktor psikologis, faktor sosial budaya, faktor biologis, dan faktor presipitasi.( Dariyo, Agues 2004) Berbagai terapi dilakukan untuk mengatasi seperti pemberian psikofarmaka dan terapi aktivitas kelompok.terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist (Yosep, 2009). Terapi aktivitas kelompok (TAK) sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik dalam keperawatan.(ali Mohammad & Mohammad Asrori 2009). Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi terhadap tingkat Rumah Sakit Jiwa Menur, Surabaya. METODE PENELITIAN Desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2008).Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra Eksperimen dengan menggunakan desain One Group Pretest-Postest.Dalam rancangan ini, tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi paling tidak sudah dilakukan observasi pertama (pretes) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah terjadi adanya eksperimen (Soekidjo Notoatmojo, 2010). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya pada bulan Februari 2013.Tempat pelaksanaan di Rumah Sakit Jiwa Menur, Surabaya.Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap dengan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya sebanyak 38 pasien.teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah responden sebesar 35 responden. HASIL PENELITIAN 1. Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya Sebelum Diberi TAK Stimulasi Persepsi. Tabel 1 Distribusi Tingkat Kemandirian Kelompok Sesi 1 di RSJ Menur No Sesi I Frekuensi Prosentasi Total Berdasarkan tabel 1 di atas dapat sesi I belum mandiri. Tabel 2 Distribusi Tingkat Kemandirian Kelompok Sesi II di RSJ Menur No Sesi II Frekuensi Prosentasi Total Berdasarkan tabel 2 di atas dapat sesi II belum mandiri. SURYA 8 Vol.05, No.01, April 2013
Tabel 3 Distribusi Tingkat Kemandirian Kelompok Sesi III di RSJ Menur No Sesi III Frekuensi Prosentase Total Berdasarkan tabel 3 di atas dapat sesi III belum mandiri. Tabel 4 Distribusi Tingkat Kemandirian Sebelum Terapi Aktivitas Kelompok Sesi IV di RSJ Menur Surabaya No Sesi IV Frekuensi Prosentase Total Berdasarkan tabel 4 diatas dapat sesi I belum mandiri. Tabel 5 Distribusi Tingkat Kemandirian Kelompok Sesi V di RSJ Menur No Sesi V Frekuensi Prosentase Total Berdasarkan tabel 5 di atas dapat sesi V belum mandiri. 2. Pasien Perilaku Kekerasan Di RSJ Menur Surabaya Setelah Diberi TAK Stimulasi Persepsi. Tabel 6 Distribusi Tingkat Kemandirian Diri Kelompok Sesi I di RSJ Menur No Sesi I Frekuensi Prosentase 1 Mampu 19 54.3% 16 45.7% Dari tabel 6 di atas dapat dijelaskan lebih dari sebagian sebagian besar pasien yang mengenal yang biasa dilakukan sebanyak 19 orang (54.3%) dan hampir sebagian pasien yang belum mengenal yang biasa dilakukan yaitu sebanyak 16 orang (45.7%) Tabel 7 Distribusi Tingkat Kemandirian Kelompok Sesi II di RSJ Menur No Sesi II Frekuensi Prosentase 1 Mampu 20 57.1% 15 42.9% Dari tabel 7 di atas dapat dijelaskan bahwa lebih dari sebagian besar pasien yang mencegah fisik yaitu sebanyak 20 orang (57.1%) dan hampir sebagian pasien yang belum mencegah fisik sebanyak 15 orang (42.9%) Tabel 8 Distribusi Tingkat Kemandirian Kelompok Sesi III di RSJ Menur No Sesi III Frekuensi Prosentase 1 Mampu 20 57,1% 15 42,9% Dari tabel 8 di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar pasien yang mencegah sosial sebanyak 20 orang (57.1%) SURYA 9 Vol.05, No.01, April 2013
dan hampir sebagian pasien yang belum mencegah sosial sebanyak 15 orang (42.9%) Tabel 9 Distribusi Tingkat Kemandirian Kelompok Sesi VI di RSJ Menur No Sesi IV Frekuensi Prosentase 1 Mampu 24 68.6% 11 31.4% Dari tabel9 di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar pasien yang mencegah spiritual sebanyak 24 orang (68.6%) dan hampir sebagian pasien yang belum mencegah spiritual sebanyak 11 orang (31.4%) Tabel 10 Distribusi Tingkat Kemandirian Kelompok Sesi II di RSJ Menur No Sesi V Frekuensi Prosentase 1 Mampu 25 71.4% 10 28.6% Dari tabel 10 di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar pasien yang mencegah keekerasan dengan patuh mengonsumsi obat sebanyak 25 orang (71.4%) dan hampir sebagian pasien yang mencegah dengan patuh mengkonsumsi obat sebanyak 10 orang (28.6%). 3. Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi Terhadap Tingkat Kemandirian Pada Pasien Perilaku Kekerasan di RSJ Menur Surabaya bulan Februari 2013 Sesuai dengan analisa data bila setelah data dikumpulkan maka untuk menghitung adanya terapi aktivitas kelompok kemandirian dengan memasukkan data-data tersebut ke dalam sebuah tabel seperti tabel 11 dibawah ini. Tabel 11 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi (Sesi I) Terhadap Tingkat Sesi 1 N P Keter angan Mengenal yang biasa dilakukan 35 0,000 ada pengar uh Berdasarkan tabel 11 dapat dijelaskan sesi I terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini RSJ Menur Surabaya Tabel 12 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi (Sesi II) Terhadap Tingkat Sesi II N P Keterangan fisik Berdasarkan tabel 12 dapat dijelaskan sesi II terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini RSJ Menur Surabaya. Tabel 13 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi (Sesi III) Terhadap Tingkat Sesi III N P Keterangan sosial Berdasarkan tabel 13 dapat dijelaskan sesi III terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini SURYA 10 Vol.05, No.01, April 2013
RSJ Menur Surabaya. Tabel 14 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi (Sesi IV) Terhadap Tingkat Sesi IV N P Keterangan spiritual Berdasarkan tabel 14 dapat dijelaskan sesi IV terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini RSJ Menur Surabaya. Tabel 15 Pengaruh TAK Stimulasi Persepsi (Sesi V) Terhadap Tingkat Sesi V N P Keterangan dengan patuh mengonsumsi obat Berdasarkan tabel 15 dapat dijelaskan sesi II terhadap tingkat kemandirian. Hasil ini kemandirian pada pasien ke di RSJ Menur Surabaya. PEMBAHASAN 1. Tingkat Kemandirian Pasien Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok. Menurut Stuart and Sundeen kelompok dapat menjadi alat terapeutik. Kelompok merupakan suatu sistem sosial yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Pengertian kelompok sendiri adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain, saling ketergantungan, serta mempunyai tujuan dan norma yang sama. Pengertian kelompok sendiri adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain, saling ketergantungan, serta mempunyai tujuan dan norma yang sama.( Keliat, Budi Anna, 2009). Ketidakan pasien dalam hal mandiri ini dikarenakan tidak dilakukanya terapi aktivitas kelompok karena TAK dapat memberikan stimulus bagi pasien dengan gangguan interpersonal dengan cara dilakukan sekelompok pasien bersamasama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. (Ma mun M.Y, 2002). Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang sangat penting untuk dilaksanakan karena akan membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah yang destruktif dan maladaptif, jika hal ini tidak dilaksanakan maka akan memperlambat proses penyembuhan pasien.( Notosoedirjo, 2002). Seperti hasil yang diperoleh bahwa apabila pasien belum diberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi tidak untuk mandiri, dimana kemandirian seorang pasien dapat tercapai apabila ia telah untuk untuk berpikir dan berbuat yang bersifat konstruktif bagi kehidupannya sendiri dan orang lain. 2. Tingkat Kemandirian Pasien setelah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok. Dari data yang diperoleh dari 35 pasien di RSJ Menur Surabaya setelah diberikan TAK Stimulasi Persepsi sesi 1 sebagian besar pasien sejumlah 19 (54.3%) meningkatan kemandiriannya. Pada 35 pasien setelah diberi TAK stimulasi persepsi sesi II dan III sebagian besar pasien sejumlah 20 (57.1%) meningkatkan kemandiriannya. Sedangkan pada i 35 pasien setelah SURYA 11 Vol.05, No.01, April 2013
diberi TAK stimulasi persepsi sesi IV sebagian besar pasien sejumlah 24 (68.6%) meningkatkan kemandiriannya dan pada 35 pasien setelah diberikan TAK stimulasi persepsi sesi V sebagian besar pasien sejumlah 25 (71.4%) meningkatkan kemandiriannya. Hal ini sesuai dengan tujuan umum terapi aktivitas kelompok yaitu meningkatkan kean komunikasi dan umpan balik.melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan, membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif dan TAK yang bertujuan untuk mengenal dan mencegah lebih lanjut. TAK stimulasi persepsi ini diharapkan respons klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif, bersifat rehabilitatif dimana mereka yang telah sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan kean untuk persiapan mandiri dan sosial di tengah masyarakat Menurut Keliat Budiana, 2005 ada 5 sesi TAK Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan yaitu; 1.Mengenal yang biasa dilakukan; 2. fisik; 3. sosial; 4. spiritual; 5. dengan patuh mengkonsumsi obat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kemandirian sebelum pemberian terapi aktivitas kelompok sesi 1 hingga sesi 5 dan sesudah pemberian terapi aktivitas kelompok sesi 1 hingga sesi 5. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan diberikannya terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi ini sangat ber terhadap tingkat kemandirian pasien dengan sehingga pemberian terapi aktivitas kelompok ini harus diberikan kepada pasien guna memepercepat proses penyembuhannya. 3. Pengaruh pemberian TAK Stimulasi Persepsi terhadap tingkat kemandirian pada pasien Dari tabel 4.16 hingga tabel 4.20 hasil analisis dengan uji Mc Nemer Test yang menggunakan SPSS versi 16,0 dapat dijelaskan bahwa ada terapi aktivitas kelompok kemandirian pasien dari sesi I hingga sesi V yaitu 1.Mengenal yang biasa dilakukan; 2. fisik; 3. sosial; 4. spiritual; 5. dengan patuh mengkonsumsi obat dengan masing-masing nilai p=0,000 (p<0,05) yang artinya terdapat terapi aktivitas kelompok RSJ Menur Surabaya Hal ini sesuai dengan tujuan umum TAK yaitu meningkatkan kean komunikasi dan umpan balik. melakukan sosialisasi, meningkatkan kesadaran terhadap hubungan reaksi emosi dengan tindakan, membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif, selain itu juga sesuai dengan tujuan khusus TAK yaitu meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara konstruktif, meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal. TAK pun memiliki fungsi rehabilitatif dimana mereka yang telah sembuh secara medis, tetapi perlu disiapkan fungsi dan kean untuk persiapan mandiri dan sosial di tengah masyarakat. Dengan demikian Terapi Aktivitas Kelompok dapat memberikan stimulus positif bagi pasien yang bertujuan untuk mengenal yang biasa dilakukan klien, mencegah baik fisik, sosial, maupun spritual dan dengan mengkonsumsi obat dengan teratur. TAK stimulasi persepsi merupakan upaya untuk meningkatkan kemandiriannya baik secara fisik maupun mental agar dapat berpikir dan ber yang konstruktif tanpa merugikan klien maupun keluarga dan lingkungan disekitarnya sehingga ia dapat menjalankan kehidupannya dengan lebih baik. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1) Tingkat kemandirian pada pasien sebelum dilakukan TAK stimulasi persepsi didapatkan 0 orang (0%) mandiri. 2) Tingkat kemandirian pada pasien kekersan sesudah dilakukan TAK stimulasi persepsi didapatkan 22 orang (61.7%) mandiri SURYA 12 Vol.05, No.01, April 2013
3) Terdapat pemberian TAK stimulasi persepsi terhadap tingkat kemandirian di RSJ Menur Surabaya. Hal ini dapat dibuktikan analisa data dengan menggunakan uji Mc Nemar test dengan taraf signifikan α = 0,05 dan hasil statisticsnya p = 0.000 sehingga terdapat hubungan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi terhadap tingkat kemandirian pada pasien. 2 Saran Dengan melihat hasil kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran dari penulis yakni sebagai berikut : 1) Bagi akademis Sebagai bahan pustaka dalam menambah wawasan pengetahuan khususnya tentang terapi aktivitas kelompok kemandirian pasien dengan gangguan jiwa dan sebagai sumbangan pemikiran perkembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya terutama di bidang kesehatan. 2) Bagi rumah sakit atau tempat penelitian Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan oleh para pelaksana program dalam meningkatkan upaya di bidang kesehatan jiwa. 3) Bagi profesi keperawatan Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi keperawatan tentang terapi aktivitas kelompok (TAK) kemandirian pasien dengan. 4) Bagi peneliti Sebagai pengalaman nyata dan berharga dalam menerapkan ilmu keperawatan jiwa yang telah diperoleh saat kuliah dan mengetahui terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi terhadap tingkat kemandirian pasien dengan. Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia. Keliat, Budi Anna, 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna, 2005. Keperawatan Jiwa (Terapi Aktivitas Kelompok), EGC, Jakarta. Ma mun M.Y, 2002.Buku Saku Psikoterapi II, Gajah Mada University Press,Yogyakarta Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Notosoedirjo, 2002. Mak, Psikologi Gangguan dan Penyakit Jiwa. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keparawatan ; Pedoman Skripsi, Tesis, institusi penelitian keperawatan, Salemba Medika, Jakarta. Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa, Jakarta : FKUI Yosep, Iyus. 2009. Pendekatan Hollistik Pada Gangguan Jiwa. Jakarta : FKUI Yusuf, Syamsu L.N. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya. DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad & Mohammad Asrori, 2009.Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: Bumi Aksara. SURYA 13 Vol.05, No.01, April 2013