Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi yang menyebar ketiga negara dimulai dari Tunisia, Mesir, dan terakhir Libya. Tentu, bukan hanya dari ketiga negara ini saja, masih ada negara lain seperti Yaman, Yordania, dan lainnya tetapi kadarnya masih kecil. Melihat dari dialektika demokratisasi dinegara-negara dunia, faktor utama penyebab terjadinya proses ini adalah rezim yang otoriter. Rezim otoriter menghendaki rakyatnya untuk tunduk pada kebijakan-kebijakan yang diatur dalam sebuah negara dengan membatasi akses rakyat untuk dapat mengakses formulasi kebijakan tersebut. Mesir adalah negara yang dapat dijadikan studi kasus bahwa demokratisasi Mesir yang pada saat itu dibawah pemerintahan Mubarak runtuh akibat pemerintahan yang berjalan otoriter, menjalankan, memusatkan kekuasaan di tangannya, serta mengumpulkan sumbersumber ekonomi hanya untuk kalangan keluarga dan kroninya. Mesir Saat Revolusi Aksi protes di Mesir pertama kali terjadi di pada tanggal 25 Januari 2011 dan terus berlangsung hingga tanggal 11 Februari 2011. Warga dari berbagai kalangan berbaur memenuhi jalan akibat ketidakpuasan mereka terhadap keadaan pemerintahan yang diselenggarkan pemerintah. Berbagai kalangan mulai dari kelompok demonstran oposisi, orang tua sampai anak anak bergabung bersama menyerukan kekecewaan terhadap pemerintahan. Tetapi pemerintah menanggapi demonstrasi tersebut dengan keras dan tidak 1
menolerir pemberontakan yang direncanakan. Bahkan Hosni Mubarak yang saat itu menjabat presiden menghimbau bahwa masyarakat jangan meniru perjuangan yang dilakukan aktivis di Tunisia. Mubarak menghimbau bahwa keamanan negara adalah prioritas utama dan harus terus diperjuangkan meskipun menimbulkan kerugian. Demonstrasi yang terus bergulir dan menjadi semakin besar mengakibatkan pihak pemerintah mengeluarkan reaksi keras dan mengerahkan tenaga keamanan untuk menertibkan para demonstran. Pihak polisi menindak keras para demonstran sehingga timbul banyak korban di kedua pihak. Polisi seringkali membubarkan kerumunan massa dengan bantuan kendaraan militer seperti panzer dan mobil anti huru hara. Tindakan yang dilakukan polisi ini menyulut reaksi dunia yang menganggap bahwa perlakuan aparat keamanan terhadap demonstran berlebihan dan dapat di hindari. Tetapi bentrokan yang terjadi tidak hanya antara aparat keamanan dengan demonstran yang menginginkan Mubarak untuk mundur, tetapi juga dengan pihak yang pro dengan pemerintahan dan Mubarak. Dengan jumlah yang tidak sedikit demonstran pro Mubarak mengendarai onta dan kuda untuk membubarkan demonstrasi menentang pemerintahan. Bentrokan pun tidak dapat dihindari dan korban jiwa di kedua pihak pun semakin bermunculan. Demonstrasi yang terjadi di Mesir belakangan ini disebabkan oleh pihak oposisi yang berusaha mencontoh apa yang terjadi di Tunisia. Ketika demonstrasi yang dilakukan warga Tunisia dinilai telah berhasil menjatuhkan rezim, pihak oposisi mendapat keberanian untuk menggelar hal yang serupa di Mesir. Efek domino dari kejadian di Tunisia tersebut berkembang menjadi gerakan massa yang semakin besar dari hari kehari. Gerakan massa tersebut disebabkan karena masyarakat dinilai sudah jenuh dengan pemerintahan otoriter Hosni Mubarak yang telah ia jalankan selama 30tahun. Kebijakan yang dilakukan selama 30 tahun tersebut seringkali dinilai tidak pro rakyat karena mementingkan kepentingan segelintir golongan atau kepentingan keluarganya. 2
Profil Mubarak Karir Hosni Mubarak mulai menjulang di dunia perpolitikan disaat pecahnya Perang Yom Kippur. Pada saat itu Mubarak yang berpangkat Mayor Jenderal berhasil mengordinasi angkatan udara Mesir untuk menghalau serangan Israel. Memulai karirnya di dalam Angkatan Udara Militer ternyata berdampak positif kepada kehidupan Mubarak, ia pun terus mencapai karir militer yang cukup tinggi sampai akhirnya di promosikan sebagai wakil presiden dari Anwar Sadat. Sebagai presiden Mesir, Mubarak dinilai sebagai presiden yang cenderung netral dalam menghadapi konflik dunia. Begitu pula dalam perannya menghadapi konflik antara Israel dan Palestina Mubarak seringkali cenderung bersikap netral dan tidak memihak, berbeda dengan pendahulunya yang biasanya selalu bersikap keras terhadap Israel. Mubarak sendiri terpilih menjadi presiden Mesir pada tanggal 18 Oktober 1981 setelah presiden teradahulunya yaitu Anwar Sadat dibunuh oleh gerakan Islam radikal yang menentang kebijakan mesir yang berdamai dengan Israel. Pada saat itu Mubarak yang menjabat wakil presiden diangkat menjadi presiden menggantikan Anwar Sadat dan terus terpilih dalam pemilu pemilu selanjutnya. Sampai tahun 2005 Mubarak memenangkan pemilu tanpa lawan, barulah setelah 2005 Mubarak berkompetisi dengan adanya rival di dalam pemilu tersebut. Dalam menjalankan pemerintahannya, Husni Mubarak menerapkan peraturan darurat atau yang dikenal dengan Emergency Ruleyang mengekang kebebasan dalam berpendapat dan berkumpul. Tujuan dari berlakunya Emergency Rule tersebut adalah untuk mencegah kejadian Islam radikal yang menyebabkan mantan presiden Anwar Sadat meninggal terulang. Kebijakan ini sekarang ditentang oleh Amerika yang menginginkan peraturan tersebut segera dicabut karena dinilai melanggar kebebasan warga negara untuk menyampaikan pendapat dan berorganisasi. Hosni Mubarak seringkali dituding memperkaya diri karena sering mengeluarkan kebijakan yang tidak pro rakyat. Hosni Mubarak sendiri memegang bisnis yang menempatkannya menjadi salah satu orang terkaya di Mesir. Sebuah 3
harian inggris The Guardian melaporkan bahwa Mubarak memiliki kekayaan sebesar 70 miliar dollar AS. Sebagian kekayaan itu disimpan di perbankan Swiss. Sumber penghasilan mubarak pun beragam, salah satunya adalah resor sepanjang laut merah. Kesenjangan itulah yang menyebabkan mayoritas demonstran menuntut mubarak turun. Selain itu Mubarak memiliki dua orang anak yang bernama Alaa Mubarak dan Gamal Mubarak. Dibandingkan dengan adiknya, Alaa tidak berminat turun langsung di kancah politik. Alaa lebih berkecimpung dibidang bisnis sedangkan Gamal terkesan lebih ambisius. Bahkan Alaa sempat memberi pernyataan bahwa kisruh di Mesir salah satunya disebabkan investor asing yang diundang oleh Gamal ke Mesir. Terlihat disini terdapat persaingan kepentingan dan tarik menarik kekuasaan diantar anak anak Mubarak. Selain itu terlihat juga bahwa Mubarak membangun kekuasaan dan ekonomi dengan menempatkan keluarganya di sektor sektor penting mesir. Dampak Demokratisasi Mesir Akibat dari demonstrasi tersebut perekonomian Mesir di daerah daerah pusat demonstrasi seperti Kairo menjadi lumpuh karena perdagangan terhenti. Lumpuhnya ekonomi segera disusul dengan kenaikan harga bahan pokok. Selain itu Mesir yang merupakan tujuan wisata para turis mancanegara menjadi sepi dari para wisatawan karena keadaan yang tidak kunjung stabil tersebut. Objek bersejarah Mesir seperti museum yang menyimpan artefak kuno banyak yang rusak akibat ulah para demonstran. Melihat dari potensi pariwisata dan sumber daya Mesir, sebetulnya bukan permasalahan besar bagi mesir untuk bangkit dari keadaan ekonomi tersebut. Dengan letaknya yang sangat strategis, Mesir memiliki potensi yang luar biasa sehingga para Ahli yakin bahwa dengan mudah Mesir akan bangkit. Tetapi dampak yang sesungguhnya dirasakan oleh warga Mesir sebenarnya adalah ketakutan mengenai instabilitas geopolitik 4
Please download full document at www.docfoc.com Thanks