BAB 1 PENDAHULUAN. sosial ekonomi (Munandar, 1995). Lahan kritis dapat menyebabkan d atangnya

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Intervensi manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam yang makin

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

commit to user BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan Kritis adalah lahan yang mengalamai proses kerusakan fisik, kimia, atau biologi yang akhirnya dapat membahayakan fungsi hidrologi serta kehidupan sosial ekonomi (Munandar, 1995). Lahan kritis dapat menyebabkan d atangnya berbagai bencana seperti tanah longsor, erosi, banjir, kekeringan, serta sedimentasi yang dapat mengganggu penghidupan masyarakat. Data dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2005 dalam Petunjuk Pelaksanaan Program Penanganan Lahan Kritis dan Sumber Daya Air Berbasis Masyarakat (PLKSDA -BM) menyebutkan luas lahan kritis yang ada di Indonesia mencapai 52,2 juta ha, dari luasan tersebut 7,1 juta ha merupakan lahan kritis yang ada di Pulau Jawa dan Bali, sedangkan menurut hasil inventarisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur menunjukan bahwa luas lahan kritis di Jawa Timur mencapai 780.956 ha. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang daerahnya terdapat lahan kritis seluas 22.400 ha. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Timur dengan kepadatan penduduk yaitu 547.308 jiwa. Luas wilayahnya adalah 1.389,872 km 2. Kepadatan penduduk di Kabupaten Pacitan masih tergolong rendah, namun karena kondisi fisik lahan mempunyai potensi yang tinggi untuk terjadinya 1

proses erosi dan tanah longsor, maka sedikit saja kesalahan dalam penggunaan lahan akan memicu terjadinya proses tanah longsor atau erosi tersebut(bps, 2010). Salah satu desa yang terdapat di Kabupaten Pacitan dengan tingkat ancaman bencana erosi dan tanah longsor cukup besar yakni Desa Jetis Lor. Desa Jetis Lor merupakan salah satu desa yang berada di daerah tangkapan air DAS Grindulu. Desa Jetis Lor terletak dibagian utara wilayah Kecamatan Nawangan dan berada ada pada ketinggian 680-1100 m dpl dengan luas wilayah 1.518 ha yang terbagi dalam 6 dusun yaitu Krajan, Dawuhan, Bendar, Guwo, Petung, dan Tamansari. Desa Jetis Lor memiliki topografi berbukit, dengan luasan lahan kering sebanyak 878,20 ha, luas sawah tadah hujan 105,76 ha, sawah dengan irigasi 176 ha, dan seluas 116,3 ha sisanya adalah pemukiman dan sarana atau prasarana desa (Data Profil Desa Tahun 2012). Penghidupan petani di Desa Jetis Lor menjadi penting untuk dikaji, karena 96,50 % masyarakat Jetis Lor adalah petani. Jenis tanah yang dominan adalah Latosol, Lithosol, Megiteran, serta asosiasi dari 2-3 jenis tanah tersebut dengan tekstur yaitu Clay (liat), Loam (lempung), dan Sandy Loam (lempung berpasir). Keadaan topografi yang begitu beragam dan dengan kemiringan lereng mulai dari 25 % - >85% maka jenis tanah ini rentan terhadap erosi, hingga tererosi sampai ke lapisan B 1 dan bahkan Lapisan C 2. Pengamatan di lapangan 1 Lapisan B, merupakan lapisan tanah di bagian tengah yang mudah tercucui oleh air, terutama jika tidak ada tumbuhan di permukaannya. Hal ini dapat terjadi karena ketiadaan akar-akar tumbuhan yang bersifat mengikat lapisan tanah A (topsoil). Lapisan B ini miskin materi organik serta berwarna kecoklatan atau kemerahan.tebal lapisan ini sekitar 30 cm. (lihat www.artikellingkunganhidup.com). 2. Lapisan C (sub soil), merupakan lapisan yang mengandung beberapa batuan yang belum mengalami peroses pelapukan. Selain itu, lapisan ini kaya akan unsur unsur besi, almunium, dan senyawa mineral

menunjukkan bahwa tingkat erosi yang tertinggi terjadi pada masa transisi antara musim kemarau dan penghujan, tanah tanah tersebut mengalami erosi yang bekerja secara akselerasi. Curah hujan tahunan di wilayah Desa Jetis Lor sekitar 2700 mm dengan musim kemarau berlangsung antara 4-5 bulan. Desa Jetis Lor termasuk desa terseleksi dengan luas lahan kritis sebanyak 215,82 ha atau 20,4% dari seluruh luas lahannya atau 6,25 % dari seluruh lahan kritis di kecamatan Nawangan (LPTP, 2005). Luas lahan kritis di Kabupaten Pacitan seluas 22.400 ha pada tahun 2012). Kondisi yang demikian mengharuskan adanya suatu program pengendalian erosi untuk upaya penghidupan berkelanjutan masyarakat. Pada tahun 2002 diadakan suatu program oleh LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan). Nama program tersebut adalah Program Rencana Konservasi Tanah Desa (RKTD). Program ini dilakukan di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan yang menjadi salah satu program dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Program konservasi ini merupakan program yang dirancang dan disusun oleh Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) bekerjasama dengan PMU Yogyakarta dan Pacitan GGWRM (Uni Eropa). Secara umum kerusakan lahan terjadi karena ketidaksesuaian antara sistem penggunaan lahan dengan kelas kemampuan lahan yang bersangkutan. Lahan kritis merupakan permasalahan utama yang ada di wilayah tersebut. Kejadian tersebut dipicu oleh beberapa faktor alam dan bencana seperti seringnya erosi dan tanah lain yang terikat oleh tanah liat. Tebal lapisan ini sekitar 45 cm (lihat www.artikellingkunganhidup.com).

longsor. Adanya lahan kritis pada beberapa lahan masyarakat sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan sosial ekonomi khususnya, dan penghidupan masyarakat di Desa Jetis Lor pada umumnya, hal ini dapat terjadi karena sebagian besar masyarakat mengandalkan lahan baik sawah maupun ladang sebagai sumber penghasilan utama. Apabila tumpuan masyarakat itu hilang, maka penghidupan masyarakat akan terganggu atau bahkan dapat terhenti. Kajian mengenai penghidupan pada dasaranya telah dilakukan oleh para peneliti seperti dalam buku yang berjudul Human Geography: Culture, Society, and Space. Livelihood (penghidupan) adalah istilah pembangunan yang menggambarkan kemampuan (capabilities), kepemilikan sumber daya (sumber daya sosial dan material), dan kegiatan yang dibutuhkan seseorang/masyarakat untuk menjalani kehidupannya. Penghidupan akan berkelanjutan ( sustainable) jika aset penghidupan yang dimiliki memampukan orang atau masyarakat untuk menghadapi dan pulih dari tekanan serta guncangan, memampukan orang/masyarakat untuk mengelola dan menguatkan kemampuan (capabilities) dan kepemilikan sumber daya (assets) untuk kesejahteraannya atau masyarakat saat ini (sekarang) maupun masyara kat/kehidupan dimasa mendatang, serta tidak menurunkan kualitas sumberdaya alam yang ada. Melihat permasalahan dan uraian yang membahas bagaiman kondisi ancaman bencana dan kondisi wilayah di Desa Jetis Lor, maka LPTP melalui beberapa tahap dan perencanaan telah merumuskan satu program untuk kemajuan dan peningkatan kualitas masyarakat dengan menyusun Rencana Konservasi Tanah Desa. Program tersebut sifatnya teknis tetapi harus ada advokasi dan intervensi dari

berbagai pihak dalam implementasinya. Program yang ada hanya sebagai piloting project dimana rancangan atau rumusan mengenai konservasi hanya akan sebagai dokumen saja apabila pada aplikasinya tidak terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, program yang disusun dan masih berupa rancangan tersebut diserahkan kepada masyarakat sebagai kebijakan desa untuk melakukan implementasi jangka panjang sebagai upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia agar dapat memicu dirinya sehingga konservasi yang nantinya dijalankan dapat terus berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat semakin baik. Rencana Konservasi Tanah Desa dirumuskan untuk dilakukan di Desa Jetis Lor dengan melihat beberapa pertimbangan berdasarkan berbagai permasalahan yang ditemui di desa tersebut yaitu sebagai berikut. a. Semakin berkurangnya luasan lahan usaha tani akibat tanah yang selalu longsor setiap tahun b. Tingkat kesuburan tanah yang semakin menurun akibat erosi secara terus menerus c. Kekurangan pakan ternak pada musim kemarau d. Semakin banyaknya hama dan penyakit tanaman e. Kekurangan air bersih pada musim kemarau f. Menurunnya daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya g. Terbatasnya prasarana (jalan, jembatan, bendungan) dan sarana (pelayanan kesehatan, pendidikan)

h. Adanya potensi konflik sosial yang dipicu oleh penguasaan dan pengelolaannya sumberdaya alam seperti: pengambilan air bersih, alih kepemilikan lahan, pengambilan pakan ternak. Adanya program tersebut berdampak baik pada Desa Jetis Lor, hal ini terbukti pada tahun 2012 desa Jetis Lor mendapat Penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim).Penghargaan ini diberikan oleh Kem enterian Lingkungan Hidup (KLH). Berdasarkan uraian dan beberapa terkait dengan penghidupan berkelanjutan tersebut, maka perlu dilakukan analisis lebih jauh mengenai pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa (RKTD) terhadap Penghidupan Berkelanjutan untuk kemudian dapat dikaji sejauh mana program yang telah dirancang dan diimplementasikan dapat memberikan perubahan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di masa mendatang. 1.2 Rumusan Masalah Program Rencana Konservasi Tanah Desa yang dilakukan di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan merupakan salah satu program yang dilakukan untuk membantu masyarakat ketika permasalahan terkait penghidupan pasca erosi semakin kompleks. Permasalahan yang timbul akibat adanya erosi tidak hanya bersifat fisik namun juga masuk pada aspek penghidupan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana proses Implementasi Konservasi Tanah Desa di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan? 2. Bagaimana pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan masyarakat petani lahan ktiris di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan? 3. Bagaimana Pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan berkelanjutan masyarakat petani lahan kritis di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian yang mengkaji dan menganalisis pengaruh suatu program telah banyak dilakukan, demikian halnya dengan penelitian yang membahas mengenai penghidupan juga telah banyak dianalisis sebelumnya. Penelitian yang difokuskan oleh penulis lebih kepada bagaimana sebuah program dapat dikatakan berhasil dan memberikan pengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi saja, namun dikaji dan dianalisis apakah program tersebut dapat bersifat terus menerus bagi penghidupan masyarakat dalam jangka panjang. Program yang ada tidak hanya dianalisis dan dihubungkan dengan penghidupan, namun akan dikaji juga apakah program yang ada mampu mencakup aspek penghidupan berkelanjutan yang menjadi aspek penting ketika terjadi intervensi terhadap aspek penghidupan karena sifatnya tidak hanya sementara melainkan jangka panjang. Oleh karena itu, pengaruh program terhadap penghidupan berkelanjutan menjadi fokus utama penelitian. Penelitian-penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya digunakan sebagai referensi dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Penelitian serupa yang dijadikan referensi oleh peneliti disajikan dalam Tabel 1.1 yaitu sebagai berikut.

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu dengan Topik Serupa Nama Judul Penelitian Tujuan Metode Hasil Kajian Penghidupan 1. Untuk mengetahui kondisi penghidupan pasca bencana, Kombinasi (Livelihood) Masyarakat 2. Mengetahui tingkat resiliensi masyarakat akibat antara Akibat banjir Lahar Hujan bencana Kuantitatif Kaliputih di Desa Sirahan, 3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kondisi dan Kecamatan Salam, penghidupan dengan tingkat resiliensi Kualitatif Kabupaten Magelang Rinjani, 2013 1. Kondisi masyarakat pasca bencana mengalami perubahan, kondisi aset mengalami penurunan kecuali modal manusia yang terlihat semakin baik 2. Tingkat resiliensi masyarakat yang rendah, kondisi tersebut dapat terjadi karena faktor resiliensi berkaitan dengan kondisi psikologis Larasati, 2012 Lestari, 2011 Fakhiri, 2010 Pengaruh Program Pagu Wilayah Kecamatan terhadap Efisiensi Usaha Tani dan Pendapatan Petani Kopi di Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung Pengaruh Program Penyertaan Modal Kepada Kopdit Pinunjul terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat, studi kasus di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo Pengaruh Program Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK -SP) Terhadap Peningkatan Pendapatan dan Penurunan Tingkat Kemiskinan Peserta Di Kota Dumai Untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kopi dan pengaruh Pagu WilayahKecamatan candiroto Kabupaten Temanggung Untuk mengukur pengaruh penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Kulonprogo terhadap peningkatan pendapatan masyarakat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program usaha ekonomi kelurahan simpan pinjam (UEK-SP) dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan Kuantitatif 1. Luas lahan, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL dan Pestisida mempunyai pengaruh positif dan nyata terhadap produksi kopi. 2. Program dana PWK berpengaruh secara positif dan tidak nyata terhadap produksi kopi Kuantitatif 1. Penelitian ini menunjukan bahwa Program Penyertaan Modal berpenaruh signifikan terhadap perubahan pendapatan, dengan daya jelas sebesar 48,6 persen Kuantitatif 1. Program Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK -SP) mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan dan penurunan kemiskinan 2. Tingkat kemampuan penyerapa tenaga kerja yang signifikan namun tidak untuk

Lanjutan Tabel 1.1 Muryanto, 2014 Pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap Penghidupan Berkelanjutan Petani di Desa Jetislor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan 1. Menganalisis Proses Implementasi Program Rencana Konservasi Tanah Desa di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan 2. Menganalisis pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan masyarakat petani lahan kritis di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan 3. Menganalisis pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan berkelanjutan masyarakat petani lahan ktiris di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. Kuantitatif dan Kualitatif jenis usaha perdagangan dan jasa, sedangkan tingkat kelangsungan dana yang disalurkan menunjukan hasil yang positif Hipotesis awal menyatakan bahwa; Terjadi pengaruh signifikan antara Program Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan berkelanjutan petani lahan kritis di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.

1.4 Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut. 1. Menganalisis Proses Implementasi Program Rencana Konservasi Tanah Desa di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan 2. Menganalisis pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan masyarakat petani lahan kritis di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan 3. Menganalisis pengaruh Program Rencana Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan berkelanjutan masyarakat petani lahan ktiris di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai Pengaruh Program Konservasi Tanah Desa terhadap penghidupan berkelanjutan masyarakat di Desa Jetis Lor, Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan memiliki beberapa manfaat bagi beberapa pihak baik langsung maupun tidak langsung. Secara rinci, manfaat dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Pacitan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi pemerintah daerah agar lebih giat dalam dalam merumuskan dan

mengimplementasikan program terkait kesejahteraan dan mitigasi bencana agar dapat memberi manfaat secara langsung kepada masyarakat. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau pembanding bagi penelitian atau studi yang berkaitan dengan pengaruh program yang berbasis masyarakat. 3. Bagi peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai kondisi masyarakat serta kontribusi suatu program terhadap perubahan penghidupan ke arah yang lebih baik di masa mendatang.