PERBEDAAN JUMLAH TROMBOSIT CARA MANUAL PADA PEMBERIAN ANTIKOAGULAN EDTA KONVENSIONAL (PIPET MIKRO) DENGAN EDTA VACUTAINER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB I PENDAHULUAN. laboratorium dituntut untuk memberikan hasil yang tepat, cepat dan akurat.

Perbedaan Jumlah dan Morfologi Neutrofil pada Penggunaan EDTA Konvensional dan EDTA Vacutainer ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

HUBUNGAN VOLUME DARAH DALAM TABUNG K 2 EDTA DENGAN JUMLAH LEUKOSIT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah utama kesehatan

PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN PARAMETER ERITROSIT MENGGUNAKAN HEMATOLOGY ANALYZER SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ABSTRAK. Penny Setyawati Martioso, dr., Sp.PK., M.Kes.

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

ABSTRAK. Fransisca Nathalia, Pembimbing Utama: dr.adrian Suhendra, Sp.PK., M.Kes

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

DALAM PEWARNA RAMBUT TERHADAP KERUSAKAN RAMBUT

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL DI RSUD. DR. PIRNGADI. Oleh: PREVISHA KALIAHPAN

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERBANDINGAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT METODE MANUAL DAN AUTOMATIK MIFTAHUL FARID P

PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA <200 mg/dl DAN ANTARA mg/dl

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT PADA BERBAGAI VOLUME DARAH DALAM TABUNG VACUTAINER K 3 EDTA

ABSTRAK. PERBANDINGAN STABILITAS KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM DENGAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA (NaF)

ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI

DAFTAR PUSTAKA : Gandasoebrata R, Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan ke 15, Jakarta:Dian Rakyat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

HUBUNGAN ANTARA ESTIMASI VOLUME OTAK DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KELEMBABAN UDARA YANG TINGGI DENGAN RASIO FEV 1 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

Medical Laboratory Technology Journal

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

Artikel Karya Tulis Ilmiah

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

PERBEDAAN TEKANAN DARAH ANTARA AKSEPTOR KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI DAN INJEKSI PROGESTIN SKRIPSI

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KORELASI KADAR HEMOGLOBIN BEBAS DAN F 2α -ISOPROSTAN PLASMA PACKED RED CELL SELAMA PENYIMPANAN DI BANK DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

PERBEDAAN RERATA KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA KANKER OVARIUM EPITELIAL DERAJAT DIFERENSIASI BAIK DENGAN SEDANG-BURUK

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi

HUBUNGAN USIA TERHADAP DERAJAT DIFERENSIASI KANKER PAYUDARA PADA WANITA LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ASISTENSI SKILLS LAB DENGAN NILAI OBJECTIVE STRUCTURED CLINICAL EXAMINATION (OSCE) DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Klinik dan Ilmu Penyakit Dalam. disetujuinya proposal sampai April 2016.

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PERBANDINGAN PENGUKURAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN PENGUKURAN SKINFOLD CALIPER DAN BIOELECTRICAL IMPEDANCE ANALYSIS (BIA)

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN NILAI ANATOMI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KEJADIAN SPOTTING DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DAN BEBAN KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

HUBUNGAN KAPASITAS MEMORI KERJA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KLECO I SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis.

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group

PERBEDAAN FRAGILITAS ERITROSIT ANTARA SUBYEK YANG JARANG DENGAN YANG SERING TERPAPAR SINAR MATAHARI

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu kebidanan

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. (agregasi) atau menempel pada benda asing (adhesi). Menghitung jumlah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross

Transkripsi:

PERBEDAAN JUMLAH TROMBOSIT CARA MANUAL PADA PEMBERIAN ANTIKOAGULAN EDTA KONVENSIONAL (PIPET MIKRO) DENGAN EDTA VACUTAINER ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran Disusun oleh : CHARLES KING WIJAYA G2A002044 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006

HALAMAN PENGESAHAN Telah diseminarkan di hadapan Dosen Penguji dan Dosen Pembimbing pada tanggal 25 Juli 2006 serta telah diperbaiki sesuai saran yang diberikan, Artikel Karya Tulis Ilmiah dari: Nama NIM Fakultas Universitas Tingkat Bagian Judul : Charles King Wijaya : G2A002044 : Kedokteran : Universitas Diponegoro Semarang : Program Pendidikan Sarjana : Patologi Klinik : Perbedaan Jumlah Trombosit Cara Manual pada Pemberian Antikoagulan EDTA Konvensional (Pipet Mikro) dengan EDTA Vacutainer Pembimbing : dr. Banundari Rachmawati, Sp.PK Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana. Semarang, 26 Juli 2006 Dosen Penguji Dosen Pembimbing dr. Pudjadi, SU dr. Banundari Rachmawati, Sp.PK NIP. 130 530 278 NIP. 131 803 124 Ketua Penguji dr. Ratna Damma Purnawati, M.Kes NIP. 131 916 037

THE DIFFERENCE OF MANUALLY PLATELET COUNT ON CONVENTIONAL EDTA (MICROPIPET) AND VACUTAINER EDTA ANTICOAGULANT ADDITION Charles King Wijaya*, Banundari Rachmawati** ABSTRACT Background : Pasteur pipets as generally used pipets on conventional EDTA addition certainly result in significant difference of platelet count than vacutainer EDTA. This is caused by the overdose of EDTA that spuriously increases the platelet count. One of the way in reducing the possibility in making mistake with still using the conventional EDTA is the use of pipets which drop volume correctly as needed. Micropipet is a solution. Objectives : To prove that there was no difference of platelet count on conventional EDTA (micropipet) and vacutainer EDTA addition. Method : This study was an observational analytic with cross sectional approach. Thirty seven samples from both kinds of EDTA with inclusion criterias that were unstatic blood sampling, rightly 3ml blood for conventional EDTA, no partly coagulated blood, and less than 2 hours of blood storage in room temperature. Computer programme was used for processing the data. Hypothesis test was pairedsamples t test. Result : The mean of platelet count on conventional EDTA (micropipet) was lower than vacutainer EDTA, that were 269594,59±29489,367/mm 3 and 273918,92± 29607,036/mm 3. Paired-samples t test resulted significant difference with p= 0.000. Conclusion : There was significant difference between platelet count on conventional EDTA (micropipet) and vacutainer EDTA addition. Keyword : EDTA, micropipet, vacutainer, platelet count * Student of Medical Faculty of Diponegoro University, Semarang ** Lecturer Staff of Clinical Pathology Department of Medical Faculty, Diponegoro University, Semarang

PENDAHULUAN Pemeriksaan hitung sel darah terutama trombosit merupakan pemeriksaan yang banyak diminta di klinik. Hal ini disebabkan oleh peranannya yang penting dalam upaya membantu menegakkan diagnosis, memberikan terapi, gambaran prognosis, dan follow up seorang penderita. 1,2,3 Laboratorium klinik sebagai penunjang diagnosis, dituntut untuk dapat memberikan hasil yang akurat atau memberikan hasil yang dapat mendeteksi kondisi sebenarnya penderita, karena dengan hasil yang didapat akan dapat ditegakkan diagnosis dan diberikan tindakan dan terapi terhadap pasien. 4 Rangkaian pemeriksaan laboratorium yang meliputi preanalitik, analitik, dan post analitik merupakan tahapan yang penting pada penentuan hasil yang terpercaya. Tahapan preanalitik pemeriksaan laboratorium yang diantaranya meliputi pengambilan spesimen dan penanganannya termasuk pemberian antikoagulan merupakan hal yang mutlak harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang baik. 3 Spesimen untuk pemeriksaan hitung jumlah trombosit paling baik diambil dari darah vena dengan pemberian antikoagulan EDTA agar tidak membeku. 5 Untuk pemeriksaan hematologi dipakai EDTA dengan takaran 1,50 ± 0,25 mg/ml darah. 5,6 Sampai saat ini Na 2 EDTA dalam bentuk serbuk (pada penelitian ini disebut EDTA konvensional) masih banyak digunakan di berbagai laboratorium dan untuk memudahkan pengukuran maka dibuat menjadi larutan 10%. Takaran optimum EDTA konvensional adalah 1,5 mg Na 2 EDTA/ml darah. 7 Pipet yang lazim digunakan adalah pipet Pasteur. Hal ini menyebabkan ada pemakaian sejumlah EDTA yang berlebih karena 1 tetes pipet Pasteur = 50 μl sedangkan untuk darah sebanyak 3 ml hanya dibutuhkan 4,5 mg serbuk EDTA atau 45 μl dalam bentuk larutan 10 %. Sementara itu cara pemipetan yang seharusnya tegak lurus dan dalam keadaan kosong masih sering diabaikan oleh petugas laboratorium serta ketepatan takaran EDTA dan volume darah sangat tergantung keterampilan dan ketelitian petugas laboratorium sehingga variasi hasil yang ditimbulkan akibat ketidaktepatan takaran EDTA dan volume darah sangat mungkin terjadi. 8 Kelebihan EDTA menyebabkan trombosit membengkak sehingga tampak adanya trombosit raksasa yang pada akhirnya mengalami fragmentasi membentuk fragmen-fragmen yang masih dalam rentang pengukuran trombosit oleh alat hitung sel otomatis sehingga dapat menyebabkan peningkatan palsu jumlah trombosit. 7

Fragmen-fragmen tersebut juga cukup besar untuk dihitung sebagai trombosit normal oleh pemeriksaan hitung jumlah trombosit cara manual. 5 Dengan demikian, ketepatan perbandingan pemberian takaran EDTA dengan volume darah harus dengan benar diperhatikan. 8 Dewasa ini tersedia tabung vacutainer yang sudah berisi antikoagulan di antaranya EDTA, 5 yang biasanya berupa K 3 EDTA yang mempunyai stabilitas yang lebih baik daripada garam EDTA yang lain karena mempunyai ph mendekati ph darah. 7 Namun demikian, saat ini tabung EDTA yang berisi larutan K 3 EDTA sudah tidak diproduksi lagi, penggunaannya digantikan oleh tabung EDTA yang berisi serbuk K 2 EDTA, yang mana merupakan jenis antikoagulan yang direkomendasikan oleh International Council for Standardization in Haematology. Penggunaan tabung vacutainer ini pada pengambilan darah vena tidak perlu menggunakan spuit dan kondisi vakum mengontrol jumlah darah yang masuk ke dalam tabung sampai volume tertentu sehingga perbandingan antara takaran antikoagulan dengan volume darah dapat dipertanggungjawabkan. 5 Walaupun demikian, pada penggunaan EDTA vacutainer juga dapat terjadi peningkatan palsu jumlah trombosit misalnya sebelum tabung vakum berhenti mengisap sudah dilakukan pencabutan jarum vacutainer sehingga perbandingan antara takaran antikoagulan dan volume darah sudah tidak tepat lagi. 7 Tabung vacutainer merupakan tabung yang direkomendasikan oleh National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS) untuk pemeriksaan hematologi karena mempunyai ketepatan perbandingan antikoagulan dan darah yang tepat dibandingkan cara konvensional, namun demikian memerlukan biaya yang lebih mahal. Dari segi ekonomi harga EDTA vacutainer per spesimen 4 kali harga EDTA konvensional per spesimen. 8 Nurrachmat (2005) mendapatkan perbedaan jumlah trombosit yang bermakna pada pemberian antikoagulan EDTA konvensional (pipet Pasteur) dengan EDTA vacutainer. 8 Salah satu cara mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dengan tetap mempertahankan penggunaan EDTA konvensional adalah dengan menggunakan pipet yang volume tetesannya tepat sesuai dengan takaran EDTA yang diperlukan. Pipet mikro adalah salah satu solusinya. Volume pipet mikro memakai satuan mikroliter dan tersedia dalam ukuran mulai dari 1 sampai 500 µl. 4 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah trombosit cara manual pada pemberian antikoagulan EDTA konvensional (pipet mikro) dengan EDTA vacutainer. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi laboratorium untuk mempertimbangkan pilihan terhadap jenis pipet

antikoagulan EDTA konvensional pada sampling untuk pemeriksaan jumlah trombosit dan bagi peneliti lain sebagai informasi untuk penelitian lanjutan. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan belah lintang. Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Jurusan Kedokteran Umum Angkatan 2002 yang bersedia ikut dalam penelitian ini dengan menandatangani inform consent. Besar sampel sebanyak 37 sampel dari masing-masing jenis EDTA (lengan kanan dan lengan kiri) dihitung berdasarkan rumus uji hipotesis terhadap rerata dua populasi dua kelompok berpasangan. Kriteria inklusi adalah pengambilan darah tidak stasis, darah harus 3 ml untuk tabung dengan EDTA konvensional, darah tidak membeku sebagian, dan lama penyimpanan dalam suhu kamar kurang dari 2 jam. Penelitian dikerjakan pada tanggal 19 April 2006 sampai 8 Mei 2006 di salah satu laboratorium swasta di Semarang. Probandus diambil darah venanya dari kedua lengan dimana lengan kanan dengan menggunakan spuit 3 cc kemudian darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi EDTA konvensional sebanyak 45 μl dengan menggunakan pipet mikro sedangkan lengan kiri dengan menggunakan jarum vacutainer yang selanjutnya dihubungkan dengan tabung vacutainer 3 cc yang sudah berisi EDTA vacutainer di dalamnya. Kondisi vakum akan mengontrol jumlah darah yang masuk ke dalam tabung sampai volume tertentu sehingga perbandingan antara takaran antikoagulan dengan volume darah dapat dipertanggungjawabkan. Kemudian kedua darah vena dilakukan penghitungan jumlah trombosit dengan cara manual metode Brecker Cronkite. Definisi operasional: 1. EDTA konvensional : Na 2 EDTA dalam bentuk serbuk. 2. EDTA vacutainer : K 2 EDTA dalam bentuk serbuk yang sudah tersedia di dalam tabung vacutainer. Data primer yang didapat ditabulasi dan dimasukkan sebagai data komputer. Berlaku sebagai variabel bebas adalah EDTA konvensional dan EDTA vacutainer sedangkan variabel tergantung adalah jumlah trombosit. Kemudian dilakukan uji hipotesis menggunakan program komputer dengan rincian: 1. Untuk menentukan distribusi data normal atau tidak dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk karena besar sampel kecil (n 50).

2. Karena didapatkan distribusi data normal maka uji hipotesis dilakukan dengan uji t berpasangan. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Deskripsi Jumlah Trombosit pada Pemberian EDTA Konvensional (Pipet Mikro) dan EDTA Vacutainer Jumlah Jumlah Rerata Simpang Terendah Tertinggi (/mm 3 ) Baku (/mm 3 ) (/mm 3 ) (/mm 3 ) Jumlah Trombosit 215000 330000 269594,59 29489,367 pada Pemberian EDTA Konvensional (Pipet Mikro) Jumlah Trombosit 217500 335000 273918,92 29607,036 pada Pemberian EDTA Vacutainer Pada tabel 1 dapat dilihat: jumlah trombosit pada pemberian EDTA konvensional (pipet mikro) jumlah terendah 215000/mm 3, jumlah tertinggi 330000/mm 3, rerata 269594,59/mm 3, dan simpang baku 29489,367/mm 3 ; sedangkan jumlah trombosit pada pemberian EDTA vacutainer jumlah terendah 217500/mm 3, jumlah tertinggi 335000/mm 3, rerata 273918,92/mm 3, dan simpang baku 29607,036/mm 3 ; dan nilai rerata jumlah trombosit pada pemberian EDTA konvensional (pipet mikro) lebih rendah dibandingkan dengan nilai rerata jumlah trombosit pada pemberian EDTA vacutainer. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk didapatkan distribusi data jumlah trombosit pada pemberian EDTA konvensional (pipet mikro) dan EDTA vacutainer adalah normal. Uji hipotesis dilakukan dengan uji t berpasangan, didapatkan hasil: t = -10.070, p = 0.000; hal ini berarti jumlah trombosit pada pemberian EDTA konvensional (pipet mikro) dan pada pemberian EDTA vacutainer terdapat perbedaan yang bermakna. PEMBAHASAN

Adanya perbedaan jumlah trombosit cara manual pada pemberian antikoagulan EDTA konvensional (pipet mikro) dengan EDTA vacutainer dimana nilai rerata jumlah trombosit EDTA konvensional (pipet mikro) lebih rendah dibandingkan vacutainer kemungkinan disebabkan oleh karena takaran EDTA konvensional yang kurang. Menurut teori, hasil rendah jumlah trombosit terjadi apabila darah yang ditampung lebih banyak dari yang seharusnya atau antikoagulan yang kurang sehingga menyebabkan darah membeku sehingga terbentuk mikrotrombi yang berakibat penurunan palsu jumlah trombosit. 1,8,9 Kelebihan darah seharusnya tidak mungkin terjadi oleh karena menggunakan spuit 3 cc. Jadi, hasil yang lebih rendah kemungkinan besar disebabkan oleh takaran EDTA yang kurang. Namun demikian, kemungkinan human error masih mungkin terjadi baik pada EDTA konvensional (pipet mikro) maupun EDTA vacutainer oleh karena penghitungan jumlah trombosit keduanya memakai cara manual, sehingga perlu kehati-hatian dalam melakukan interpretasi hasil. Dari data hasil pemeriksaan jumlah trombosit (lampiran 1) dapat dilihat bahwa dari 37 sampel yang diperiksa, semua hasil pemeriksaan jumlah trombosit pada pemberian EDTA konvensional (pipet mikro) lebih rendah dibandingkan EDTA vacutainer. Ada kecenderungan hasil pemeriksaan jumlah trombosit pada pemberian EDTA konvensional (pipet mikro) lebih rendah dibandingkan EDTA vacutainer. KESIMPULAN Terdapat perbedaan bermakna antara hasil pemeriksaan jumlah trombosit cara manual pada pemberian antikoagulan EDTA konvensional (pipet mikro) dengan EDTA vacutainer dimana nilai rerata jumlah trombosit EDTA konvensional (pipet mikro) lebih rendah dibandingkan EDTA vacutainer. SARAN Untuk pemeriksaan hitung jumlah trombosit dengan menggunakan cara manual sebaiknya dilakukan secara hati-hati untuk mencegah kesalahan interpretasi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkah dan rahmat-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik mungkin dan tepat pada waktunya; Papa, Mama, dan Kakak saya yang paling saya cintai, atas segala dorongan semangatnya; dr. Banundari

Rachmawati, Sp.PK selaku dosen pembimbing, atas bimbingan dan nasehatnya yang sangat berarti bagi peneliti; dr. Pudjadi, SU dan dr. Ratna Damma Purawati, M.Kes selaku penguji dan ketua penguji; dr. Purwanto AP, Sp.PK dan dr. Niken Puruhita, M.MedSc selaku konsultan statistik; dr. Harun Nurrachmat, Sp.PK atas ide, saran, dan buku-bukunya; Laboratorium Medis Sarana Medika Semarang beserta seluruh stafnya yang telah membantu terlaksananya penelitian ini; dan teman-teman yang telah bersedia menjadi probandus serta semua pihak yang telah turut membantu dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Wirawan R, Setiabudi R, Satyawirawan FS, Silman E, Loho T, Pitono I. Pemeriksaan laboratorium hematologi sederhana, 2 nd ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1996 : 3, 12. 2. Brown BA. Hematology : principles and procedures, 4 th ed. Philadelphia: Lea and Febiger, 1984 : 59. 3. Adipireno P. Sampling pada pemeriksaan darah dan mikroskopis urin. Di dalam: Adipireno P, Budiwiyono I, editor. Seminar pemeriksaan preparat darah tepi dan mikroskopis urin. Semarang: Ikatan Laboratorium Klinik Indonesia Jawa Tengah, 1995: 13. 4. Burtis CA, Ashwood ER, editors. Tietz fundamentals of clinical chemistry, 4 th ed. Philadelhia: W.B.Saunders Company, 1996: 2, 10. 5. Lewis SM, Bain BJ, Bates I, editors. Dacie and Lewis practical haematology, 9 th ed. London: Churchill Livingstone, 2002: 2, 5, 596. 6. Sutrisno B. Bahan pemeriksaan hematologi, cara memperoleh dan mempersiapkannya. Di dalam: Sutrisno B, Pradono AP, editor. Workshop diagnosa hematologi I. Semarang: Laboratorium Patologi Klinik FK UNDIP/RS Dr. Kariadi, 1987: 33. 7. Narayanan S. The preanalytic phase: an important component of laboratory medicine. Am J Clin Pathol 2000; 113: 429-52. 8. Nurrachmat H. Perbedaan jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit pada pemberian antikoagulan EDTA konvensional dengan EDTA vacutainer (tesis). Semarang: Bagian Patologi Klinik FK UNDIP, 2005; 1-3, 6-7, 33-34, 37. 9. Wirawan R. Pemantapan kualitas uji hematologik, 1 st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002: 9.