BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

BAB I PENDAHULUAN. (Afrika Selatan), D joma (Afrika Tengah), Kif (Aljazair), Liamba (Brazil) dan Napza

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEPATUHAN PENASUN DALAM MENGIKUTI PTRM DI RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK 2015

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

GAMBARAN DOSIS TERAPI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Narkoba kini mengintai setiap generasi muda laki laki dan wanita

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba dalam bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan

PENGARUH KONSELING TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS MANAHAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali, respon reaktif dan proaktif telah banyak bermunculan dari berbagai pihak, baik

Proposal Penelitian Operasional. Evaluasi dan Intervensi Pengobatan Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat merupakan hak azazi manusia yang harus di lindungi seperti yang tertuang dalam Deklarasi Perserikatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV/AIDS bagi pengguna

PERAN FAKTOR INTRINSIK DALAM KEIKUTSERTAAN PENGGUNA NARKOBA SUNTIK PADA PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB I PENDAHULUAN. laporan kinerja BNN pada tahun 2015 dimana terjadi peningkatan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

Putri Immi Rizky Budiyani 1, Renti Mahkota 2 ABSTRAK

Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS: Masa Lalu, Saat ini dan Masa Mendatang. Dr. Kemal N. Siregar, Sekretaris KPAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terus meningkat di negara ini. Berawal dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

Napza Suntik, HIV, & Harm Reduction

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

ESTIMASI ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI TAHUN 2007

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. Aqciured Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah orang yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

Penjangkauan dalam penggulangan AIDS di kelompok Penasun

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang. Timur yang teridentifikasi menjadi wilayah terkonsentret HIV dan AIDS selain Malang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

Implementasi Kebijakan dan Program AIDS pada Kelompok Pengguna Napza

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan

Mau sampai kapan saya metadon?: Memperkuat layanan program terapi rumatan metadon

PTRM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON PUSKESMAS BANGUNTAPAN II

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

Transkripsi:

Lampiran 4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia masih menjadi permasalahan nasional yang tidak kunjung tuntas bahkan semakin memprihatinkan dan mengancam generasi muda dari berbagai lapisan masyarakat tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun tingkat pendidikan. Penyalahgunaan narkoba menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan jasmani dan rohani seperti depresi mental, gangguan fungsi sampai kerusakan organ vital seperti otak, jantung, hati, paru-paru dan ginjal, serta dampak sosial termasuk putus sekolah, kuliah, kerja, hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang berkepanjangan (BNN RI, 2013). Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) tahun 2013, pengungkapan kasus narkoba dan barang bukti narkoba yang ditemukan cukup besar namun bila dibandingkan dengan narkoba yang beredar hal tersebut masih relatif rendah. Prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia pun cenderung meningkat yaitu di tahun 2008 sebesar 1,99%, tahun 2011 sebesar 2,32%, tahun 2013 sebesar 2,56% dan pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 2,80% atau setara dengan ± 5,1 5,6 juta jiwa dari populasi penduduk Indonesia. Salah satu jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan pada tahun 2013 adalah heroin. Heroin merupakan obat terlarang yang sangat keras dengan zat adiktif yang tinggi. Narkoba jenis ini sering digunakan dengan cara disuntik dan salah satu dampak dari penggunaan narkoba suntik ini adalah meningkatnya kejadian HIV/AIDS karena penggunaan jarum suntik bergantian.

Di dalam Laporan Triwulan III Direktorat Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan RI, Oktober 2014, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko pada kelompok Injecting Drug User (IDU) atau yang dikenal dengan istilah pengguna narkoba suntik (penasun) pada tahun 2013 menempati urutan kedua yaitu sebanyak 8.462 kasus. Provinsi Bali sebagai pulau wisata merupakan salah satu provinsi yang rentan terhadap penyalahgunaan narkoba jenis heroin dan penyebaran HIV/AIDS. Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali tahun 2009, estimasi jumlah penasun di Provinsi Bali pada tahun 2010 adalah 700 800 penasun dan data estimasi berdasarkan populasi kunci untuk penasun oleh Kementerian Kesehatan menyatakan estimasi jumlah penasun di Provinsi Bali pada tahun 2012 adalah 1.959 penasun. Sedangkan jumlah kumulatif kejadian HIV/AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Desember 2014 yang disebabkan oleh faktor resiko pada kelompok penasun berdasarkan data dari KPA Provinsi Bali adalah 819 kasus. Menurut sebaran populasi penasun di Provinsi Bali terdapat empat kabupaten yang memiliki jumlah penasun terbanyak, salah satunya adalah Kabupaten Badung. Data estimasi berdasarkan populasi kunci untuk penasun oleh Kementerian Kesehatan tahun 2012 menunjukkan estimasi jumlah penasun di Kabupaten Badung menempati urutan kedua setelah Kota Denpasar yaitu 428 penasun dan dari pemetaan yang dilakukan oleh KPA Provinsi Bali di wilayah Kabupaten Badung tahun 2011, kecamatan yang menjadi hotspot bagi para penasun adalah di Kecamatan Kuta, Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta Utara. Untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS dikalangan penasun perlu pengembangan dan perpaduan tiga pendekatan, yaitu pengurangan pemasokan (supply reduction), pengurangan permintaan (demand reduction) dan pengurangan

dampak buruk (harm reduction). Salah satu kegiatan pendekatan harm reduction adalah terapi substitusi dengan metadon dalam sediaan cair, dengan cara diminum. Hal tersebut dikenal sebagai Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). PTRM merupakan program jangka panjang dengan dosis individual, artinya setiap klien diberi dosis metadon sesuai tingkat keparahannya hingga sembuh, tidak disuntik tetapi diminum, dosisnya naik perlahan, stabil (optimal) dan turun perlahan serta diminum setiap hari (Kepmenkes, 2008). Pada Laporan Bulanan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah penasun yang mengikuti layanan metadon per Desember 2014 di Provinsi Bali adalah 125 penasun. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonersia Nomor : 494/MENKES/SK/VII/2006 tentang Penetapan Rumah Sakit dan Satelin Uji Coba Pelayanan Terapi Rumatan Metadon Serta Pedoman Program Terapi Rumatan Metadon, Puskesmas Kuta I menjadi salah satu satelit uji coba pelayanan terapi rumatan metado di Provinsi Bali. Puskesmas Kuta I dipilih menjadi salah satu satelit PTRM karena mudahnya akses bagi para klien yang kebanyakan bekerja dan bermukim di daerah Kuta sehingga mereka tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan layanan metadon. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2014) menyatakan bahwa sarana dan prasana layanan metadon di Puskesmas Kuta I hampir semua sudah sesuai dengan pedoman nasional. Di dalam Laporan Pemetaan dan Estimasi Langsung Penasun Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh KPA Kabupaten Badung, jumlah penasun di wilayah Kabupaten Badung adalah 173 penasun, namun berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah penasun yang mengikuti program terapi rumatan metadon di PTRM Kabupaten Badung hanya 27 penasun, dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih terdapat 146 penasun yang tidak mengikuti PTRM. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon, D.R. (2012) menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap berhubungan dengan kepatuhan berobat ke Klinik PTRM Puskesmas Tanjung Marowa Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui peran faktor intrinsik dalam keikutsertaan penasun pada PTRM di Kabupaten Badung. 1.2 Rumusan Masalah Puskesmas Kuta I dipilih menjadi salah satu satelit PTRM karena mudahnya akses bagi para klien yang kebanyakan bekerja dan bermukim di daerah Kuta sehingga mereka tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk mendapatkan layanan metadon. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Damanik (2014) menyatakan bahwa sarana dan prasana layanan metadon di Puskesmas Kuta I hampir semua sudah sesuai dengan pedoman nasional, namun berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah penasun yang mengikuti program terapi rumatan metadon di PTRM Kabupaten Badung hanya 27 penasun, yaitu 15,25% dari jumlah penasun di Kabupaten Badung berdasarkan Laporan Pemetaan dan Estimasi Langsung Penasun Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh KPA Kabupaten Badung. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah Bagaimana peran faktor intrinsik dalam keikutsertaan penasun pada Program Terapi Rumatan Metadon di Kabupaten Badung?.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umun penelitian ini adalah untuk mengetahui peran faktor intrinsik dalam keikutsertaan penasun pada Program Terapi Rumatan Metadon di Kabupaten Badung. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengetahuan penasun tentang program terapi rumatan metadon. 2. Untuk mengetahui sikap penasun terhadap program terapi rumatan metadon. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi instansi terkait dalam upaya mengambil langkah-langkah perbaikan pada Program Terapi Rumatan Metadon agar dapat menjangkau seluruh penasun. 1.5.2 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai peran faktor intrinsik dalam keikutsertaan penasun pada Program Terapi Rumatan Metadon. Selain itu diharapkan pada nantinya, penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya refrensi bagi mahasiswa lainnya dalam menyusun suatu penelitian.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada persepsi penasun tentang Program Terapi Rumatan Metadon di Kabupaten Badung. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji peran faktor intrinsik dalam keikutsertaan penasun pada Program Terapi Rumatan Metadon di Kabupaten Badung.