BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

PEMETAAN DAERAH POTENSI BANJIR DENGAN SEGMENTASI DATA DIGITAL ELEVATION MODEL. STUDI KASUS: DAS CILIWUNG DI DKI JAKARTA 2007

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

PENGENDALIAN BANJIR JAI(ARTA DENGAN SISTEM POLDER. oleh: Koensatwanto fnpasihardj o. Disampaikan pada: Worlishop Clean River Management

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

DAFTAR PUSTAKA. Setia Graha, Gneis : REKAYASA HIDROLOGI, Universitas Mercubuana, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.

RENCANA TATA RUANG DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus

POTENSI SUMBER DAYA ALAM, MANUSIA DAN SOSIAL BUDAYA JAKARTA

BAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM

BAB III METODOLOGI. topik permasalahan yang lebih fokus. Analisa kinerja sistem polder Pluit ini dibantu

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DATA KEJADIAN BANJIR BULAN FEBRUARI 2015 JUMLAH TERDAMPAK KETINGGIAN AIR

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

PENCAPAIAN KINERJA KEGIATAN TAHUN : 2008

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PIKIR YANG HARUS DI RUBAH. DJOKO SURYANTO Hp

Bab III Studi Kasus. Daerah Aliran Sungai Citarum

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 3. Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Lima Stasiun di Jakarta Tahun (Sumber: BMG Jakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENGULAS PENYEBAB BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA DARI SUDUT PANDANG GEOLOGI, GEOMORFOLOGI DAN MORFOMETRI SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter.

IMPIAN BERSAMA MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN WILAYAH TIMUR DAN UTARA DKI JAKARTA UNTUK MEMBERIKAN NILAI TAMBAH KEPADA PEMBANGUNAN DAN KESEJAHTERAAN

BANJIR JABODETABEK DITINJAU DARI ASPEK DAYA DUKUNG LAHAN WILAYAH

I. PENDAHULUAN. terjadi pada tahun 1979, 1996, 1999, 2002, 2007 (Kusumaputra, 2010).

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk lahan perumahan, industri sehingga terjadi. penyimpangan guna lahan yang mengakibatkan meluapnya aliran aliran

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU

Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan

KEADAAN UMUM DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG

Kata kunci: kota-besar pesisir, banjir, pengelolaan wilayah pesisir terpadu, Teluk Jakarta, Jakarta.

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

PENGEMBANGAN TERPADU PESISIR IBUKOTA NEGARA (PTPIN)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

REKAPITULASI KEJADIAN BANJIR BULAN JANUARI cm cm cm

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

DATA SURAT KETERANGAN DOMISILI SEMENTARA TAHUN 2014

DATA JUMLAH KEPALA KELUARGA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014

DATA KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2014

NAMA WAJIB KTP WAJIB KTP TAHUN NAMA PROVINSI NAMA KECAMATAN NAMA KELURAHAN KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN

DATA PENDUDUK PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN WAJIB KTP TAHUN 2014

Drainase P e r kotaa n

DATA JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA TAHUN 2014

PETA KAWASAN GENANGAN AIR / BANJIR TINGKAT KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA FEBUARI TAHUN 2007

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 21-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1.

REKAPITULASI KINERJA HARIAN 22-Sep-16 NO Lokasi Nilai Freq. Kepuasan (%) Koefisien Nilai Akhir 1 Kelurahan Palmerah ,0 1.

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A

PENGARUH KENAIKAN MUKA LAUT DAN GELOMBANG PASANG PADA BANJIR JAKARTA

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3069/ 2003 TENTANG

0 BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BUKU XI KODE DAN DATA WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PROVINSI DKI JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA

Peran Tanah Terhadap Evaluasi Banjir ( Studi Kasus Banjir di DKI Jakarta ) Oleh : Bhian Rangga FKIP Geografi UNS

HASIL PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DI TINGKAT KELURAHAN SE PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 PUTARAN KEDUA

PRESENTASI PEMBANGUNAN BANJIR KANAL TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jl. Raya Kodam Bintaro No. 82 Tangerang Selatan Telp : (021)

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KISI KISI PTS GASAL PLKJ KELAS 9 BANJIR & KEBAKARAN. Kelas 9. Bab 1. Penyebab terjadinya banjir:

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

Transkripsi:

BAB 3 METODE PEMETAAN DAERAH BANJIR Metode pemetaan daerah banjir dilakukan dengan menggunakan DEM (Digital Elevation Model) wilayah DKI Jakarta yang merupakan hasil dari pengolahan data kontur DKI Jakarta tahun 2006 dan data satelit Landsat 7 sebagai data pendukung. 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan oleh diagram alur pada Gambar 3.1 berikut. (a) Pengumpulan Data (b) Segmentasi DEM (c) Pemrosesan Landsat (d) Registrasi Data (e) Data Cropping (f) Analisis Data (g) Peta Potensi Banjir Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Pada Gambar 3.1, data yang dikumpulkan pada langkah (a) adalah data DEM sebagai data utama dan citra Landsat 7 sebagai data pendukung. Data DEM kemudian disegmentasi pada langkah (b) dengan metode segmentasi watershed untuk mendapatkan prediksi potensi banjir. Data Landsat 7 diproses pada langkah (c) dengan menggunakan band-1, -2, dan -3 untuk mendapatkan citra true color dan band-1, -4, dan -5 untuk mendapatkan citra termal dari wilayah Jakarta.

16 Setelah mendapatkan hasil segmentasi DEM dan citra komposit dari Landsat 7, kedua data diregistrasi pada langkah (d) agar posisi koordinatnya bersesuaian sehingga memudahkan pemrosesan lebih lanjut. Data yang telah teregistrasi kemudian dicropping pada langkah (e) untuk menentukan area of interest (daerah pengamatan) sebelum melakukan analisis pada langkah (f). Keluaran yang diharapkan dari proses ini adalah informasi mengenai potensi banjir di sepanjang DAS Ciliwung yang berada di wilayah DKI Jakarta. Legenda: < 4 0 6 0 8 0 14 0 20 0 4 0 6 0 8 0 14 0 > 20 0 Gambar 3.2 Peta Kemiringan Lahan DKI Jakarta [3] 3.2. Topografi Wilayah DKI Jakarta Kemiringan tanah DKI Jakarta relatif homogen dengan nilai kemiringan kurang dari 2 0, akan tetapi di beberapa tempat terdapat wilayah-wilayah yang memiliki kemiringan dari ±4 o hingga lebih dari ±20 o. Wilayah-wilayah yang memiliki kemiringan lebih dari 2 0 tersebut pada bagian selatan DKI Jakarta dan pada umumnya terletak pada tanggul-tanggul sungai. Kemiringan wilayah DKI

17 Jakarta juga dapat dilihat dari aliran-aliran sungai yang melaluinya yang banyak memiliki kelokan-kelokan (meander) yang menandakan bahwa daerah tersebut adalah daerah yang datar. Peta kemiringan lahan di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2. Berdasarkan legenda, secara umum terlihat daerah dengan kemiringan kurang dari 6 0 terletak pada sebagian besar wilayah, dengan grid A1, B1, C1, D1, E1, A2, B2, C2, D2, E2 homogen. Sedangkan daerah dengan kemiringan lebih dari 20 0 terletak pada grid B4, C4, D4, B5, C5, D5. 3.3. Pola Aliran Air di Wilayah DKI Jakarta Sebanyak 14 aliran sungai di DKI Jakarta membentuk pola aliran dendritik (menjari). Nama sungai-sungai tersebut adalah: 1. Kali Kamal 2. Kali Tanjungan 3. Kali Angke 4. Kali Pesanggrahan 5. Kali Grogol 6. Kali Krukut 7. Kali Cideng 8. Kali Cipinang 9. Kali Sunter 10. Kali Buaran 11. Kali Jatikramat 12. Kali Cakung 13. Kali Cakung Timur 14. Kali Ciliwung Diantara sungai-sungai yang mengalir di DKI Jakarta, Ciliwung adalah yang terbesar. DAS Ciliwung memiliki hulu di Gunung Gede Pangrango dengan ketinggian lebih kurang 1.500 mdpl(di atas permukaan laut) dan bermuara di Teluk Jakarta. Di wilayah DKI Jakarta, sungai Ciliwung menerima aliran dari Kali Krukut yang berasal dari suatu danau berketinggian lebih kurang 90 mdpl yang terdapat di selatan Kota Depok. Kali Krukut sendiri juga mempunyai anak sungai

18 yakni Kali Cideng yang mengalir antara Kali Ciliwung dan Kali Krukut kemudian mencurahkan airnya pada suatu lembah besar yang dahulu disebut Rawa Menteng. Daerah Aliran Sungai Ciliwung dan Cisadane yang melewati pusat kota Jakarta dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga sub-wilayah, yaitu: - sub-wilayah sungai Cisadane Cidurian di bagian barat, - sub-wilayah sungai Ciliwung dan sekitarnya di bagian tengah, dan - sub-wilayah sungai Bekasi Cibeet di bagian timur Di wilayah kota yang terletak di bagian utara, terdapat dua kanal pengendali banjir, yaitu Banjir Kanal Barat yang sudah beroperasi, dan Banjir Kanal Timur yang sedang dalam pembangunan. Kanal kanal ini akan menampung dan mengalirkan debit air sungai dan hujan yang berasal dari wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Gambar 3.3 Skema Drainase DKI Jakarta[7]

19 Pada Gambar 3.3, hujan yang jatuh di wilayah DKI pada daerah yang cukup tinggi akan ditampung oleh saluran-saluran drainase kwarter untuk kemudian secara bertahap dan berturut-turut mengalir ke saluran saluran drainase tersier (tertiary drains), lalu ke saluran saluran drainase sekunder (secondary drains), dan kemudian ke saluran drainase primer (main drains). Saluran drainasi primer membuang beban debitnya ke salah satu dari dua banjir kanal tersebut, atau langsung mengalirkannya ke laut. Untuk hujan yang jatuh di wilayah DKI Jakarta yang memiliki topografi rendah, pembuangan air dilakukan dengan sistem polder, yaitu dengan waduk dan pompa. Masing masing waduk memiliki sistem drainasenya sendiri sendiri, yang terdiri dari saluran drainase primer, sistem saluran sekunder yang bermuara di saluran drainase primer, sistem saluran drainase tersier yang bermuara di sistem saluran drainase sekunder, dan sistem saluran drainase kwarter yang bermuara di sistem saluran drainase tersier. Sistem saluran drainase primer mengalirkan seluruh debit air dari daerah tangkapan waduk ke dalam waduk. Dengan pompa air, air yang tertampung di dalam waduk dibuang ke laut atau ke sungai sungai yang terdekat. Dalam operasinya, sistem polder ini selain dilengkapi dengan pompa juga dilengkapi dengan pintu pintu air. 3.4. Sebaran Banjir di Sepanjang DAS Ciliwung Sistem tata kelola air di wilayah DKI Jakarta saat ini sudah tidak memadai lagi dalam mengendalikan banjir, hal ini dibuktikan dengan berulangnya peristiwa banjir di beberapa wilayah dalam kurun waktu yang singkat. Untuk mengatasi hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu peta prediksi daerah potensi banjir berdasarkan data banjir tahun 2007. Sebaran banjir di sekitar DAS Ciliwung terdapat di bagian timur Kotamadya Jakarta Selatan, Kotamadya Jakarta Pusat, dan Kotamadya Jakarta Utara sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.4, Gambar 3.5, dan Gambar 3.6. Gambar 3.4 menunjukkan lokasi banjir di Kotamadya Jakarta Selatan sepanjang DAS Ciliwung ditunjukkan oleh kawasan yang berada di dalam tanda kotak, yaitu nomor 12 (Bukit Duri), dan nomor 13 (Kalibata).

20 Gambar 3.4 Daerah banjir Jakarta Selatan tahun 2007[7] Gambar 3.5 Daerah Banjir Jakarta Pusat tahun 2007[7]

21 Gambar 3.5 menunjukkan lokasi banjir di Kotamadya Jakarta Pusat yang berada di atau dipengaruhi oleh DAS Kali Ciliwung, yaitu Matraman Dalam seluas 4 hektar, Kwitang/Menteng/Senen seluas 6 hektar, Kebon Kacang seluas 8 hektar, Tanah Abang seluas 7 hektar, Gunung Sahari seluas 3 hektar dan Mangga Besar seluas 5 hektar. DAS Ciliwung Gambar 3.6 Daerah Banjir Jakarta Utara tahun 2007[7] Daerah banjir di Kotamadya Jakarta Utara yang berada di atau dipengaruhi oleh DAS Kali Ciliwung ditunjukkan oleh Gambar 3.6, yaitu Pademangan seluas 1,5 hektar, Kapuk seluas 10 hektar, Pluit seluas 5 hektar, dan Kamal seluas 1,5 hektar. 3.5. Pengendalian Banjir di Wilayah DAS Kali Ciliwung Untuk menjaga wilayah DKI Jakarta agar tidak terkena banjir, maka Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta (DPU DKI) mengoperasikan sistem drainase dan pengendali banjir yang perangkatnya tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. Komponen utama dari sistem drainase dan pengendalian banjir adalah instalasi pintu air yang berfungsi mengatur aliran sungai yang melewati wilayah Jakarta, instalasi pompa air yang befungsi memindahkan deposit air yang berlebih pada

22 satu wilayah ke saluran drainase utama, dan situ atau danau yang berfungsi sebagai daerah tangkapan air. Gambar 3.7 Sistem Pengendalian Air di DAS Kali Ciliwung[7] Pada Kali Ciliwung, instalasi pengendalian banjir terdapat di Pos Pengukuran di Bendungan Katulampa, Pos Pengukuran Depok, Pintu Air

23 Manggarai, Pintu Air Karet, Pintu Air Kapitol, Pintu Air Jembatan Merah, Pintu Air Pekapuran, Pintu Air Tangki, dan Pos Pengukuran Waduk Pluit. Sistem pengendalian banjir di DAS Kali Ciliwung yang melintasi wilayah DKI Jakarta ditunjukkan pada Gambar 3.7. Pada Gambar 3.7, titik awal pengendalian banjir pada DAS Kali Ciliwung yang melintasi DKI Jakarta dimulai di Bendungan Katulampa, walaupun disebut sebagai bendungan, instalasi ini bukan berfungsi sebagai dam seperti Bendungan Cirata, Saguling dan sebagainya, tetapi fungsinya hanya sebagai Peil Schaal atau Pos Pengukuran ketinggian permukaan air sungai Ciliwung [7]. Pada titik ini, parameter Kali Ciliwung berupa debit (Q) mulai diamati, dengan kondisi yang ada sebesar 160 260 m 3 /det (QR), yang direncanakan akan diperbesar lagi menjadi 370 m 3 /det (QE). Sebelum mencapai Instalasi Pengendali Banjir di Pintu Air Manggarai, Kali Ciliwung terlebih dahulu melewati Pos Pengukuran kedua yang terletak di Depok. Dari Pintu Air Manggarai, Kali Ciliwung dibagi menjadi dua aliran, dimana sebagian besar airnya dialirkan menuju Banjir Kanal Barat, sedangkan sisanya dialirkan menuju Kali Ciliwung yang selanjutnya di Pintu Air Kapitol di dekat Masjid Istiqlal dibagi lagi menjadi dua, yaitu melalui Kali Ciliwung yang melewati sepanjang Jalan Gunung Sahari, dan Kali Ciliwung yang melewati sepanjang Jalan Hayam Wuruk / Jalan Gajah Mada. Aliran yang melalui Banjir Kanal (Barat) dikendalikan oleh instalasi Pintu Air Karet sebelum dialirkan lengsung menuju laut. Aliran yang melalui Kali Ciliwung sepanjang Jalan Gunung Sahari di Pintu Air Jembatan Merah di Mangga Besar sebagian dipecah melalui Anak Kali Ciliwung menuju Kali Ciliwung yang melalui Jalan Hayam Wuruk/Gajah Mada dan sisanya menuju Pintu Air Pekapuran, Ancol sebelum menuju laut. Pertemuan Anak Kali Ciliwung dengan Kali Ciliwung yang melalui Jalan Hayam Wuruk/Gajah Mada dikendalikan oleh Pintu Air Tangki di daerah Jayakarta sebelum ditampung di Waduk Pluit dan dilepaskan ke laut. Pada saluran Banjir Kanal, instalasi pengendalian banjirnya didukung oleh beberapa instalasi sekunder, yaitu Instalasi Pompa Cideng (P.1) dan Pintu Air Kali Cideng (PA.2 dan PA.4). Instalasi ini berfungsi mengendalikan aliran air Banjir Kanal dari Pintu Air Manggarai (PA.3). Instalasi pengendalian banjir yang

24 ditunjukkan pada Gambar 3.8 mengendalikan banjir yang berpotensi terjadi di instalasi vital milik negara yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat (1), serta kawasan bisnis Sudirman-Thamrin dan Tanah Abang (2). Pada wilayah ini, bila banjir sudah tidak mungkin dihindari, maka ketinggian permukaan air dipertahankan pada batas 60 cm[7]. 1 2 PA Karet Gambar 3.8 Instalasi pengendalian banjir di Banjir Kanal Barat [7]