BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daya (manpower, material, machines, money, method), serta membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 2, Juli 2012 ISSN ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II DASAR TEORI. Kata manajemen merupakan pengindonesiaan dari kata management yang

Sistem Manajemen. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. dr. Karta Sadana, MS, SpOk

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BADUNG)

Peralatan Perlindungan Pekerja

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN AJAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Oleh: Irwan Ridwan, S.Kom SMK Negeri Manonjaya Tasikmalaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai identifikasi faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja dan penerapan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi. (

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

PT MEIWA KOGYO INDONESIA.Slogan Safety First.KARAWANG: 15 JUNI 2016

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK DI KOTA BITUNG (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN PABRIK MINYAK PT.MNS)

10 Universitas Indonesia

JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. OLEH: Hendra Wahyu NIM

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. atas pekerjaan yang mereka lakukan. Bahkan mereka diperjualbelikan

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari

K3 Konstruksi Bangunan

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

BAB II LANDASAN TEORI. yang datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut karena setiap perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

CONTRACTOR SAFETY MANAGEMENT SYSTEM (CSMS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI RESPON TENAGA KERJA TERHADAP PENERAPAN K3 PADA BEBERAPA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN DAN SEKITARNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber Daya Manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Sistem Manajemen K3

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

Personal Protective Equipments (PPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

PERENCANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) DI PPNS-ITS (BERDASARKAN PERMENAKER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K-3 ) BIDANG KONSTRUKSI. Gatot Nursetyo. Abstrak

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, material, dan peralatan (Gould, 2002). Proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam pembangunan proyek konstruksi melibatkan banyak pihak baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung, mulai dari owner, konsultan, dan kontraktor. 2.2 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang tidak bisa dihindari dalam bekerja dan merugikan tenaga kerja maupun perusahaan. Kecelakaan kerja yakni peristiwa yang tidak diinginkan/diharapkan, tidak diduga, tidak disengaja terjadi dalam hubungan kerja, umummnya diakibatkan oleh berbagai faktor dan meliputi juga peristiwa kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja serta penyemaran pada lingkungan kerja (A.M. Budiono, Sugeng, 2007). Kerugian yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja terhadap tenaga kerja berupa sakit, trauma, serta rasa takut. Sementara kerugian terhadap perusahaan berupa menurunnya kualitas dan kuantitas kerja dan produksi kerja/ waktu kerja. 6

7 2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu faktor yang paling penting dalam menunjang tercapainya tujuan suatu proyek. Keselamatan dan Kesehatan Kerja hanya bisa berjalan apabila adanya kerja sejumlah pihak yang terkait secara langsung dalam proyek konstruksi mulai dari owner, kontraktor maupun perkerja lapangan (tenaga kerja ahli maupun tenaga kerja non ahli). 2.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008). 2.5 Peralatan Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peralatan standar keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi sangatlah penting dan wajib digunakan untuk melindungi seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang mungkin terjadi dalam proses konstruksi. Mengingat pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja maka semua perusahaan kontraktor

8 berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja (Ervianto, 2005). Perlengkapan dan peralatan penunjang program K3, meliputi : 1. Promosi program K3, yang terdiri dari : a) Pemasangan bendera K3, bendera RI dan bendera perusahaan. b) Pemasangan sign-board K3 yang berisi antara lain slogan-slogan yang mengingatkan perlunya bekerja dengan selamat. 2. Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan diri (personal protective equipment) (Ariestadi, 2008), diantaranya : a) Pakaian Kerja Pemakaian pakaian kerja berfungsi untuk melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh dari luar yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. b) Sepatu Kerja Sepatu kerja (safety shoes) harus memiliki bagian muka yang cukup keras, supaya dapat memberikan perlindungan terhadap kaki agar bisa bebas bergerak tanpa terluka oleh benda-benda tajam dan keras.

9 c) Kacamata Kerja Kacamata kerja merupakan kacamata pengaman yang digunakan untuk melindungi mata dari partikel-partikel debu yang berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat/kasat mata. d) Penutup Telinga Penutup telinga digunakan untuk melindungi telinga dari bunyibunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. e) Sarung Tangan Penggunaan sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan pekerjaan. f) Helm Helm (helmet) sangat penting digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas. Helm ini harus digunakan 10 dengan benar sesuai dengan peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya. g) Masker Masker digunakan sebagai pelindung bagi pernafasan. h) Jas Hujan Fungsi utama jas hujan adalah melindungi pekerja dari gangguan cuaca terutama hujan, sehingga para pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya.

10 i) Sabuk Pengaman Fungsi utama tali/sabuk pengaman (safety belt) adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan. j) Tangga Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan dan penempatan tangga untuk mencapai ketinggian tertentu harus disesuaikan dalam posisi aman. k) P3K P3K sangat diperlukan untuk memberikan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja. Adapun jenis dan jumlah obatobatan disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Alat perlindungan diri dapat berfungsi secara efektif apabila syarat-syarat dasar diperhatikan dengan baik (Ridley, 2008). Syarat-syarat tersebut antara lain : 1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi. 2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut. 3. Memiliki konstruksi yang sangat kuat. 4. Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya.

11 2.6 Kerugian Apabila Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tidak Dikelola dengan Baik Pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan aspek yang sangat penting dalam menjamin kelancaran proyek dan meminimalisasi kecelakaan kerja. Pengelolaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara tidak baik akan menimbulkan sejumlah kerugian untuk perusahaan (Husen, 2008). Adapun kerugian-kerugian tersebut adalah : 1. Rusaknya harta benda baik yang nyata ataupun tidak. 2. Berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk konstruksi yang dihasilkan karena banyak terjadi kecelakaan kerja. 3. Profesionalitas perusahaan diragukan akibat banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi. 4. Perusahaan asuransi akan menarik diri dari penjaminnya, jika tidak premi akan dinaikkan. 5. Pengeluaran biaya atas kecelakaan yang terjadi. 6. Orang yang mengalami kecelakaan kerja tersebut akan mengalami trauma. 7. Kehilangan penghasilan. 8. Mengalami cacat tubuh. 9. Kehilangan rasa percaya diri.

12 2.7 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Tenaga Kerja Seluruh pekerja pada proyek konstruksi perlu diberikan pelatihan mengenai program dan pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pelatihan program K3 yang terdiri dari atas 2 bagian (Ariestadi, 2008), yaitu : 1. Pelatihan secara umum, dengan materi pelatihan tentang panduan K3 di proyek, misalnya : a. Pedoman praktis pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek bangunan gedung. b. Penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan material. c. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pekerjaan finishing. d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam pekerjaan mekanikal dan elektrikal. 2. Pelatihan khusus proyek yang diberikan pada saat awal proyek dan di tengah periode pelaksanaan proyek sebagai penyegaran, dengan peserta seluruh petugas yang terkait dalam pengawasan proyek, dengan materi tentang pengetahuan umum tentang K3 atau safety plan proyek yang bersangkutan. Tujuan dari pelatihan tersebut adalah : 1) Menegaskan kembali aturan keselamatan kerja. 2) Menyampaikan kemungkinan bahaya yang akan ditemui ditempat kerja dan cara menghindarinya. 3) Memberitahukan alat-alat perlindungan diri dan cara penggunaannya. 4) Mengetahui cara memakai dan memelihara alat perlindungan diri.

13 5) Memberitahukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi kecelakaan. 2.8 Pengertian OHSAS 18001 OHSAS secara harafiah singkatan dari Occupational Health and Safety Assessment System. OHSAS adalah sertifikasi untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berstandar internasional. OHSAS 18001 ini tidak diterbitkan oleh Lembaga Standarisasi Dunia (ISO), tapi oleh British Standards Institute (BSI) melalui kesepakatan badan-badan sertifikasi yang ada di beberapa Negara, yaitu kerja sama organisasi-organisasi dunia, antara lain: 1. National Standards Authority of Ireland 2. South African Bureau of Standards 3. Japanese Standards Association 4. British Standards Institution 5. Bureaus Veritas Quality Assurance 6. Det Norske Veritas 7. Lyoyds Register Quality Assurance 8. National Quality Assurance 9. SFS Certification 10. SGS Yarsley International Certification Services 11. Association Espanola de Normalizationy Certification 12. International Safety Management Organization Ltd

14 13. SIRIM QAS Sdn Bdn 14. International Certification Services 15. The High Pressure Gas Safety Institute of Japan 16. The Engineering Employers Federation 17. Singapore Producitivity and Standards Board 18. Instituto Mexicano de Normalizationy Certification OHSAS 18001 ini juga memiliki struktur yang mirip dengan ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan). Dengan demikian OHSAS lebih mudah diintegrasikan dengan ISO 9000 (Sistem Manajemen Mutu). OHSAS 18001 merupakan persyaratan penilaian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini menyatakan persyaratan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), agar organisasi mampu mengendalikan dan memudahakan pengelolaan resiko-resiko K3 yang terkait dengan struktur organisasi, perencanaan kerja, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses, tinjauan dan pemeliharaan kebijakan K3 organisasi dan meningkatkan kinerjanya. Secara fisik persyaratan ini tidak menyatakan kriteria kinerja, ataupun memberikan persyaratan secara lengkap dan merancang sistem manajemen. OHSAS 18001 ini sesuai untuk berbagai organisasi yang berkeinginan untuk: 1. Membuat sebuah Sistem Manajemen K3 yang berguna untuk mengurangi atau menghilangkan tingkat resiko yang menimpa karyawan/pihak terkait yang terkena dampak aktivitas organisasi.

15 2. Menerapkan, memelihara dan melakukan perbaikan berkelanjutan sebuah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). 3. Melakukan sertifikasi untuk melakukan penilaian sendiri. Elemen-elemen kunci pada OHSAS 18001 memiliki sub-sub elemen yang terdiri atas : 1. Persyaratan Umum 2. Kebijakan K3 3. Perencanaan 4. Operasional dan Implementasi 5. Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi 6. Tinjauan Manajemen OHSAS 18001:1999 memiliki komponen/elemen-elemen yang sama dengan SMK3 yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: PER.05/MEN/ 1996. Komponen tersebut meliputi komitmen dan kebijakan, perencanaan, penerapan, pengukuran dan evaluasi serta tinjauan oleh pihak manajemen.