KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

dokumen-dokumen yang mirip
SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

Kajian Pakaian penghulu Minangkabau

Pola Frieze pada Batik Papua

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

POLA FRIEZE PADA BATIK PAPUA

Arsitektur Dayak Kenyah

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

MASA BERCOCOK TANAM DAN DAN BERTERNAK a. Kehidupan sosial-ekonomi Manusia Purba pada Masa Bercocok Tanam Kehidupan manusia senantiasa mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

Kerajinan Fungsi Hias

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

bagi proses penciptaan suatu hasil karya seni.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki

Nama jenis produk kerajinan tekstil beserta gambar dan komentarnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari budaya karena

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

: Perkembangbiakan Hewan dan Tumbuhan Sub tema 1 : Perkembangbiakan dan Daur Hidup Hewan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GOTONG ROYONG DARI PERSPEKTIF BUDAYA SUKU DAYAK DAN SUKU ASMAT: REFLEKSI MULTIKULTURAL DALAM NOVEL ETNOGRAFIS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan data-data hasil penelitian dan pembahasan, sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepariwisataan diperkirakan mengalami perkembangan dan mempunyai

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

tumbuhan di sekitar pelajaran 8

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

NILAI PENTING PENGELOLAAN KOLEKSI DI UPTD MUSEUM NEGERI PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Kajian Batik Tulis Riau

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

Transkripsi:

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT Oleh Hernis Novayanti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Univeristas Telkom. Abstrak Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah, sebuah upacara dilakukan dengan adanya pemotongan kepala manusia dan kanibalisme untuk menenangkan arwah nenek moyang. Untuk menghormati arwah nenek moyang, mereka membuat patung-patung yang menyerupai arwah nenek moyang tersebut, khususnya yang datang dalam mimpi. Lambat laun, kepercayaan ini menjadi tradisi mengukir dan memahat patung kayu. Dalam penelitian ini dikaji banyak kerajinan ukiran kayu yang dipalsukan dan dijual murah yang mengakibatkan kerugian terhadap sebagian besar pengrajin ukiran kayu asli di Asmat. Padahal ukiran yang asli tidak dibuat sembarangan, karena mengandung makna dan filosofi tersendiri. Menurut para ahli yang meneliti berbagai ukiran kayu, ragam hias khas Asmat ini memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri karena mereka tidak memproduksi ukiran dengan motif yang sama satu sama lain. Dengan dasar pengetahuan tersebut, penelitian ini berupaya memaparkan kembali keunikan ukiran suku Asmat, khususnya makna dan filosofinya. Untuk tujuan tersebut, dalam penelitian ini menggunakan studi literatur dan studi pustaka serta wawancara mengenai kebudayaan Asmat. Hasil identifikasi karakteristik ukiran kayu Asmat menunjukkan bahwa sebagai warisan budaya, ukiran kayu Asmat merupakan perwujudan nilai-nilai kebudayaan lokal yang melahirkan ragam hias yang unik dan istimewa. Bentuk dan motif ukiran kayu Asmat bersifat naturalis dan penuh dengan inspirasi yang mereka dapatkan dari lingkungan tempat tinggal mereka dan kehidupan sehari-hari. Kata kunci : ukiran, kebudayaan Asmat, ragam hias 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain.suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai, perkotaan bahkan di pedalaman. Salah satu diantaranya Suku Asmat. Suku Asmat adalah nama dari sebuah suku terbesar dan paling terkenal diantara sekian banyak suku di Papua,Irian Jaya,Indonesia. Sejak tahun 1700-an, suku

asmat di papua telah dikenal dunia dengan keterampilan mengukirnya. Kesenian mengukir di asmat merupakan simbol dari kepercayaan terhadap arwah nenek moyang dalam bentuk patung serta ukiran. Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah, sebuah upacara dilakukan dengan adanya pemotongan kepala manusia dan kanibalisme untuk menenangkan arwah nenek moyang. Untuk menghormati arwah nenek moyang, mereka membuat patung-patung yang menyerupai arwah nenek moyang tersebut, khususnya yang datang dalam mimpi. Lambat laun, kepercayaan ini menjadi tradisi mengukir dan memahat patung kayu. Pada mulanya, patung-patung dibuat secara kasar dan setelah digunakan dalam upacara agama tertentu lalu ditinggalkan di dalam rawa. Ini sebagai wujud para arwah yang tinggal untuk menjaga hutan sagu dan pohon palem yang merupakan sumber makanan utama masyarakat Asmat. Tetapi ukiran-ukiran kayu suku Asmat sangat menarik karena motifnya yang beragam dengan tingkat kerumitan yang tinggi dilihat dari alat-alat yang digunakan untuk mengukir serta sarat dengan makna budaya. Sejak krisis ekonomi terjadi mulai 1997 hingga saat ini, nyaris tidak ada lagi turis asing yang masuk ke Asmat untuk mencari berbagai ukiran masyarakat. Dikarenakan oleh meningkatnya harga ukiran asmat yang dipengaruhi oleh naiknya harga transportasi untuk masuk ke wilayah Asmat. Ini menyebabkan produk ukiran dan patung Asmat banyak yang tidak dapat diperdagangkan. Akibatnya masyarakat lokal, turis, pengumpul, dan kolektor ukiran Asmat lebih memilih untuk membeli ukiran yang palsu dibanding ukiran yang asli, karena harga ukiran kayu yang asli jauh lebih mahal dibanding dengan ukiran kayu yang palsu. Tentunya dalam hal ini masyarakat Asmat telah dirugikan baik dari sisi bisnis maupun kekayaan hak intelektual. Karena para pengrajin di Asmat tidak tahu bagaimana proses mendapatkan hak atas kekayaan intelektual (HaKI) atas keterampilan itu. Sehingga karya mereka dapat dengan mudah ditiru padahal ukiran yang mereka buat tidak dibuat dengan sembarangan karena ukiran tersebut memiliki makna dan nilai filosofi tersendiri. 1.2 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan metode gabungan yaitu kualitatif dan kuantitatif.

1. Metode kualitatif yaitu dengan: a. Studi literatur terhadap berbagai buku, tesis, disertasi, jurnal, makalah, artikel koran, majalah dan media lainnya untuk mendapatkan data tentang kerajinan ukiran kayu Suku Asmat b. Wawancara kepada pakar ukiran kayu untuk mendapatkan data tentang kerajinan ukiran kayu Suku Asmat lebih lengkap dan jelas. 2. Metode kuantiatif yaitu dengan melakukan penyebaran angket kepada teman-teman dengan media digital atau jejaring sosial dan selembaran untuk mendapatkan data tentang sejauh mana kerajinan ukiran kayu Suku Asmat dikenal oleh masyarakat. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Definisi Ukiran Kayu Asmat Berdasarkan dari BPS Provinsi Papua karya ukir kayu khas suku Asmat adalah salah satu kekayaan budaya nasional yang sudah memiliki nama bagi para turis asing. Karakteristik ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis. Dari pola-pola itu terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir mereka bernilai tinggi dan cukup banyak diminati para turis asing. Seni ukir Asmat termasuk aliran naturalis karena yang menjadi model ukiran adalah mahluk hidup seperti burung, ikan, katak, pohon, biawak atau manusia yang diwujudkan dalam ukiran patung kayu mereka. Yang paling istimewa dan unik adalah bahwa setiap karya ukir tidak memiliki kesamaan atau duplikatnya karena mereka tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam skala besar. Jadi, kalau kita memiliki satu ukiran dari Asmat dengan pola tertentu, itu adalah satu-satunya yang ada karena orang Asmat tidak membuat pola sama dalam ukirannya. Misalnya bentuk perisai atau panel, tetapi soal pola pasti akan berbeda. Ada beberapa unsur dalam ukiran kayu Asmat yaitu : a) Kepercayaan terhadap roh leluhur

Suku Asmat berlatar belakang sebagai penganut animisme, sama seperti berbagai suku tradisional di seluruh dunia. Maka, kepercayaan terhadap hal gaib berupa roh leluhur yang menjaga mereka juga masih ada.kepercayaan mereka itu dituangkan dalam keahlian membuat ukiran kayu tanpa sketsa. Mereka percaya, roh leluhur akan membimbing mereka untuk menyelesaikan patung ukiran yang mereka buat. Nama patung ukiran yang menceritakan tentang arwah para leluhur mereka disebut Mbis.Mbis banyak dijumpai di rumah adat Suku Asmat terutama Jew. Dipercaya roh leluhur akan turut menjaga rumah yang mereka bangun dengan adanya Mbis didalamnya. b) Peralatan dan bahan yang digunakan adalah : 1. Batang sagu atau pohon perahu 2. Kapak batu 3. Gigi binatang 4. Kulit kerang. Sedangkan untuk menghaluskan patahan, mereka Menggunakan taring babi, gigigigi ikan tertentu, dan tiram. c) Aneka warna gaya kesenian Asmat berdasarkan bentuk dan warna dapat diklasifikasikan ke dalam 4 daerah : 1. Hiasan ukiran simbolis. Ini juga terdapat di ujung perahu lesung, di bagian belakang perahu, datung perahu, dinding tifa, ujung tombak, ujung panah. 2. Gaya Seni Asmat Barat Laut (Northwest Asmat) Perisai pada golongan ini berbentuk lonjong dengan bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dari perisai-perisai lainnya. Bagian kepala terpisah dengan jelas dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadangkadang ada gambar nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, katak, kepala burung tanduk, ular. 3. Gaya Seni Asmat Timur (Citak) Kekhususan seni pada golongan ini tampak pada bentuk hiasan perisai yang

biasanya berukuran sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang Asmat yang berdiri tegak. Bagianbagian atasnya tidak terpisah secara jelas dari bagian badan perisai dan sering terisi dengan garis-gari hitam atau merah yang diberi titik-titik putih. 2.2 Sejarah ukiran kayu Asmat Nama Asmat telah dikenal sejak tahun 1904. Tercatat pada tahun 1770 sebuah kapal yang dinahkodai James Cook mendarat di sebuah teluk di daerah Asmat. Tiba-tiba muncul puluhan perahu lesung panjang didayungi ratusan laki-laki berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah,hitam, dan putih. Mereka kemudian menyerang dan berhasil melukai serta membunuh beberapa anak buah James Cook. Kejadian ini yang membuka jalan adanya penyelidikan selanjutnya di daerah Asmat. Sejak saat itu orang mulai berdatangan ke daerah yang kemudian dikenal dengan daerah Asmat itu. Dan sejak saat itu pula orang yang menyelidiki tentang kehidupan suku Asmat tertarik dengan ukiran kayu khas Suku Asmat dan mengenalkannya ke daerah asal mereka masing-masing. 2.3 Fenomena saat ini Fenomena saat ini terhadap ukiran kayu suku Asmat tidak hanya dikenal di dalam negeri bahkan sudah terkenal sampai ke mancanegara. Saat ini memang belum ada seniman dari negara lain yang mengaku memiliki hak cipta ukiran Asmat. Ukiran Asmat itu tidak mudah ditiru, karena sangat khas dan berbeda dengan ukiran daerah lain. 3. ANALISIS 3.1 Pengolahan Data Angket Hasil dari angket yang telah dsebarkan yaitu :

1. Dari 30 responden semuanya mengetahui keberadaan suku asmat di papua 2. Dari 30 responden hanya 1 orang yang pernah berkunjung ke wilayah suku asmat dan 29 lainnya tidak 3. Dari 30 responden hanya 20 orang yang mengetahui dan 10 orang lainnya tidak 4. Dari 30 responden hanya 11 orang yang mengenal dan 19 orang lainnya tidak 5. Dari 30 responden hanya 18 orang yang pernah melihat dan 12 orang lainnya tidak pernah 6. Dari 30 responden hanya 13 orang yang mengetahui dan 17 orang lainnya tidak mengetahui 7. Dari 30 responden hanya 16 orang yang mengetahui dan 14 orang lainnya tidak mengetahui 8. Dari 30 responden hanya 13 orang yang mengetahui dan 17 orang lainnya tidak mengetahui 9. Dari 30 responden hanya 5 orang yang mengetahui dan 25 orang lainnya tidak mengetahui 10. Dari 30 responden hanya 20 orang yang beranggapan menarik dan 10 orang lainnya tidak 11. Dari 30 responden hanya 3 orang yang mau membeli dengan harga mahal dan 27 orang lainnya tidak 12. Dari 30 responden tidak ada yang mengetahui bahwa sekarang banyak ukiran kayu suku asmat yang dipalsukan 13. Dari 30 responden semuanya menginginkan yang memalsukan ukiran kayu diberikan sanksi 14. Dari 30 responden semuanya menginginkan kebudayaan mengukir kayu suku asmat sangat dijaga 3.2 Hasil analisa angket 1. Dari sekeluruhan responden yang mengetahui keberadaan suku Asmat di Papua hanya 3,3% saja yang pernah berkunjung langsung ke wilayah suku Asmat 2. Sebagian besar responden atau sekitar 66,7% mengetahui kebudayaan mengukir kayu suku Asmat dan hanya 36,7% saja yang pernah melihat langsung ukiran kayu tersebut. 3. Hanya sebagian kecil responden atau sekitar 43,3% yang mengenal lebih

jauh ukiran kayu Asmat sekaligus mengenal karakteristik ukiran tersebut. 4. 53,3% mengetahui pengklasifikasian warna ukiran tersebut dan hanya 16,7% yang mengetahui filosofi dari ukiran kayu suku Asmat 5. Sekitar 43,3% responden yang mengetahui perbedaan ukiran kayu Asmat dengan ukiran lainnya di Indonesia dan 66,7% saja yang beranggapan bahwa ukiran kayu Asmat lebih menarik. 6. Hanya ada sekitar 10% dari keseluruhan responden yang mau membeli ukiran kayu Asmat walaupun harganya lebih mahal dan tidak ada satu pun responden yang mengetahui bahwa ukiran kayu Asmat banyak yang telah dipalsukan 7. 100% responden menginginkan pemalsu ukiran kayu tersebut diberi sanksi dan kelestarian kebudayaan mengukir kayu suku Asmat yang asli sangat dijaga. Grafik hasil analisa angket 150% 100% 50% 0% 3.3 Hasil Wawancara 1. Ya, saya tahu mengenai ukiran kayu Asmat namun tidak secara mendetil karena sejak umur 9 tahun saya pindah ke kota Ambon karena pekerjaan orang tua saya. 2. Saya mengetahui sejarahnya dari paman saya yang tinggal di Kabupaten merauke yang walaupun rumahnya cukup jauh dari sana (wilayah asmat) tapi dia sering main-main kesana. Katanya begini, dahulu di Asmat pernah ada konflik keluarga yang saling membunuh dan memakan tubuh mayat yang dibunuh. Nah,kemudian Tengkorak manusia pun dihormati dan disimpan, terutama tengkorak orang yang sangat dicintai. Tengkorak saudara atau kerabat terdekat selalu digunakansebagai bantal kepala ataupun kalung, sedangkan tengkorak musuh dipajanguntuk memperlihatkan

kebesaran dan keperkasaan atau juga penolak bala. 3. Kalau karakteristik dari ukiran kayu Asmat itu,yang paling istimewa adalah mereka mewarnai ukiran-ukiran mereka menggunakan pewarna alami,tidak menggunakan pewarna yang ada zat kimiawinya. Contohnya itu kalau warna merah berasal dari tanah merah,warna hitam itu diambil dari arang kayu,sedangkan warna putih diambil dari kulit kerang yang dihaluskan. Lalu mereka mengukir ada tujuannya,yaitu sebagai lambang kehadiran nenek moyang mereka, menyatakan rasa sedih atau senang,dan sebagai lambang keindahan. 4. Perbedaannya ada pada motif dan cara pewarnaannya seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, mereka lebih alami dalam mengungkapkan emosional mereka kedalam ukiran-ukiran yang dibuat. Dan masing-masing ukiran memiliki makna tersendiri bukan asal membuat hanya untuk keindahan saja. 5. Teknik yang digunakan setahu saya ya diukir itu menggunakan batu yang dibuat tajam ujungnya. 4. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka kesimpulan yang didapat adalah: 1. Dari segi wilayahnya suku Asmat terdapat di Papua dan jarang sekali orang yang benar-benar berkunjung langsung ke wilayah tersebut 2. Kebudayaan mengukir kayu suku Asmat ternyata telah diketahui dan dikenal oleh sebagian besar masyarakat yang berasal dari daerah lain selain Papua 3. Karakteristik ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis. Dari pola-pola itu terlihat kerumitan dan cara membuatnya sehingga karya ukir mereka bernilai tinggi bahkan banyak para kolektor yang memburu ukiran aslinya 4. Aneka bentuk dan warna gaya ukiran kayu Asmat dikelompokan menjadi 3 gaya yaitu, Gaya Seni Asmat Barat laut Perbedaan yang menonjol antara ukiran kayu suku Asmat dengan ukiran-ukiran kayu lainnya di

Indonesia ialah setiap karya ukir Asmat tidak memiliki kesamaan atau duplikatnya karena mereka tidak memproduksi ukiran berpola sama dalam skala besar bahkan menurut orang asli papua sendiri menyatakan bahwa mereka dapat membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. 5. Filosofi dari ukiran itu sendiri ialah karena kepercayaan mereka terhadap roh leluhur yang dituangkan dalam keahlian mereka membuat ukiran kayu tanpa sketsa. Mereka percaya, roh leluhur akan membimbing mereka untuk menyelesaikan patung ukiran yang mereka buat. 6. Banyak masyarakat yang pernah melihat ukiran kayu Asmat yang asli namun tidak bisa membedakan mana yang palsu dan mana yang asli. Itu disebabkan karena mulai adanya pemalsuan ukiran kayu Asmat yang dibuat semirip mungkin dengan yang aslinya dan ukiran yang palsu itu diberi harga yang lebih murah. Sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih untuk membeli ukiran palsu 7. yang lebih murah ketimbang membeli ukiran kayu Asmat yang asli karena harganya relatif lebih mahal. 8. Menurut salah seorang warga asli papua mereka menyatakan bahwa apabila pemalsuan ini terus menerus terjadi,lama kelamaan kebudayaan asli suku Asmat ini akan menghilang padahal banyak pelajaran yang dapat diambil dari kebudayaan mengukir mereka. Sedangkan saran yang didapat setelah melaksanankan penelitian ini adalah: 1. Seharusnya seluruh masyarakat Indonesia turut melestarikan salah satu kebudayaan warisan nenek moyang ini supaya tidak hilang keberadaannya dan tidak di curi oleh Negara lain yang mengaku kebudayaan mengukir Asmat merupakan kebudayaan mereka 2. Pemerintah juga harus ikut melestarikan dan bertanggung jawab dengan melindungi hak cipta ukiran Asmat. Karena ukiran Asmat itu tidak mudah ditiru, sangat khas dan berbeda dengan ukiran daerah lain. Dan juga mempermudah akses jalan menuju wilayah Asmat itu sendiri

karena letaknya yang terdapat di pedalaman, juga supaya turis-turis yang ingin datang ke wilayah tersebut tidak perlu menghabiskan banyak waktu di jalan. DAFTAR PUSTAKA Rudolf Pigay, STh -Makalah Penelitian Budaya Suku Kamoro-Sagu dan Tambelo, November 2008; Dr.Kal Muller, Mengenal Papua, 2008; http://papua Dalam Angka 2010 (01-9-2006).html http://www.wartakotalive.com/detil/berita/1 01949/Dari-Kanibalisme-Hingga-Seni-Ukir- Suku-Asmat http://wendiatanova.blogspot.com/2012/02/ suku-asmat-di-papua.html